SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU

 

MAKALAH

SELINTAS TENTANG  FILSAFAT ILMU

Tugas disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

 

Dosen Pengampu       :

 

Dr. Wahyudin, M.A., M.Phil

Dr. Aria Septi. A, M.Pd

 

 


KELAS A :

Pendidikan Bahasa Arab ( PBA )

Disusun Oleh :

M. Zainal Musthofa                 

NPM : 2171030015

 

FAKULTAS TARBIYAH

PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI

METRO – LAMPUNG

2021

 

 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sampai akhir zaman.

Makalah Mata Kuliah  Filsafat Ilmu yang berjudul “Selayang Pandang Filsafat Ilmu” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya makalah ini tak lupa penyusun menyampaikan terimakasih pada Dosen Pengampu, Teman- Teman  yang telah membantu menyumbangkan pikirannya memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.

 

 

 

 

Metro, 18 September 201

 

                                                            M. Zainal Musthofa

DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................ I

KATA PENGANTAR......................................................................................... II

DAFTAR ISI....................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A.     Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 3

C.     Tujuan Masalah........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4

A.     Studi Kritis .............................................................................................. 4

1. Filsafat Menghadapi Pendemi................................................................ 4

2. Refleksi Filosofi.................................................................................... 5

B.     Pembahasan............................................................................................. 7

1.      Pengertian Filsafat ilmu........................................................................ 7

2.      Obyek material dan formal.................................................................. 19

3.      Tujuan filsafat Ilmu filsafat ilmu............................................................. 20

4.      Relevansi studi kritis di tribunnews.com dengan tema ini ...................... 21

BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP.......................................................... 25

A.     Kesimpulan......................................................................................... 25

Daftar Pustaka...................................................................................................... 26

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat  merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater cientiarum[1]). Karena objek material filsafat mempunyai penjelasanan umum yaitu seluruh ilmu-ilmu yang nyata, oleh karena itu ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. serta faktor terbaginya ilmu dari filsafat.

Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak  mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan di dalami.[2]

Meskipun pada perkembangannya masing-masing, ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berari hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.

Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafat yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.

Akumulasi penelaahan empiris dengan menggunakan rasionalitas yang dikemas melalui metodologi diharapkan dapat menghasilkan dan memperkuat ilmu pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan tetapi, salah satu kelemahan dalam cara berpikir ilmiah adalah justru terletak pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir rasional, sehingga dalam pandangan yang dangkal akan mengalami kesukaran membedakan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir rasional sebenarnya merupakan sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan berpikir rasional ini menyebabkan ketidak mampuan menghasilkan jawaban yang dapat dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang merupakan jawaban sementara. berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang dapat diberikan filsafat kepada hidup masyarakat. Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisika, sosiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka. Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia. Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita, tentang metode, ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu jika ditangani dengan ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan peranannya. Tulisan ini merupakan ulasan tentang filsafat, peranan dan kontribusi filsafat berhadapan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, serta bagaimana filsafat membantu masyarakat menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Makalah ini juga mengulas tentang hubungan filsafat dengan kebenaran.

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada latar belakang yaitu :

1.      Pengertian filsafat ilmu

2.      Objek matrial dan formal

3.      Tujuan filsafat Ilmu

C.     Tujuan masalah

1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu

2.      Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan objek matrial dan formal

3.      Untuk mengetahui tujuan dari filsafat ilmu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.     Studi Kritis

 

1.      Filsafat menghadapi pendemi

Opini dalam surat kabar dan portal berita[3] memuat banyak pendapat tentang bagaimana menghadapi wabah virus korona. Dari pemerhatian, ada berbagai perspektif yang digunakan untuk memahami dan menangani pandemi seperti teologi, kedokteran, psikologi, dan ilmu sosial. Jelas, pandangan kaum sarjana membantu masyarakat untuk mengerti asal muasal mikroba, bagaimana mencegah penularannya, dan bertahan dalam keadaan terkekang.

Secara medis misalnya, pesan dan kiat untuk mencegah virus didengungkan di Berbagai media, dan pihak-pihak terkait turun ke lapangan untuk memastikan arahan Presiden agar pembatasan jarak fisik berskala besar berjalan efektif. Secara moral, cendekiawan berlatar ilmu sosial memberikan kesadaran warga supaya menahan diri untuk tidak berkegiatan di ruang publik. berbagai disiplin telah dimanfaatkan untuk menghadirkan kajian ilmiah agar bencana virus ini dilihat dan dipertimbangkan secara rasional. Apalagi, rumor bahwa penyebaran Covid-19 adalah konspirasi. Tak pelak, ada sebagian orang yang secara terang-terang menolak bahaya yang ditimbulkan oleh pandemi ini bila tidak dikontrol. Jerinx, musisi, adalah salah satu pesohor yang dikenal menyangkal  virus tersebut.

Setelah ratusan tahun pasca revolusi industri pertama manusia memanfaatkan mesin uap, eksploitasi terhadap alam mulai dilakukan secara besar-besaran. Pembukaan lahan untuk perkebunan memaksa pekerja untuk menggunduli hutan, yang menyebabkan habitat binatang dan ekosistem terganggu. Kini, kita menyaksikan betapa mesin-mesin raksasa juga menggali bumi untuk mengaut sumber daya alam demi kerakusan manusia untuk menumpuk modal. Selain itu, mereka memenuhi kebutuhan (yang sengaja dibuat) untuk keperluan pencitraan. Sepatutnya, setelah sekian lama alam dieksploitasi, manusia telah menyimpan banyak kekayaan bersama. Malangnya, sistem kapitalisme dan neoliberalisme memberikan jalan pada segelintir untuk meraup kentungan dan menyimpan pundi-pundi untuk kepemilikan pribadi. Tiba-tiba, virus korona mengentak kesadaran publik, menyerang manusia secara eksponensial. Penutupan (lockdown) terbatas telah menghalang manusia untuk bekerja secara bebas. Tanpa melihat latar belakang agama, bangsa, dan profesi, Covid-19 bisa menyerang siapa saja. Dari seorang buruh migran di Singapura hingga Pangeran Charles Inggris turut merasakan keganasan virus tersebut. Kenyataan ini meneguhkan kepercayaan bahwa pada hakikatnya manusia itu sama dan memanggul kedudukan yang berbeda karena rekonstruksi sosial dan warisan, bukan bawaan genetik. Di sini, filsafat humanisme mendapat tempat bahwa hakikatnya manusia itu setara dan bebas tanpa terbelenggu oleh kasta atau strata sosial.

 

2.      Refleksi Filosofis

Terjadinya musibah covid ini perlu refleksi filosofis dan atas dasar kesetaraan ini , seeloknya manusia memiliki akses yang sama terhadap alam, berupa pemanfaatan dan rasa nyaman. kini penguasaan lahan hutan, tambang, dan pantai hanya dikuasai oleh sedikit pemodal. Akibatnya, pembakaran lahan menyebabkan balita terpapar pada penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), penambangan merusak lingkungan, dan industri semen mengganggu keseimbangan lingkungan karena serapan air terhambat. Malangnya, teknologi yang dihasilkan oleh sains menjadi kutukan. Alih-alih memudahkan pergerakan, justru kemacetan dan polusi mesti ditanggung oleh penghuni ibu kota. Tidak hanya menimbulkan stres, kemacetan juga memubazirkan bahan bakar minyak yang luar biasa. , penaklukan alam oleh kaum modern dikritik oleh pengusung teori kritis karena dianggap sebagai dominasi akal budi instrumental, yang didorong oleh kepentingan jangka pendek.

Tragedi korona hadir sebagai kekuatan kosmos untuk menghentikan hasrat manusia. Ia telah mengilhami Rhoma Irama untuk menggubah lagu dengan judul nama virus ini, yang sejalan dengan keyakinan orang ramai bahwa kita perlu berdoa, yang dilakukan di rumah, dan berikhtiar dengan melawannya sesuai anjuran pihak berwenang. Tidak ada jalan lain selain apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di sini, individu dan kelompok dipaksa untuk kembali ke rumah. Sebagai kediaman, tempat tinggal adalah ruang untuk berdiam, menikmati kesendirian masing-masing setelah sekian lama larut dalam kerumunan dan berusaha menyemai hubungan kekeluargaan secara otentik. Untungnya, mereka tidak sama sekali terisolasi, karena akses teknologi informasi masih memungkinkan untuk berkomunikasi dan berbagi cerita. Hanya saja, percakapan di media sosial masih disandera oleh pertikaian politik elektoral, sehingga usaha memahami dan menangani bencana ini dalam kerangka konflik kelompok. Padahal, inilah waktunya untuk menghadirkan diskusi yang jauh lebih substansial dan berfaedah untuk menghadapi krisis dan menyongsong pascakrisis. Ternyata, angka kematian yang disebabkan oleh virus masih lebih rendah dibandingkan dengan kecelakaan lalulintas, korban obat terlarang, dan penderita kanker. Dengan kemajuan teknologi medis dan kemampuan manajemen, sebaran virus Korona bisa ditangani, tetapi ancaman terhadap kesejahteraan manusia datang dari banyak penjuru.

Mengingat perjalanan manusia sapiens telah berlangsung ribuan tahun, sejatinya mereka bisa menimbangkan hierarki kehidupan yang mesti menjadi kesadaran seperti diandaikan oleh Søren Kierkegaard. Betapa kehidupan hedonis dalam fase estetis tidak bisa mengantarkan manusia pada ketenteraman. Sampai sejauh mana alam akan diolah untuk memuaskan nafsu manusia.

Horkheimer mengkritik manusia modern karena kepongahannya menundukkan alam adalah semu. Kenyataannya, justru alam berbalik meluapkan amarahnya akibat penggundulan, pengurasan energi fosil, dan efek rumah kaca. Betapapun kita hendak beranjak dari pesta foya-foya ini dengan berbuat baik sebagai wujud dari fase etis, namun kebaikan tak mampu menolak kenyataan bahwa korban berjatuhan, yang juga menimpa orang-orang lemah dan tak berdosa. apapun alam sedikit pulih akibat kegiatan industri dan manusia berhenti sejenak, kehidupan tetap tampak "absurd" atau celaru. Untuk itu, lompatan iman sebagai fase religius adalah pilihan. Namun, kepercayaan ini lahir dari pencarian otentik, yang tidak dikerangkeng oleh agama institusional. Inilah benteng terakhir di mana pesan Tuhan yang bersifat normatif dan pencairan diri manusia bertemu.

 

B.     Pembahasan

1.      Pengertian Filsafat ilmu

Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab “Falsafah” yang diarabisasi dari kata yunani, philosphia kata terdiri atas dua philo artinya cinta dan philia teman atau persahabatan dan shophia artinya pengetahuan, kebijaksanaan pengalaman, praktis. Dalam encyclopedia of philosophy disebutkan “ The greek word Sophia is ordinary translated as wisdom and the compound philosophia, from which philosophy derives is translated as the love.[4]

Lalu apa yang dianamakan kebijaksanaan? dalam bukunya ahmad mengutip penjelasan tentang kata bijak atau kebijaksanaan dengan “ wisdom” yang berartikan pandai dalam bidang intelektual, akan tetapi meliputi lapangan mana saja yang mengambarkan inteligensi[5] contohnya tukang kayu dengan kemahirannya mempu membuat meja dan kursi dari panduan bahan-bahan keperti kayu, besi, plastik yang dimodifikasi hingga bernialai efektif dan estetik.

Kemudian Yang mirip dengan kata sophia, yaitu sophist (kaum sofis). Istilah ini terkait orang-orang Yunani sebelum Socrates Yang menyebut diri mereka sebagai cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai ukuran realitas dan menggunakan argument-argumen Yang keliru dalam simpulan mereka. Sehingga kata sofis mengalami dua reduksi makna, yaitu berpikir Yang menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang sofis (cendekiawan). Oleh karena itu, istilah tilsuf tidak pakai orang sebelum Socrates.[6]

Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan Yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni. filsafat teoretis dan praktis.

a.       Filsafat teoretis mencakup:

(1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi. ilmu pertambangan. dan astronomi:

(2) ilmu eksakta dan matematika;

(3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika.

b.      Filsafat praktis mencakup:

(1) norma-norma (akhlak);

(2) urusan rumah

(3) sosial dan politik.

Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Maka. filsafat merupakan sebuah proses, bukan sebuah produk. yakni berpikir kritis. aktif. sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian. filsafat akan terus berubah hingga Satu titik tertentu.

Hasbullah bakry mendefinisikan sejenis pengetahuan yang menyelidiki sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, serta alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dipakai secara akal manusia dan sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu[7]

Definisi filsafat menurut al-Farabi adalah al-‘ilm bi al-maujūdāt bi māhiya al- maujudāt.[8] Ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada, termasuk menyingkap tabir metafisika penciptaan. Al-Farabi menuangkan pemikiran filsafat penciptaannya dalam karyanya Ārā’ Ahl al-Madīnah al-Fadhīlah yang dimulai pembahasan tentang Tuhan sebagai sebab pertama, menunjukkan keseriusannya menyingkap tabir gelap pemikiran filsafat metafisika. Tuhan menurutnya sebab pertama dari semua wujud yang ada di jagat raya ini, sama dengan konsep Tuhan menurut madzhab Aristoteles bahwa, Tuhan maha hidup, azali dan abadi, tiada yang paling awal darinya dan tiada yang paling akhir selainnya, tidak memerlukan iradah yang muaranya adalah sebuah pilihan, karena Tuhan telah sempurna. Dia tidak percaya bahwa Tuhan tiba-tiba saja memutuskan untuk menciptakan alam, karena hal itu akan menimbulkan pemahaman Tuhan yang abadi dan statis tiba-tiba mengalami perubahan.

Konsep Aristoteles bahwa perlu kita pahami jiga Noneksitensi[9] yaitu “pabrik” tuhan, diaman tuhan mengeluarkan kehendak atas segala Sesutu dan memberkatinya, jika kita mencari eksistensi di dunia ini, hal ini tentunya absurd, sebab kita berada sisegala eksisten seperti ungkapan Jalaludin rumi pada syiirnya “ eksitensi penuh suka cita dan minum bersama engkau, telinga noneksitensi dalam genggaman tangan engkau – keduanya bergantung pada wujud engkau, dan keinginan keduanya berada dalam perintah engkau.

Pada dasarnya filsafat adalah pengetahuan, hal ini mengenai pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.[10] Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Sering kali seseorang mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya sekedar keingintahuan yang sebentar. Di sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang ingin mengetahui suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu. Sehingga dia akan mencari apa yang ingin diketahuinya itu sampai dia mendapatkannya. Setelah hal yang dicari itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan. Ada lagi saat-saat ketika seseorang ingin mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemui keraguan dalam mengambil keputusan. Rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan menghasilkan suatu kepastian. Pada saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan menemui keraguan dalam membuat keputusan itulah yang memulai adanya filsafat.

Pemikiran filsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Pemikiran filsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Dalam pemenuhan jawaban dan pertanyaan, seperti:

1.      Pemikiran filsafat tentang ilmu berarti kita akan berterus terang kepada diri kita sendiri.

2.      Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?

3.      Mengapa sebaiknya atau seharunya mempelajari ilmu

Proses perkembangan ke arah pemikiran filasafat dapat dibedakan dalam tahapanya, seperti:

a.       Karakteristik Filsafat yang terdiri dari karakter menyeluruh (tidak puas mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri); karakter mendasar (tidak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar); dan karakter spekulatif (mencurigai atau memilih buah pikir yang dapat kita andalkan)

b.      Filsafat sebagai peneratas pengetahuan, yang merupakan langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan.Semua ilmu baik ilmu alam maupun ilmu soaial, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci.

c.       Bidang telaah filsafat, yang menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah.

d.      Cabang Filsafat, yang terdiri dari: Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah dan Filsafat Matematika.

e.       Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial, namun tidak terdapat

Pemikiran filsafat ilmu Bacon (1561-1626), terangkum dalam novum organum (Organum Baru), sebuah karya yang ia maksudkan sebagai pengganti Organon Aristoteles. Buku itu berisi tawaran tentang perangkat baru dalam penyelidikan ilmiah. Dari sinilah, Bacon kemudian disebut sebagai seorang perintis filsafat ilmu[11]. Memahami konsep Bacon tentang ilmu bisa dimulai dengan melihat pernyataannya yang terkenal, “science is power”, ilmu pengetahuan adalah kekuasan, demikian kata Bacon. Sejak semula umat manusia ingin menguasai alam, tetapi keinginan itu selalu gagal, karena ilmu pengetahuan tidak berdaya guna dan tidak mencapai hasil nyata. Logika tradisional Aristoteles terbukti tidak bisa mendirikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan ia justru melestarikan kesalahan dan kesesatan yang ada, daripada mengejar dan menentukan suatu kebenaran. Logika hanya membawa kerugian daripada keuntungan.

Menurut Bacon, agar dapat menguasai alam, manusia harus mengenalnya lebih dekat. Langkah untuk itu adalah dengan menggunakan metode induksi berdasarkan eksperimen dan observasi. Metode ini merupakan instrumen yang telahdiklaim sebagai baru bagi sains dalam menghimpun data-data faktual dalam jumlah besar.

Menurut Auguste Comte  1997 berawal dari studinya tentang sejarah perkembangan alam pikiran manusia. sejarah perkembangan alam pikir manusia terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap teologik, tahap metaphisik, dan tahap positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang bahwa segala sesuatu didasarkan atas adanya dewa, roh, atau Tuhan, sedang pada tahap metafisik, penjelasan mengenai sesuatu didasarkan atas pengertian-pengertian metafisik, seperti substansi, form, sebab dan lainnya

Hari ini rasanya tidak ada orang yang memungkiri fakta pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. Sejarah mutakhir mencatat ilmu pengetahuan sebagai produk pemikiran rasional manusia telah menghasilkan disiplin dan sub-disiplin keilmuan yang beragam, dengan material dan bangunan metodologi yang mantab, terpelihara dengan kokoh di dalam perpustakaan dan institusi-institusi ilmiah seperti universitas dan pusat-pusat penelitian ilmu pengetahuan. Ilmu membentuk tatanan dunia manusia dan turut menentukan pola pandang dan cara hidupnya . Kemajuan ilmu pengetahuan berada di balik setiap penemuan yang berguna bagi kemajuan hidup umat manusia. Kemajuan itu benar-benar melambangkan kemenangan logos atas mitos, tahayul dan kebodohan, dan menjadi kisah sukses luar biasa dalam pencapaian peradaban manusia. Ilmu menjadikan alam dan manusia sebagai objek observasi dan penyelidikannya. Sudah menjadi maklum bahwa ilmu matematika, ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu astronomi, ilmu antropologi, dan ilmu sosiologi merupakan cabang-cabang keilmuan yang berkembang pesat dan sangat popular saat ini. Namun, bagaimana jika yang menjadi objek penyelidikan adalah ilmu pengetahuan itu sendiri sehingga merupakan sebuah studi tentang ilmu pengetahuan. Itulah disiplin filsafat ilmu atau cabang teoritis dari ilmu filsafat yang mengkaji secara khusus, sistematis, mendalam dan reflektif tentang ilmu pengetahuan. 

Penyelidikan filsafat ilmu secara khusus adalah apa yang sampai hari ini masih terus dikembangkan yaitu penyelidikan filosofis dalam bidang-bidang ilmu particular, seperti: filsafat matematika, filsafat biologi, filsafat ilmu sosial, filsafat ilmu politik, filsafat ilmu kealaman, filsafat ilmu psikologi, dan lain sebagainya. Berbeda dengan scope filsafat ilmu secara umum, kajian khusus ini menukik pada persoalan-persoalan mendasar yang menjadi bahasan dalam bidang ilmu tertentu. Dalam bidang spesifik ini pula temuan-temuan ilmiah dalam bidang spesifik dikaji dan didiskusikan secara filosofis. Ada perlunya seseorang setelah mendalami filsafat ilmu secara umum, juga mencoba mengkaji secara lebih spesifik dalam bidang-bidang keilmuan particular tersebut sesuai dengan preferensi keilmuan masing-masing. Ia memberikan perhatian pada hubungan relasi konseptual dari konten ilmu pengetahuan. 

Prinsip-prinsip logika memungkinkan subjek pengembang ilmu pengetahuan serta mengeliminasi selubung-selubung psikologisme ilmiah dan mereduksi kesalahan logis , juga menghasilkan penalaran yang jernih dan patut diterima oleh komunitas ilmiah. Penalaran ilmiah yang baik mengandaikan kesalahan logis yang minimal, baik dalam eksplanasi maupun pengambilan - pengambilan kesimpulan, oleh karena itu artikulasi filsafat ilmu sesungguhnya membutuhkan asupan dosis logika yang penuh, bahkan, lebih-lebih, kerja kreatif logika secara ketat dan intensif . Jika kita perhatikan, aktivitas di dalam riset dan kerja akademis selalu berhadapan dengan penerapan logika. Kegiatan dan aktivitas ilmiah mulai dari mencerna ide, memahami teori dan dalil-dalil ilmu pengetahuan, menciptakan definisi, menalar uraian gagasan dan pemikiran yang kompleks dari ilmuwan lain, melakukan eksplanasi terhadap publik, menguraikan argumentasi dan justifikasi ilmiah, menganalisis data, verifikasi empiris dan pembuktian falsifikasi, pengujian hipotesis dan narasi, pengambilan kesimpulan-kesimpulan ilmiah, diseminasi pemikiran dalam publikasi, hingga diskusi oral ilmu pengetahuan dalam forum-forum ilmiah tidak dapat dilepaskan dan tuntutan standar logika ilmiah yang baik dan benar. Namun, bukan hanya pernyataan sehari-hari, kita juga masih menjumpai kesalahan logika yang serius dalam eksplanasi ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial. Sementara, logika ilmiah menghendaki korespondensi dan hoherensi logis untuk dapat membangun argumen dengan baik dan benar. 

Menurut yamna thoriful khouli dalam bukunya filsafat ilmu di abad ke sepuluh

فلسفة العلم  هو ظاهرة إنسانية قديمة قِدم الإنسان، نشأت مع ظهوره فاخترع رموز العد الرياضية قبل أن يضع الأبجدية المكتوبة، فطالما كانت الغاية تطويع البيئة؛ بالسحر تارة، وبالتقنية التي يصيغها له العلم تارة أخرى، تلك الظاهرة المستمرة التي كانت حصيلة مجهودات بشرية متراكمة لم تتوقف أبدًا؛ فقد وضعت حضارات الشرق القديم أصوله، وصاغ الإغريق أسسه النظرية، ثم اعتنى العرب بترجمته ودرسه وتطبيقه في عصورهم الذهبية فلم يَضِع في ظلمات العصور الأوروبية الوسطى، فكانت ثوراته الكبرى في عصور العقلانية والتنوير، وهنا تظهر الفلسفة في المشهد من جديد، فالعلم أصبح يشكل الواقع والعقول؛ وبالتالي يحتاج لدراسة خاصة تضبط منطقه وتتبع تطور أساليبه العلمية والمنهجية، كما تضطلع بعبء دراسة إطاره التاريخي والحضاري لنخرج بنظرية فلسفية خاصة بالمعرفة، وعلوم جديدة تتبع تاريخ العلم وترسم منطقه ومنهجيته.[12]

إن العلم لا يفكر في ذاته. ويمكن أن نضيف إلى هذا أنه لا يُعنَى كثريًا بذاكرته، ولا يلتفت إلى ماضيه، فديدن العلم في أن يصحح ذاته ويجدد نفسه ويتجاوز الوضع القائم، ناهيك عن املاضي، إنه يشحذ فعالياته املنطلقة بصميم الخصائص املنطقية صوب الاختبارية والتكذيب والتصويب، صوب مزيد من التقدم والكشف، أي صوب ً املستقبل دوما. لذلك لم تكن علاقة العلم بتاريخه مماثلة لعلاقة الكيانات الحضارية الأخرى بتاريخها، فقد تعتبره بمثابة سجلها املدون الذي يحمل معالم تشكل هويتها، فلا تنفصل عن تاريخها إلا إذا كان للشخص أن ينفصل عن بطاقة هويته، ولعل املنطلق الفلسفي يطرح علاقة الفلسفة — قبل أي شيء آخر — بتاريخها، وملا كان تاريخ الفلسفة هو ذاته الفلسفة، فإن هذا يبرز كيف تنفرج الهوة بني العلم وتاريخه. ولكن بقدر ما نجد العلم في القرن العشرين قد أصبح الفعالية العظمى التي تشكل ً وتعيد تشكيل العقل املعاصر والواقع املعاصر، يوما بعد يوم وإلى غري نهاية، نجد تاريخ العلم هو تاريخ العقل الإنساني والتفاعل بينه وبني الخبرات التجريبية أو معطيات الحواس، هو تاريخ املناهج وأساليب الاستدلال وطرق حل املشكلات التي تتميز بأنها واقعية عملية ونظرية على السواء، إنه تاريخ تنامي البنية املعرفية وحدودها ومسلماتها وآفاقها، تاريخ تطور موقف الإنسان بإمكاناته العقلية من الطبيعة والعالم الذي يحيا فيه، تاريخ تقدم املدينة املدنية والأشكال الحضارية والأساليب الفنية التي يصطنعها

وعلى أية حال، إذا كان العلم لا يفكر في ذاته، فإن فلسفة العلم هي التي تتكفل بذلك العبء وتضطلع بالتفكري في ذات العلم . في منهجه ومنطقه وخصائص املعرفة العلمية وشروطها وطبائع تقدمها وكيفياته وعوامله . على الإجمال التفكري في الإبستمولوجياأي نظرية املعرفة العلمية — ثم العلاقة بينها وبني املتغريات املعرفية الأخرى والعوامل الحضارية املختلفة. وإذا كان العلم لا يلتفت كثريًا إلى ماضيه، فإن فلسفة العلم أصبحت لا تنفصل عن الأبعاد التاريخية لظاهرة العلم فغدت شديدة العناية بتاريخ العلم، بحيث إن املتابع لتطورات فلسفة العلم في القرن العشرين يلاحظ أن أبرز ما أسفرت عنه هذه التطورات هو حلول الوعي التاريخي في صلبها، فتستقبل فلسفة العلم القرن الحادي والعشرين، ً وقد انتقلت من وضع مبتسر استمر طويلا يولي ظهره لتاريخ العلم ولدوره في تمكيننا ً من فهم ظاهرة العلم فهم ً ا أعمق، فضلا عن دفع معدلات التقدم العلمي، ويكتفي بالنسق العلمي املنجز الراهن، ويفلسفه بما هو كذلك على أساس النظرة إليه من الداخل، أو النظرة إلى النسق العلمي في حد ذاته .

انتقلت فلسفة العلم من هذا إلى وضع مستجد يرتكز على الوعي بتاريخ العلم، فيفلسف العلم في ضوء تطوره التاريخي، وعبر تفاعله ً مع البنيات الحضارية والاجتماعية، مما يعني تطورا ذا اعتبار في منطلقات وحيثيات وعوامل النظرة الفلسفية إلى العلم، وهذا التطور في الواقع هو تكامل النظرة إلى العلم من الداخل مع النظرة إليه من الخارج، أي باختصار نظرة فلسفية أشمل لظاهرة العلم.  ولا شك أن فلسفة العلم هي امل ِّعبر الرسمي والشرعي عن أصول التفكري العلمي، وهي مسئولة عن وضعية ودور تاريخ العلم، وسوف تكشف صفحات مقبلة عن عوامل ً عديدة أفضت فيما سبق إلى إغفالها البعد التاريخي طويلا.

Untuk memudahkan memahami filsafat ilmu perlu kita ketahui apa itu ilmu pengetahuan atau ilmu, ilmu pengetahuan dan filsafat :[13]

1.      pengetahuan merupakan bagian yang esensial dari eksitensi manusia, karena pengetahuan merupakan buah dari aktivfitas yang dilakukan manusia berfikir dan merupakan diferensia yang memisahkan manusia dari semua garis lainya. Yaitu seperti hewan. Dalam bahasa arab padanan bagi kata pengetahuan adalah al-irfan, merupakan pengetahuan manusia berasal dari Allah dan sangat terbatas, Allah memberi pengatuhan kepada nabi Adam AS kepada manusia, dikarenakan manusia tidak memiliki pengetahuan semuanya penetahuan itu dari Allah semua.

2.      Ilmu Pengetahuan

Ilmu dalam bahasa arab adalah alima ya’lamu, aritnya memahami benar-benar, sedangkan dalam bahasa inggris yaitu science dalam bahasa latin scientia, yang paling dekat dalam bahasa yunani yaitu episteme yang artinya pengetahuan.  Ilmu pengetahuan atau sains adalah suatu pengetahuan ilmiyah yang memiliki syarat –syarat :

a.       Dasar pembenaran yang dapat membuktikan dengan metode ilmiyah dan teruji dengan cara kerja ilmiyah

b.      Sistematik yaitu terdapat system yang tersusun dan melalui proses, metode, dan produk yang terkait.

c.       Intersubyektif yaitu terjamin keabsahan dan kebenaran

3.      Filsafat

Kita ketahui bahwa mata kuliah  ini membingungkan bagi pembaca dan  membuat "pusing" kepala. Kerapkali dipandang, bahwa ilmu filsafat sebagai ilmu Yang abstrak dan berada di sawang-sawang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan Eerada dalam kehidupan kita sehari-hari. Benar, filsafat bersifat tidak konkret, karena menggunakan metode berpikir sebagai Cara pergulatannya dengan penerapannya realitas hidup kita. Mungkin karena bersifat abstrak dan sulitnya memahami metode berpikir filsafat menyebabkan mata kuliah ini dipandang rumit. Pengertian filsafat secara luas adalah:

a.       usaha spekulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan sesuai ilmiah;

b.      ikhtiar untuk menentukan batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh (holistic dan comprehensive);

c.       wacana tempat berlangsungnya penelusuran kristls terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan;

d.      dapat dipandang sebagai suatu "tubuh” pengetahuan yang memperlihatkan apa yang dilihat dan dikatakan. Dia harus Seiring dan sejalan dalam aplikasi dan di lapangan. Filsafat menjembatani cara berpikir secara ontologis (hakikat apa Yang dikaji), epistemologi (Cara mendapatkan pengetahuan Yang benar) dan aksiologi (nilai kegunaan ilmu).

Pengetahuan Yang mempelajari seluruh apa Yang bisa dipikirkan menyangkut fenomena manusia, alam dan Tuhan secara kritiy. filsafat disebut juga ilmu pengetahuan Yang mencari hakikat dan berbagai fenomena, Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh realitas. Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat atau kebijaksanaan

Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laut banyak ilmu-ilmu khusus Yang melepaskan diri dari filsafat- Yang pertama sekali melepaskan diri adalah ilmu-ilmu astronomi, kemudian ilmu-ilmu alam dan selanjutnya ilmu-ilmu sosial. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat sebab baik filsafat maupun pengetahuan sama-sama pengetahuan Yang metodis, sistematis koheren dan mempunyai Objek material dan formal. Namun Yang  membedakan keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.

Filsafat juga merupakan rahim semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk Yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertangilmunya. Pertanggungjawaban qxara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap selgala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara baik.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai Segala hal Yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dan kehidupan manusia, dan Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran Yang eksistensi dan penerapannya tergantung  Pada hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara filsafat dan ilmu.

2.      Obyek material dan formal

 

Filsafat sebagai kegiatan pikir murni manusia (reflective thinking) menyelidiki objek yang tidak terbatas[14]. Ditinjau dari sudut isi atau substansi dapat dibedakan menjadi berikut ini.

a.       Objek material ialah menyelidiki segala sesuatu yang tak terbatas dengan tujuan memahami hakikat ada (realitas dan wujud). Objek material filsafat kesemestaan, keuniversalan, dan keumuman bukan partikular secara mendasar atau sedalam-dalamnya.

b.      Objek formal ialah metodologi, sudut, atau cara pandang khas filsafat, pendekatan dan metode untuk meneliti atau mengkaji hakikat yang ada dan mungkin ada —baik yang konkret fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual; maupun abstrak logis, konsepsional, rohaniah, nilai-nilai agama, dan metafisika, bahkan mengenai Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta.

Perkembangan selanjutnya adalah filsafat sebagai hasil upaya pemikiran dan renungan (contemplation) para ahli pikir (filsuf). Ada juga yang merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berupa pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai cita-cita hidup atau ideologi. Misalnya, paham-paham individualisme, kapitalisme, sosialisme, ideologi komunisme, ideologi zionisme, ideologi pan-Islamisme, ideologi nasionalisme, dan sebagainya.

3.      Tujuan filsafat Ilmu

Tujuan Filsafat Ilmu  sebagai  cabang  khusus  filsafat  yang  membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis yang   harus   dikembangkan   ilmuwan   secara   umum   mengandung tujuan sebagai berikut :

1.      Filsafat   ilmu   sebagai   sarana      pengujian   penalaran   ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.

2.      Filsafat   merupakan   usaha   merefleksi,   menguji,   mengkritik asumsi, dan metode keilmuan.

3.      Filsafat  ilmu  memberikan  pendasaran  logis  terhadap  metode keilmuan.        Setiap        metode        ilmiah        harus        dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional.

Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.

Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia mensistem apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya. Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T. W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan.

 

4.      Relevansi studi kritis di tribunnews.com dengan tema ini

 

a.      Pancasila Sebuah Karya Besar dari Kehebatan Para Founding Fathers Bangsa Indonesia [15]

Pancasila selama ini sudah merupakan ideologi utama baik di level negara maupun di level masyarakat.  Disamping common ideologi, Pancasila juga merupakan kristalisasi nilai yang ada di masyarakat, karena masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat yang berketuhanan, berkeadilan, yang mana memiliki tradisi bermusyawarah dan sudah sepakat untuk membangun Kesatuan Nasional. Untuk itu masyarakat harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara untuk keutuhan negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Tentunya hal tersebut harus dipertahankan. Masyarakat kita harus memperkuat ini karena Pancasila ini adalah peninggalan yang sangat luar biasa dari history sejarahnya karena merupakan suatu gagasan narasi besar yang harus kita akui,” ujar Peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Pancasila merupakan sebuah karya besar dari kehebatan para founding fathers bangsa Indonesia di dalam meracik sebuah ideologi jalan tengah di luar ideologi Islam dan ideologi sekuler liberal atau barat. Karena para funding fathers bangsa ini dapat ‘meracik’ ideologi Pancasila ini sebagai  ideologi khas nusantara.

 

Terbukti selama 76 tahun ideologi ini masih bisa dipraktekkan, meskipun dari sisi kualitas memang terus menerus didalami oleh masyarakat kita. Pancasila ini sebenarnya punya suatu gambaran cita-cita masyarakat yang ideal, bahwa masyarakat nusantara yang ber-Pancasila ini sebenarnya masyarakat yang berperadaban tinggi. dengan memiliki peradaban yang tinggi, maka sejatinya masyarakat Indonesia tidak perlu lagi menoleh peradaban yang lain. Karena bangsa Indonesia ini merupakan adiluhung (memiliki seni budaya yang bermutu tinggi) dengan memiliki keberadaan, berketuhanan, memiliki moralitas dan Akhlakul Karimah.Itu ada semua di masyarakat bangsa Indonesia ini. Jadi dengan begitu tidak perlu ada imajinasi liar yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi di luar Pancasila. Karena ini kristalisasi ideologi yang sudah sangat luar biasa yang digagas oleh para funding fathers kita,” katanya. Bahkan menurutnya saat ini justru banyak negara-negara lain mengamati perkembangan Pancasila ini, mengaguminya dan bahkan sebagaian lain ada negara yang ingin meniru ideologi Pancasila sebagai ideologi jalan tengah dan tinggal dipraktekkan.

Negara luar saja banyak yang ingin mencontoh dan meniru Pancasila. sangat aneh kalau justru masyarakat kita yang ingin meninggalkan Pancasila. Dan tentunya akan berbahaya bagi bangsa ini karena dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat karena orang tersebut menjadi radikal yang negatif seperti anti Pancasila, anti NKRI dan bahkan bisa bersikap intoleransi,” ujar mantan Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). Namun demikian dirinya mengakui bahwa sejak reformasi bergulir, pelajaran yang mengandung Pancasila di lembaga-lembaga pendidikan seperti agak berkurang akibat terjadinya gelombang liberalisasi di negara ini. Akibat dari liberalisai dan arus globalisasi itu membuat masyarakat Indonesia  mulai banyak menengok pada ideologi diluar idelologi Pancasila. Mereka ini terpengaruh ideologi-ideologi barat yang ada di Eropa atau di Amerika atau dari beberapa negara Islam yang  menerapkan konsep syariat Islam. Mereka melihat seperti itu. Tapi sebenarnya ideologi-ideologi seperti itu di banyak jaman dan di banyak era itu malah banyak mengalami problematik di level negara, bangsa maupun masyarakat itu

Sejak reformasi itulah menurutnya bangsa Indonesia seperti kurang percaya diri dengan ideologi Pancasila ini. Hal ini tak dapat dipungkiri karena selama ini ideologi Pancasila itu ditampilkan menjadi ideologi tertutup yang represif. Oleh karena dirinya berharap sudah saatnya pada era reformasi ini ada semacam penyegaran bagaimana Pancasila sebagai ideologi yang luar biasa menarik ini untuk ditampilkan sebagai ideologi terbuka yang dinamis, dialogis, yang meletakkan masyarakat warga negara ini sebagai subjek untuk menggerakkan ideologi ini. Di samping kepada state nationalism, Pancasila juga harus diletakkan kepada people nationalism. Yang hilang kan ini sekarang selama ini people nationalism. itu kan hilang itu. Sehingga people nasionalism itu berbenturan dengan ideologi negara, yang akhirnya orang-orang itu menjadi liardan  mendapatkan ideologi kanan kiri. Karena ideologi Pancasila selama ini hanya pada level negara. Untuk itu di era saat ini ini sudah saatnya ideologi pancasila ditampilkan kembali secara terbuka, dinamis dan diimplementasikan dalam bentuk inovasi-inovasi baru untuk membentengi masyarakat dari paham-paham yang bersifat radikalisme negatif. Apalagi masyarakat Indonesia ini secara demografi sudah terjadi kemajuan baik secara ekonomi, pendidikan maupun strata sosialnya yang mengalami kenaikan. Untuk itu hal ini harus di eksplorasi secara terus menerus.Sehingga nanti pada ujungnya masyarakat kita akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa memang ideologi Pancasila itu betul betul ideologi jalan tengah yang sudah sesuai dengan nation and character bangsa Indonesia. Dan hal ini kalau dikembangkan bisa menjadi kekuatan ideologi dunia juga,” ujar pria yang juga ditugaskan sebagai pengembang organisasi NU di kawasan Timur Tengah ini.Untuk membangkitkan lagi semangat nilai-nilai Pancasila dalam membangun bangsa ini dirimya berharap agar Pancasila tidak hanya di dengungkan di level negara atau pemerintah saja. meski saat ini ada lembaga bernama Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP). Masyarakat melalui organisasi besar seperti NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya juga harus diberikan ruang sebagai kekuatan  besar untuk membangkitkan nilai-nilai Pancasila.

Level pemerintah punya batas batas untuk menggerakkan ini karena terbentur soal anggaran, terbentur soal kewenangan dan macam-macam. Dengan melibatkan seluas-luasnya, partisipasi masyarakat, kelompok adat, raja-raja Nusantara, kelompok kelompok Pemuda milenial, kelompok pengusaha dan sebagainya maka ekstensifikasi dan intensifikasi ideologi pancasila ini betul-betul melebar di seluruh kompones strategis bangsa di seluruh penjuru nusantara. Karena hal ini bisa menjadi penangkal dari perkembangan ideologi-ideologi yang mencoba menyusupi di negara ini.


 

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannyayang semula dari zaman Yunani Kuno itu fi lsafat berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan penerusanpengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu ituberubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti: filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.

B.     PENUTUP

Demikian Selayang pandang filsfat ilmu pendidikan semoga bisa makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

 

Satu  Kata buat temen-temen semangat Kualihnya dari syiir Jalaludin Rumi :

Jika Engkau Kehilangan Rob

Dalam jalan cinta,

Datanglah padaku secepatnya

akulah benteng tak terkalahkan

(rumi D17925)


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir 2008, Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, Bandung PT Remaja Rosdakarya,

Hasbullah bakry 1971 , sistematik filsafat, Jakarta, jakarta prest

Koento Wibisono S, 1984, “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta

Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten,

Mohammad Muslih 2014, Filsafat Ilmu, Yokyakarta, Blusukan Gowok Omplek Polri

Nunu Burhanudin 2014, Filsafat ilmu, Jakarta timur, Prenamedia group.

Nuchelmans G., 1982, Berfi kir Secara Kefilsafatan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono, Fakultas Filsafat PPPT UGM Yogyakarta

Poedjawidjatna 1974,  pembimbing ke alam filsafat, Djakarta,pembangunan

Sastrapratedja, M, 1997, Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Makalah, Disampaikan Pada Internship Filsafat Ilmu Pengetahuan, UGM Yogyakarta

Wiliam C. Chittik 2000 “ Jalan Cinta Sang sufi, Jalaludin Rumi, Yogyakarta, Adipura

 يمنى طريف الخولي " فلسفة العلم في القرن العشرين" هنداوي عام 2014

  Ismaun 2015 : Modul “Pengertian Filsafat, Objek, dan Kedudukannya dalam Berbagai Ilmu Pengetahuan”

Wiyono 2012 jurnal “filsafat ilmu dan penegertiannya  http://substantiajurnal.org/ diakses 13 September 2021

Sampadzi zuroh 2012, “Filsafat islam”, https://d1wqtxts1xzle7. cloudfront.net/51768288/ Filsafat_Ilmu diakses 13 September 2021

https://www.tribunnews.com/tribunners,pancasila merupakan karya besar diakses 13 September 2021

https://news.detik.com/kolom/d-5123752/filsafat-menghadapi-pandemi diakses 13 September 2021

 

 

 

 

 

 



[1] Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten,p.6-7, 9, 16, 35, 79.

[2] Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.

[3] https://news.detik.com/kolom/d-5123752/filsafat-menghadapi-pandemi

[4] Poedjawidjatna : pembimbing ke alam filsafat, Djakarta ; pembangunan 1974 hal1

[5] Ahmad Tafsir, Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2008 Cet ke 16 h 10

[6] Nunu burhanudin, Filsafat ilmu, Jakarta timur, Prenamedia group hal 2

[7] Hasbullah bakry, sistematik filsafat, Jakarta, 1971 h 11

[8] Jurnal Wiyono  http://substantiajurnal.org/

[9] Wiliam C. Chittikc “ Jalan Cinta Sang sufi, Jalaludin Rumi, hal 282

[10] Jurnal Sampadzi zuroh, Filsafat islam, https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51768288/Filsafat_Ilmu

[11] Mohammad Muslih 2014 “ Filsafat Ilmu, Yokyakarta, Blusukan Hal :64

[12] يمنى طريف الخولي " فلسفة العلم في القرن العشرين" هنداوي عام 2014

 

[13] Ahmad Taufik Nasution 2016 : Filsafat Ilmu hakekat mencari pengetahuan ; Yogyakarta, depublish, hal 2-4

[14] Ismaun : modul Pengertian Filsafat, Objek, dan Kedudukannya dalam Berbagai Ilmu Pengetahuan Hal 10

[15] https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/10/04/pancasila-sebuah-karya-besar-dari-kehebatan-para-founding-fathers-bangsa-indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengungkap Sejarah dan Evolusi Bahasa Indonesia

HADIS TEMATIK PESERTA DIDIK

DEFINISI FIQIH AL-LUGHOH