SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU
MAKALAH
SELINTAS
TENTANG FILSAFAT ILMU
Tugas
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dosen Pengampu :
Dr. Wahyudin, M.A., M.Phil
Dr. Aria Septi. A, M.Pd
KELAS A :
Pendidikan Bahasa Arab ( PBA )
Disusun Oleh :
M. Zainal Musthofa
NPM : 2171030015
FAKULTAS TARBIYAH
PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGRI
METRO – LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, sampai akhir zaman.
Makalah Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang berjudul “Selayang Pandang
Filsafat Ilmu” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya makalah ini
tak lupa penyusun menyampaikan terimakasih pada Dosen Pengampu, Teman-
Teman yang telah membantu menyumbangkan
pikirannya memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.
Metro, 18 September 201
M.
Zainal Musthofa
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................ I
KATA PENGANTAR......................................................................................... II
DAFTAR ISI....................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C.
Tujuan Masalah........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A.
Studi Kritis .............................................................................................. 4
1.
Filsafat Menghadapi Pendemi................................................................ 4
2.
Refleksi Filosofi.................................................................................... 5
B.
Pembahasan............................................................................................. 7
1.
Pengertian Filsafat ilmu........................................................................ 7
2.
Obyek material dan formal.................................................................. 19
3.
Tujuan filsafat Ilmu filsafat ilmu............................................................. 20
4. Relevansi studi kritis di tribunnews.com dengan
tema ini ...................... 21
BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP.......................................................... 25
A.
Kesimpulan......................................................................................... 25
Daftar Pustaka...................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pada awalnya yang pertama muncul
adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga
dikatakan bahwa filsafat merupakan induk
atau ibu dari semua ilmu (mater cientiarum[1]).
Karena objek material filsafat mempunyai penjelasanan umum yaitu seluruh
ilmu-ilmu yang nyata, oleh
karena itu ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. serta faktor terbaginya ilmu
dari filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya,
filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah
merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam
taraf peralihan ini filsafat tidak
mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Dalam konteks inilah ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji
dan di dalami.[2]
Meskipun pada perkembangannya
masing-masing, ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berari hubungan
filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang
dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara
masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi
penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu
padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan
merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian
yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu
dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada
pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan
keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan
yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafat
yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Akumulasi penelaahan empiris dengan
menggunakan rasionalitas yang dikemas melalui metodologi diharapkan dapat
menghasilkan dan memperkuat ilmu pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan
tetapi, salah satu kelemahan dalam cara berpikir ilmiah adalah justru terletak
pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir rasional, sehingga
dalam pandangan yang dangkal akan mengalami kesukaran membedakan pengetahuan
ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir
rasional sebenarnya merupakan sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan
berpikir rasional ini menyebabkan ketidak mampuan menghasilkan jawaban yang
dapat dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang
merupakan jawaban sementara. berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam
masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun
membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu
tujuan tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang dapat diberikan filsafat
kepada hidup masyarakat. Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada
umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi,
ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisika, sosiologi, ekonomi, dan
lain sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan
yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau
bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin
mengkhususkan metode-metode mereka. Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak
membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan
sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus
dikemukakan manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa
kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang
dasar pengetahuan kita, tentang metode, ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu
jika ditangani dengan ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan
secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia.
Di sinilah filsafat memainkan peranannya. Tulisan ini merupakan ulasan tentang
filsafat, peranan dan kontribusi filsafat berhadapan dengan ilmu-ilmu
pengetahuan, serta bagaimana filsafat membantu masyarakat menemukan
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Makalah ini juga mengulas tentang hubungan filsafat dengan
kebenaran.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada latar belakang yaitu :
1.
Pengertian filsafat ilmu
2.
Objek matrial dan formal
3.
Tujuan filsafat Ilmu
C.
Tujuan masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian
filsafat ilmu
2.
Untuk mengetahui pengertian
dan perbedaan objek matrial dan formal
3.
Untuk mengetahui tujuan
dari filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Studi Kritis
1.
Filsafat menghadapi
pendemi
Opini dalam surat kabar dan portal
berita[3]
memuat banyak pendapat tentang bagaimana menghadapi wabah virus korona. Dari
pemerhatian, ada berbagai perspektif yang digunakan untuk memahami dan
menangani pandemi seperti teologi, kedokteran, psikologi, dan ilmu sosial.
Jelas, pandangan kaum sarjana membantu masyarakat untuk mengerti asal muasal
mikroba, bagaimana mencegah penularannya, dan bertahan dalam keadaan terkekang.
Secara medis misalnya, pesan dan kiat
untuk mencegah virus didengungkan di Berbagai media, dan pihak-pihak terkait
turun ke lapangan untuk memastikan arahan Presiden agar pembatasan jarak fisik
berskala besar berjalan efektif. Secara moral, cendekiawan berlatar ilmu sosial
memberikan kesadaran warga supaya menahan diri untuk tidak berkegiatan di ruang
publik. berbagai disiplin telah dimanfaatkan untuk menghadirkan kajian ilmiah
agar bencana virus ini dilihat dan dipertimbangkan secara rasional. Apalagi,
rumor bahwa penyebaran Covid-19 adalah konspirasi. Tak pelak, ada sebagian
orang yang secara terang-terang menolak bahaya yang ditimbulkan oleh pandemi
ini bila tidak dikontrol. Jerinx, musisi, adalah salah satu pesohor yang
dikenal menyangkal virus tersebut.
Setelah ratusan tahun pasca revolusi
industri pertama manusia memanfaatkan mesin uap, eksploitasi terhadap alam
mulai dilakukan secara besar-besaran. Pembukaan lahan untuk perkebunan memaksa
pekerja untuk menggunduli hutan, yang menyebabkan habitat binatang dan
ekosistem terganggu. Kini, kita menyaksikan betapa mesin-mesin raksasa juga
menggali bumi untuk mengaut sumber daya alam demi kerakusan manusia untuk
menumpuk modal. Selain itu, mereka memenuhi kebutuhan (yang sengaja dibuat)
untuk keperluan pencitraan. Sepatutnya, setelah sekian lama alam dieksploitasi,
manusia telah menyimpan banyak kekayaan bersama. Malangnya, sistem kapitalisme
dan neoliberalisme memberikan jalan pada segelintir untuk meraup kentungan dan
menyimpan pundi-pundi untuk kepemilikan pribadi. Tiba-tiba, virus korona
mengentak kesadaran publik, menyerang manusia secara eksponensial. Penutupan
(lockdown) terbatas telah menghalang manusia untuk bekerja secara bebas. Tanpa
melihat latar belakang agama, bangsa, dan profesi, Covid-19 bisa menyerang
siapa saja. Dari seorang buruh migran di Singapura hingga Pangeran Charles
Inggris turut merasakan keganasan virus tersebut. Kenyataan ini meneguhkan
kepercayaan bahwa pada hakikatnya manusia itu sama dan memanggul kedudukan yang
berbeda karena rekonstruksi sosial dan warisan, bukan bawaan genetik. Di sini,
filsafat humanisme mendapat tempat bahwa hakikatnya manusia itu setara dan
bebas tanpa terbelenggu oleh kasta atau strata sosial.
2.
Refleksi Filosofis
Terjadinya musibah covid ini perlu
refleksi filosofis dan atas dasar kesetaraan ini , seeloknya manusia memiliki
akses yang sama terhadap alam, berupa pemanfaatan dan rasa nyaman. kini
penguasaan lahan hutan, tambang, dan pantai hanya dikuasai oleh sedikit
pemodal. Akibatnya, pembakaran lahan menyebabkan balita terpapar pada penyakit
ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), penambangan merusak lingkungan, dan
industri semen mengganggu keseimbangan lingkungan karena serapan air terhambat.
Malangnya, teknologi yang dihasilkan oleh sains menjadi kutukan. Alih-alih
memudahkan pergerakan, justru kemacetan dan polusi mesti ditanggung oleh
penghuni ibu kota. Tidak hanya menimbulkan stres, kemacetan juga memubazirkan
bahan bakar minyak yang luar biasa. , penaklukan alam oleh kaum modern dikritik
oleh pengusung teori kritis karena dianggap sebagai dominasi akal budi
instrumental, yang didorong oleh kepentingan jangka pendek.
Tragedi korona hadir sebagai kekuatan
kosmos untuk menghentikan hasrat manusia. Ia telah mengilhami Rhoma Irama untuk
menggubah lagu dengan judul nama virus ini, yang sejalan dengan keyakinan orang
ramai bahwa kita perlu berdoa, yang dilakukan di rumah, dan berikhtiar dengan
melawannya sesuai anjuran pihak berwenang. Tidak ada jalan lain selain apa yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Di sini, individu dan kelompok dipaksa untuk
kembali ke rumah. Sebagai kediaman, tempat tinggal adalah ruang untuk berdiam,
menikmati kesendirian masing-masing setelah sekian lama larut dalam kerumunan
dan berusaha menyemai hubungan kekeluargaan secara otentik. Untungnya, mereka tidak
sama sekali terisolasi, karena akses teknologi informasi masih memungkinkan
untuk berkomunikasi dan berbagi cerita. Hanya saja, percakapan di media sosial
masih disandera oleh pertikaian politik elektoral, sehingga usaha memahami dan
menangani bencana ini dalam kerangka konflik kelompok. Padahal, inilah waktunya
untuk menghadirkan diskusi yang jauh lebih substansial dan berfaedah untuk
menghadapi krisis dan menyongsong pascakrisis. Ternyata, angka kematian yang
disebabkan oleh virus masih lebih rendah dibandingkan dengan kecelakaan
lalulintas, korban obat terlarang, dan penderita kanker. Dengan kemajuan
teknologi medis dan kemampuan manajemen, sebaran virus Korona bisa ditangani,
tetapi ancaman terhadap kesejahteraan manusia datang dari banyak penjuru.
Mengingat perjalanan manusia sapiens
telah berlangsung ribuan tahun, sejatinya mereka bisa menimbangkan hierarki
kehidupan yang mesti menjadi kesadaran seperti diandaikan oleh Søren
Kierkegaard. Betapa kehidupan hedonis dalam fase estetis tidak bisa mengantarkan
manusia pada ketenteraman. Sampai sejauh mana alam akan diolah untuk memuaskan
nafsu manusia.
Horkheimer mengkritik manusia
modern karena kepongahannya menundukkan alam adalah semu. Kenyataannya, justru
alam berbalik meluapkan amarahnya akibat penggundulan, pengurasan energi fosil,
dan efek rumah kaca. Betapapun kita hendak beranjak dari pesta foya-foya ini
dengan berbuat baik sebagai wujud dari fase etis, namun kebaikan tak mampu
menolak kenyataan bahwa korban berjatuhan, yang juga menimpa orang-orang lemah
dan tak berdosa. apapun alam sedikit pulih akibat kegiatan industri dan manusia
berhenti sejenak, kehidupan tetap tampak "absurd" atau celaru. Untuk
itu, lompatan iman sebagai fase religius adalah pilihan. Namun, kepercayaan ini
lahir dari pencarian otentik, yang tidak dikerangkeng oleh agama institusional.
Inilah benteng terakhir di mana pesan Tuhan yang bersifat normatif dan
pencairan diri manusia bertemu.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian Filsafat
ilmu
Istilah
filsafat berasal dari bahasa Arab “Falsafah” yang diarabisasi dari kata
yunani, philosphia kata terdiri atas dua philo artinya cinta dan philia
teman atau persahabatan dan shophia artinya pengetahuan, kebijaksanaan
pengalaman, praktis. Dalam encyclopedia of philosophy disebutkan “ The greek
word Sophia is ordinary translated as wisdom and the compound philosophia, from
which philosophy derives is translated as the love.[4]
Lalu
apa yang dianamakan kebijaksanaan? dalam bukunya ahmad mengutip penjelasan
tentang kata bijak atau kebijaksanaan dengan “ wisdom” yang berartikan
pandai dalam bidang intelektual, akan tetapi meliputi lapangan mana saja yang
mengambarkan inteligensi[5]
contohnya tukang kayu dengan kemahirannya mempu membuat meja dan kursi dari
panduan bahan-bahan keperti kayu, besi, plastik yang dimodifikasi hingga
bernialai efektif dan estetik.
Kemudian Yang mirip dengan kata sophia, yaitu sophist (kaum
sofis). Istilah ini terkait orang-orang Yunani sebelum Socrates Yang
menyebut diri mereka sebagai cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai
ukuran realitas dan menggunakan argument-argumen Yang keliru dalam simpulan
mereka. Sehingga kata sofis mengalami dua reduksi makna, yaitu berpikir Yang
menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari
pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang
sofis (cendekiawan). Oleh karena itu, istilah tilsuf tidak pakai orang sebelum
Socrates.[6]
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan Yang dimiliki
manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni. filsafat teoretis dan
praktis.
a.
Filsafat teoretis mencakup:
(1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi. ilmu pertambangan.
dan astronomi:
(2) ilmu eksakta dan matematika;
(3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika.
b.
Filsafat praktis mencakup:
(1) norma-norma (akhlak);
(2) urusan rumah
(3) sosial dan politik.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu
secara sistematis, radikal, dan kritis. Maka. filsafat merupakan sebuah proses,
bukan sebuah produk. yakni berpikir kritis. aktif. sistematis, dan mengikuti
prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan
tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian.
filsafat akan terus berubah hingga Satu titik tertentu.
Hasbullah bakry mendefinisikan sejenis pengetahuan yang menyelidiki
sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, serta alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dipakai secara akal manusia dan sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu[7]
Definisi filsafat menurut al-Farabi adalah al-‘ilm bi al-maujūdāt bi
māhiya al- maujudāt.[8]
Ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada, termasuk
menyingkap tabir metafisika penciptaan. Al-Farabi menuangkan pemikiran filsafat
penciptaannya dalam karyanya Ārā’ Ahl al-Madīnah al-Fadhīlah yang
dimulai pembahasan tentang Tuhan sebagai sebab pertama, menunjukkan
keseriusannya menyingkap tabir gelap pemikiran filsafat metafisika. Tuhan
menurutnya sebab pertama dari semua wujud yang ada di jagat raya ini, sama
dengan konsep Tuhan menurut madzhab Aristoteles bahwa, Tuhan maha hidup, azali
dan abadi, tiada yang paling awal darinya dan tiada yang paling akhir
selainnya, tidak memerlukan iradah yang muaranya adalah sebuah pilihan, karena
Tuhan telah sempurna. Dia tidak percaya bahwa Tuhan tiba-tiba saja memutuskan
untuk menciptakan alam, karena hal itu akan menimbulkan pemahaman Tuhan yang
abadi dan statis tiba-tiba mengalami perubahan.
Konsep Aristoteles bahwa perlu kita pahami jiga Noneksitensi[9]
yaitu “pabrik” tuhan, diaman tuhan mengeluarkan kehendak atas segala Sesutu dan
memberkatinya, jika kita mencari eksistensi di dunia ini, hal ini tentunya
absurd, sebab kita berada sisegala eksisten seperti ungkapan Jalaludin rumi
pada syiirnya “ eksitensi penuh suka cita dan minum bersama engkau, telinga
noneksitensi dalam genggaman tangan engkau – keduanya bergantung pada wujud
engkau, dan keinginan keduanya berada dalam perintah engkau.
Pada dasarnya filsafat adalah pengetahuan, hal
ini mengenai pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.[10]
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa mengetahui
segala sesuatu di dalam kehidupan. Sering kali seseorang mempunyai keinginan
untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui itu ada dalam kehidupan
sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya sekedar keingintahuan yang
sebentar. Di sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang ingin mengetahui
suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu. Sehingga dia akan mencari apa
yang ingin diketahuinya itu sampai dia mendapatkannya. Setelah hal yang dicari
itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan. Ada lagi saat-saat
ketika seseorang ingin mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemui
keraguan dalam mengambil keputusan. Rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan
menghasilkan suatu kepastian. Pada saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan
menemui keraguan dalam membuat keputusan itulah yang memulai adanya filsafat.
Pemikiran filsafat didorong untuk mengetahui
apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Pemikiran filsafat
berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Dalam pemenuhan jawaban dan
pertanyaan, seperti:
1. Pemikiran
filsafat tentang ilmu berarti kita akan berterus terang kepada diri kita
sendiri.
2. Apakah
cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan
lainnya yang bukan ilmu?
3. Mengapa
sebaiknya atau seharunya mempelajari ilmu
Proses perkembangan ke arah pemikiran filasafat
dapat dibedakan dalam tahapanya, seperti:
a. Karakteristik
Filsafat yang terdiri dari karakter menyeluruh (tidak puas mengenali ilmu hanya
dari segi pandang ilmu itu sendiri); karakter mendasar (tidak percaya begitu
saja bahwa ilmu itu benar); dan karakter spekulatif (mencurigai atau memilih
buah pikir yang dapat kita andalkan)
b. Filsafat
sebagai peneratas pengetahuan, yang merupakan langkah awal untuk mengetahui
segala pengetahuan.Semua ilmu baik ilmu alam maupun ilmu soaial, bertolak dari
pengembangannya bermula sebagai filsafat. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat
adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci.
c. Bidang
telaah filsafat, yang menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan
oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan
hal-hal yang pokok, terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah.
d. Cabang
Filsafat, yang terdiri dari: Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika
(Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat
Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat
Hukum, Filsafat Sejarah dan Filsafat Matematika.
e. Filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat
ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam
dan filsafat ilmu-ilmu sosial, namun tidak terdapat
Pemikiran filsafat ilmu Bacon (1561-1626), terangkum dalam novum organum
(Organum Baru), sebuah karya yang ia maksudkan sebagai pengganti Organon
Aristoteles. Buku itu berisi tawaran tentang perangkat baru dalam penyelidikan
ilmiah. Dari sinilah, Bacon kemudian disebut sebagai seorang perintis filsafat
ilmu[11].
Memahami konsep Bacon tentang ilmu bisa dimulai dengan melihat pernyataannya
yang terkenal, “science is power”, ilmu pengetahuan adalah kekuasan,
demikian kata Bacon. Sejak semula umat manusia ingin menguasai alam, tetapi
keinginan itu selalu gagal, karena ilmu pengetahuan tidak berdaya guna dan
tidak mencapai hasil nyata. Logika tradisional Aristoteles terbukti tidak bisa
mendirikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan ia justru melestarikan
kesalahan dan kesesatan yang ada, daripada mengejar dan menentukan suatu
kebenaran. Logika hanya membawa kerugian daripada keuntungan.
Menurut Bacon, agar dapat menguasai alam, manusia harus mengenalnya lebih
dekat. Langkah untuk itu adalah dengan menggunakan metode induksi berdasarkan
eksperimen dan observasi. Metode ini merupakan instrumen yang telahdiklaim sebagai baru bagi sains dalam
menghimpun data-data faktual dalam jumlah besar.
Menurut Auguste Comte 1997 berawal dari studinya tentang
sejarah perkembangan alam pikiran manusia. sejarah perkembangan alam pikir
manusia terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap teologik, tahap metaphisik, dan
tahap positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang bahwa segala sesuatu
didasarkan atas adanya dewa, roh, atau Tuhan, sedang pada tahap metafisik,
penjelasan mengenai sesuatu didasarkan atas pengertian-pengertian metafisik,
seperti substansi, form, sebab dan lainnya
Hari ini rasanya tidak ada orang yang memungkiri fakta pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan. Sejarah mutakhir mencatat ilmu pengetahuan sebagai
produk pemikiran rasional manusia telah menghasilkan disiplin dan sub-disiplin
keilmuan yang beragam, dengan material dan bangunan metodologi yang
mantab, terpelihara dengan kokoh di dalam perpustakaan dan
institusi-institusi ilmiah seperti universitas dan pusat-pusat penelitian ilmu
pengetahuan. Ilmu membentuk tatanan dunia manusia dan turut menentukan
pola pandang dan cara hidupnya . Kemajuan ilmu pengetahuan berada di
balik setiap penemuan yang berguna bagi kemajuan hidup umat
manusia. Kemajuan itu benar-benar melambangkan kemenangan logos atas
mitos, tahayul dan kebodohan, dan menjadi kisah sukses luar biasa
dalam pencapaian peradaban manusia. Ilmu menjadikan alam dan manusia
sebagai objek observasi dan penyelidikannya. Sudah menjadi maklum bahwa
ilmu matematika, ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu
astronomi, ilmu antropologi, dan ilmu sosiologi merupakan
cabang-cabang keilmuan yang berkembang pesat dan sangat popular saat
ini. Namun, bagaimana jika yang menjadi objek penyelidikan adalah
ilmu pengetahuan itu sendiri sehingga merupakan sebuah studi tentang ilmu
pengetahuan. Itulah disiplin filsafat ilmu atau cabang teoritis dari ilmu
filsafat yang mengkaji secara khusus, sistematis, mendalam dan reflektif
tentang ilmu pengetahuan.
Penyelidikan filsafat ilmu secara khusus adalah apa yang sampai hari ini
masih terus dikembangkan yaitu penyelidikan filosofis dalam bidang-bidang ilmu
particular, seperti: filsafat matematika, filsafat
biologi, filsafat ilmu sosial, filsafat ilmu politik, filsafat
ilmu kealaman, filsafat ilmu psikologi, dan lain
sebagainya. Berbeda dengan scope filsafat ilmu secara umum, kajian
khusus ini menukik pada persoalan-persoalan mendasar yang menjadi bahasan dalam
bidang ilmu tertentu. Dalam bidang spesifik ini pula temuan-temuan ilmiah
dalam bidang spesifik dikaji dan didiskusikan secara filosofis. Ada
perlunya seseorang setelah mendalami filsafat ilmu secara umum, juga
mencoba mengkaji secara lebih spesifik dalam bidang-bidang keilmuan particular
tersebut sesuai dengan preferensi keilmuan masing-masing. Ia memberikan
perhatian pada hubungan relasi konseptual dari konten ilmu pengetahuan.
Prinsip-prinsip logika memungkinkan subjek pengembang ilmu pengetahuan serta mengeliminasi
selubung-selubung psikologisme ilmiah dan mereduksi kesalahan
logis , juga menghasilkan penalaran yang jernih dan patut diterima
oleh komunitas ilmiah. Penalaran ilmiah yang baik mengandaikan kesalahan
logis yang minimal, baik dalam eksplanasi maupun pengambilan - pengambilan
kesimpulan, oleh karena itu
artikulasi filsafat ilmu sesungguhnya membutuhkan asupan dosis logika yang
penuh, bahkan, lebih-lebih, kerja kreatif logika secara ketat
dan intensif . Jika kita perhatikan, aktivitas di dalam riset
dan kerja akademis selalu berhadapan dengan penerapan logika. Kegiatan dan
aktivitas ilmiah mulai dari mencerna ide, memahami teori dan dalil-dalil
ilmu pengetahuan, menciptakan definisi, menalar uraian gagasan dan
pemikiran yang kompleks dari ilmuwan lain, melakukan eksplanasi terhadap
publik, menguraikan argumentasi dan justifikasi ilmiah, menganalisis
data, verifikasi empiris dan pembuktian falsifikasi, pengujian
hipotesis dan narasi, pengambilan kesimpulan-kesimpulan ilmiah, diseminasi
pemikiran dalam publikasi, hingga diskusi oral ilmu pengetahuan dalam
forum-forum ilmiah tidak dapat dilepaskan dan tuntutan standar logika ilmiah
yang baik dan benar. Namun, bukan hanya pernyataan
sehari-hari, kita juga masih menjumpai kesalahan logika yang serius dalam
eksplanasi ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial. Sementara, logika ilmiah
menghendaki korespondensi dan hoherensi logis untuk dapat membangun argumen
dengan baik dan benar.
Menurut yamna thoriful khouli dalam bukunya filsafat ilmu di abad ke
sepuluh
فلسفة العلم هو ظاهرة إنسانية قديمة قِدم الإنسان، نشأت مع
ظهوره فاخترع رموز العد الرياضية قبل أن يضع الأبجدية المكتوبة، فطالما كانت
الغاية تطويع البيئة؛ بالسحر تارة، وبالتقنية التي يصيغها له العلم تارة أخرى، تلك
الظاهرة المستمرة التي كانت حصيلة مجهودات بشرية متراكمة لم تتوقف أبدًا؛ فقد وضعت
حضارات الشرق القديم أصوله، وصاغ الإغريق أسسه النظرية، ثم اعتنى العرب بترجمته
ودرسه وتطبيقه في عصورهم الذهبية فلم يَضِع في ظلمات العصور الأوروبية الوسطى،
فكانت ثوراته الكبرى في عصور العقلانية والتنوير، وهنا تظهر الفلسفة في المشهد من
جديد، فالعلم أصبح يشكل الواقع والعقول؛ وبالتالي يحتاج لدراسة خاصة تضبط منطقه
وتتبع تطور أساليبه العلمية والمنهجية، كما تضطلع بعبء دراسة إطاره التاريخي
والحضاري لنخرج بنظرية فلسفية خاصة بالمعرفة، وعلوم جديدة تتبع تاريخ العلم وترسم
منطقه ومنهجيته.[12]
إن
العلم لا يفكر في ذاته. ويمكن أن نضيف إلى هذا أنه لا يُعنَى كثريًا بذاكرته، ولا
يلتفت إلى ماضيه، فديدن العلم في أن يصحح ذاته ويجدد نفسه ويتجاوز الوضع القائم،
ناهيك عن املاضي، إنه يشحذ فعالياته املنطلقة بصميم الخصائص املنطقية صوب
الاختبارية والتكذيب والتصويب، صوب مزيد من التقدم والكشف، أي صوب ً املستقبل دوما. لذلك لم تكن علاقة العلم بتاريخه مماثلة
لعلاقة الكيانات الحضارية الأخرى بتاريخها، فقد تعتبره بمثابة سجلها املدون الذي
يحمل معالم تشكل هويتها، فلا تنفصل عن تاريخها إلا إذا كان للشخص أن ينفصل عن
بطاقة هويته، ولعل املنطلق الفلسفي يطرح علاقة الفلسفة — قبل أي شيء آخر —
بتاريخها، وملا كان تاريخ الفلسفة هو ذاته الفلسفة، فإن هذا يبرز كيف تنفرج الهوة
بني العلم وتاريخه. ولكن
بقدر ما نجد العلم في القرن العشرين قد أصبح الفعالية العظمى التي تشكل ً وتعيد
تشكيل العقل املعاصر والواقع املعاصر، يوما بعد يوم وإلى غري نهاية، نجد تاريخ
العلم هو تاريخ العقل الإنساني والتفاعل بينه وبني الخبرات التجريبية أو معطيات
الحواس، هو تاريخ املناهج وأساليب الاستدلال وطرق حل املشكلات التي تتميز بأنها
واقعية عملية ونظرية على السواء، إنه تاريخ تنامي البنية املعرفية وحدودها
ومسلماتها وآفاقها، تاريخ تطور موقف الإنسان بإمكاناته العقلية من الطبيعة والعالم
الذي يحيا فيه، تاريخ تقدم املدينة املدنية والأشكال الحضارية والأساليب الفنية
التي يصطنعها
وعلى
أية حال، إذا كان العلم لا يفكر في ذاته، فإن فلسفة العلم هي التي تتكفل بذلك
العبء وتضطلع بالتفكري في ذات العلم .
في منهجه ومنطقه وخصائص املعرفة العلمية وشروطها وطبائع تقدمها وكيفياته وعوامله . على الإجمال التفكري في الإبستمولوجيا — أي نظرية املعرفة
العلمية — ثم العلاقة بينها وبني املتغريات املعرفية الأخرى والعوامل الحضارية
املختلفة. وإذا
كان العلم لا يلتفت كثريًا إلى ماضيه، فإن فلسفة العلم أصبحت لا تنفصل عن الأبعاد
التاريخية لظاهرة العلم فغدت شديدة العناية بتاريخ العلم، بحيث إن املتابع لتطورات
فلسفة العلم في القرن العشرين يلاحظ أن أبرز ما أسفرت عنه هذه التطورات هو حلول
الوعي التاريخي في صلبها، فتستقبل فلسفة العلم القرن الحادي والعشرين، ً وقد
انتقلت من وضع مبتسر استمر طويلا يولي ظهره لتاريخ العلم ولدوره في تمكيننا ً من
فهم ظاهرة العلم فهم ً ا أعمق، فضلا عن دفع معدلات التقدم العلمي، ويكتفي بالنسق
العلمي املنجز الراهن، ويفلسفه بما هو كذلك على أساس النظرة إليه من الداخل، أو
النظرة إلى النسق العلمي في حد ذاته .
انتقلت
فلسفة العلم من هذا إلى وضع مستجد يرتكز على الوعي بتاريخ العلم، فيفلسف العلم في
ضوء تطوره التاريخي، وعبر تفاعله ً مع البنيات الحضارية والاجتماعية، مما يعني
تطورا ذا اعتبار في منطلقات وحيثيات وعوامل النظرة الفلسفية إلى العلم، وهذا
التطور في الواقع هو تكامل النظرة إلى العلم من الداخل مع النظرة إليه من الخارج،
أي باختصار نظرة فلسفية أشمل لظاهرة العلم. ولا
شك أن فلسفة العلم هي امل ِّعبر الرسمي والشرعي عن أصول التفكري العلمي، وهي
مسئولة عن وضعية ودور تاريخ العلم، وسوف تكشف صفحات مقبلة عن عوامل ً عديدة أفضت
فيما سبق إلى إغفالها البعد التاريخي طويلا.
Untuk memudahkan memahami filsafat ilmu perlu kita
ketahui apa itu ilmu pengetahuan atau ilmu, ilmu pengetahuan dan filsafat :[13]
1.
pengetahuan merupakan
bagian yang esensial dari eksitensi manusia, karena pengetahuan merupakan buah
dari aktivfitas yang dilakukan manusia berfikir dan merupakan diferensia yang
memisahkan manusia dari semua garis lainya. Yaitu seperti hewan. Dalam bahasa
arab padanan bagi kata pengetahuan adalah al-irfan, merupakan pengetahuan
manusia berasal dari Allah dan sangat terbatas, Allah memberi pengatuhan kepada
nabi Adam AS kepada manusia, dikarenakan manusia tidak memiliki pengetahuan
semuanya penetahuan itu dari Allah semua.
2.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu dalam bahasa arab
adalah alima ya’lamu, aritnya
memahami benar-benar, sedangkan dalam bahasa inggris yaitu science dalam bahasa
latin scientia, yang paling dekat dalam bahasa yunani yaitu episteme yang artinya
pengetahuan. Ilmu pengetahuan atau sains
adalah suatu pengetahuan ilmiyah yang memiliki syarat –syarat :
a. Dasar
pembenaran yang dapat membuktikan dengan metode ilmiyah dan teruji dengan cara
kerja ilmiyah
b. Sistematik
yaitu terdapat system yang tersusun dan melalui proses, metode, dan produk yang
terkait.
c. Intersubyektif
yaitu terjamin keabsahan dan kebenaran
3.
Filsafat
a. usaha
spekulatif manusia yang sangat rasional, sistematik,
konseptual untuk memperoleh
pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan sesuai ilmiah;
b. ikhtiar untuk menentukan batas pengetahuan
secara koheren
dan menyeluruh (holistic dan comprehensive);
c. wacana
tempat berlangsungnya penelusuran kristls terhadap berbagai pernyataan dan
asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan;
d. dapat
dipandang sebagai suatu "tubuh” pengetahuan yang memperlihatkan apa yang
dilihat dan dikatakan. Dia harus Seiring dan sejalan dalam aplikasi
dan di lapangan. Filsafat
menjembatani cara berpikir secara ontologis (hakikat apa Yang dikaji),
epistemologi (Cara mendapatkan pengetahuan Yang benar) dan aksiologi (nilai
kegunaan ilmu).
Pengetahuan Yang mempelajari seluruh apa Yang
bisa dipikirkan menyangkut fenomena manusia, alam dan Tuhan secara kritiy.
filsafat disebut juga ilmu pengetahuan Yang mencari hakikat dan berbagai
fenomena, Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren
tentang seluruh realitas.
Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai
hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat atau kebijaksanaan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat
mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laut banyak ilmu-ilmu khusus Yang
melepaskan diri dari filsafat- Yang pertama sekali melepaskan diri adalah ilmu-ilmu astronomi, kemudian
ilmu-ilmu alam dan selanjutnya ilmu-ilmu sosial. Meskipun
demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan
masih memiliki hubungan dekat sebab baik filsafat maupun pengetahuan sama-sama
pengetahuan Yang metodis, sistematis koheren dan mempunyai Objek material dan
formal. Namun Yang
membedakan keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari
satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat juga merupakan rahim semua ilmu
pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk Yang melahirkan dan
membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup
dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional
dalam mempertangilmunya. Pertanggungjawaban qxara rasional di sini berarti
bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap selgala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara baik.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa
2.
Obyek material dan
formal
Filsafat sebagai kegiatan pikir murni
manusia (reflective thinking) menyelidiki objek yang tidak terbatas[14].
Ditinjau dari sudut isi atau substansi dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a.
Objek material ialah
menyelidiki segala sesuatu yang tak terbatas dengan tujuan memahami hakikat ada
(realitas dan wujud). Objek material filsafat kesemestaan, keuniversalan, dan
keumuman bukan partikular secara mendasar atau sedalam-dalamnya.
b.
Objek formal ialah
metodologi, sudut, atau cara pandang khas filsafat, pendekatan dan metode untuk
meneliti atau mengkaji hakikat yang ada dan mungkin ada —baik yang konkret
fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual; maupun abstrak logis,
konsepsional, rohaniah, nilai-nilai agama, dan metafisika, bahkan mengenai
Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta.
Perkembangan selanjutnya adalah
filsafat sebagai hasil upaya pemikiran dan renungan (contemplation) para ahli
pikir (filsuf). Ada juga yang merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berupa pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai cita-cita hidup atau
ideologi. Misalnya, paham-paham individualisme, kapitalisme, sosialisme, ideologi
komunisme, ideologi zionisme, ideologi pan-Islamisme, ideologi nasionalisme,
dan sebagainya.
3.
Tujuan filsafat Ilmu
Tujuan
Filsafat Ilmu sebagai cabang
khusus filsafat yang
membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap
etis yang harus dikembangkan ilmuwan
secara umum mengandung tujuan sebagai berikut :
1.
Filsafat
ilmu sebagai sarana
pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah.
2.
Filsafat
merupakan usaha merefleksi,
menguji, mengkritik asumsi, dan
metode keilmuan.
3.
Filsafat
ilmu memberikan pendasaran
logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional.
Semakin banyak manusia tahu, semakin
banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang
asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang
kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah
menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis
dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya
membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan
berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan
insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia
membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu
membantu manusia mensistem apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan
proses pencariannya. Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki
setiap sudut kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu
pengetahuan banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya
T. W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul
Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu
pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan mempunyai
metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada hasil-hasil
yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan.
4.
Relevansi studi
kritis di tribunnews.com dengan tema ini
a.
Pancasila Sebuah
Karya Besar dari Kehebatan Para Founding Fathers Bangsa Indonesia [15]
Pancasila selama ini sudah merupakan ideologi utama baik di level negara
maupun di level masyarakat. Disamping
common ideologi, Pancasila juga merupakan kristalisasi nilai yang ada di
masyarakat, karena masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat yang berketuhanan,
berkeadilan, yang mana memiliki tradisi bermusyawarah dan sudah sepakat untuk
membangun Kesatuan Nasional. Untuk itu masyarakat harus bisa
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara untuk
keutuhan negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Tentunya hal tersebut harus
dipertahankan. Masyarakat kita harus memperkuat ini karena Pancasila ini adalah
peninggalan yang sangat luar biasa dari history sejarahnya karena merupakan
suatu gagasan narasi besar yang harus kita akui,” ujar Peneliti di Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Pancasila merupakan sebuah karya besar dari kehebatan para founding
fathers bangsa Indonesia di dalam meracik sebuah ideologi jalan tengah di luar
ideologi Islam dan ideologi sekuler liberal atau barat. Karena para funding
fathers bangsa ini dapat ‘meracik’ ideologi Pancasila ini sebagai ideologi khas nusantara.
Terbukti selama 76 tahun ideologi ini masih bisa dipraktekkan, meskipun
dari sisi kualitas memang terus menerus didalami oleh masyarakat kita.
Pancasila ini sebenarnya punya suatu gambaran cita-cita masyarakat yang ideal,
bahwa masyarakat nusantara yang ber-Pancasila ini sebenarnya masyarakat yang
berperadaban tinggi. dengan memiliki peradaban yang tinggi, maka sejatinya
masyarakat Indonesia tidak perlu lagi menoleh peradaban yang lain. Karena
bangsa Indonesia ini merupakan adiluhung (memiliki seni budaya yang bermutu
tinggi) dengan memiliki keberadaan, berketuhanan, memiliki moralitas dan
Akhlakul Karimah.Itu ada semua di masyarakat bangsa Indonesia ini. Jadi dengan
begitu tidak perlu ada imajinasi liar yang ingin mengganti Pancasila dengan
ideologi di luar Pancasila. Karena ini kristalisasi ideologi yang sudah sangat
luar biasa yang digagas oleh para funding fathers kita,” katanya. Bahkan
menurutnya saat ini justru banyak negara-negara lain mengamati perkembangan
Pancasila ini, mengaguminya dan bahkan sebagaian lain ada negara yang ingin
meniru ideologi Pancasila sebagai ideologi jalan tengah dan tinggal dipraktekkan.
Negara luar saja banyak yang ingin mencontoh dan meniru Pancasila. sangat
aneh kalau justru masyarakat kita yang ingin meninggalkan Pancasila. Dan
tentunya akan berbahaya bagi bangsa ini karena dapat menimbulkan perpecahan di
masyarakat karena orang tersebut menjadi radikal yang negatif seperti anti
Pancasila, anti NKRI dan bahkan bisa bersikap intoleransi,” ujar mantan Wakil
Sekjen Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). Namun demikian dirinya mengakui
bahwa sejak reformasi bergulir, pelajaran yang mengandung Pancasila di
lembaga-lembaga pendidikan seperti agak berkurang akibat terjadinya gelombang
liberalisasi di negara ini. Akibat dari liberalisai dan arus globalisasi itu
membuat masyarakat Indonesia mulai
banyak menengok pada ideologi diluar idelologi Pancasila. Mereka ini
terpengaruh ideologi-ideologi barat yang ada di Eropa atau di Amerika atau dari
beberapa negara Islam yang menerapkan
konsep syariat Islam. Mereka melihat seperti itu. Tapi sebenarnya
ideologi-ideologi seperti itu di banyak jaman dan di banyak era itu malah
banyak mengalami problematik di level negara, bangsa maupun masyarakat itu
Sejak reformasi itulah menurutnya bangsa Indonesia seperti kurang percaya
diri dengan ideologi Pancasila ini. Hal ini tak dapat dipungkiri karena selama
ini ideologi Pancasila itu ditampilkan menjadi ideologi tertutup yang represif.
Oleh karena dirinya berharap sudah saatnya pada era reformasi ini ada semacam
penyegaran bagaimana Pancasila sebagai ideologi yang luar biasa menarik ini
untuk ditampilkan sebagai ideologi terbuka yang dinamis, dialogis, yang
meletakkan masyarakat warga negara ini sebagai subjek untuk menggerakkan
ideologi ini. Di samping kepada state nationalism, Pancasila juga harus
diletakkan kepada people nationalism. Yang hilang kan ini sekarang selama ini
people nationalism. itu kan hilang itu. Sehingga people nasionalism itu
berbenturan dengan ideologi negara, yang akhirnya orang-orang itu menjadi
liardan mendapatkan ideologi kanan kiri.
Karena ideologi Pancasila selama ini hanya pada level negara. Untuk itu di era
saat ini ini sudah saatnya ideologi pancasila ditampilkan kembali secara
terbuka, dinamis dan diimplementasikan dalam bentuk inovasi-inovasi baru untuk
membentengi masyarakat dari paham-paham yang bersifat radikalisme negatif.
Apalagi masyarakat Indonesia ini secara demografi sudah terjadi kemajuan baik
secara ekonomi, pendidikan maupun strata sosialnya yang mengalami kenaikan.
Untuk itu hal ini harus di eksplorasi secara terus menerus.Sehingga nanti pada
ujungnya masyarakat kita akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa memang ideologi
Pancasila itu betul betul ideologi jalan tengah yang sudah sesuai dengan nation
and character bangsa Indonesia. Dan hal ini kalau dikembangkan bisa menjadi
kekuatan ideologi dunia juga,” ujar pria yang juga ditugaskan sebagai
pengembang organisasi NU di kawasan Timur Tengah ini.Untuk membangkitkan lagi
semangat nilai-nilai Pancasila dalam membangun bangsa ini dirimya berharap agar
Pancasila tidak hanya di dengungkan di level negara atau pemerintah saja. meski
saat ini ada lembaga bernama Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP).
Masyarakat melalui organisasi besar seperti NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya
juga harus diberikan ruang sebagai kekuatan
besar untuk membangkitkan nilai-nilai Pancasila.
Level pemerintah punya batas batas untuk menggerakkan ini karena
terbentur soal anggaran, terbentur soal kewenangan dan macam-macam. Dengan
melibatkan seluas-luasnya, partisipasi masyarakat, kelompok adat, raja-raja
Nusantara, kelompok kelompok Pemuda milenial, kelompok pengusaha dan sebagainya
maka ekstensifikasi dan intensifikasi ideologi pancasila ini betul-betul
melebar di seluruh kompones strategis bangsa di seluruh penjuru nusantara.
Karena hal ini bisa menjadi penangkal dari perkembangan ideologi-ideologi yang
mencoba menyusupi di negara ini.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat berasal dari kata
Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar
katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut
pengertiannyayang semula dari zaman Yunani Kuno itu fi lsafat berarti cinta
kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan penerusanpengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
setiap saat ilmu ituberubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan
tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi
pijakan untuk mencari pengetahuan baru dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini
merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui
seperti: filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.
B.
PENUTUP
Demikian Selayang pandang filsfat
ilmu pendidikan semoga bisa makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Satu Kata buat temen-temen semangat Kualihnya dari
syiir Jalaludin Rumi :
Jika Engkau Kehilangan Rob
Dalam jalan cinta,
Datanglah padaku secepatnya
akulah benteng tak terkalahkan
(rumi D17925)
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Tafsir 2008,
Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, Bandung PT Remaja
Rosdakarya,
Hasbullah bakry 1971 , sistematik
filsafat, Jakarta, jakarta prest
Koento Wibisono S, 1984,
“Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian
Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta
Koento Wibisono S. dkk.,
1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”,
Intan Pariwara, Klaten,
Mohammad Muslih 2014, Filsafat
Ilmu, Yokyakarta, Blusukan Gowok Omplek Polri
Nunu Burhanudin 2014, Filsafat
ilmu, Jakarta timur, Prenamedia group.
Nuchelmans G., 1982, Berfi
kir Secara Kefilsafatan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan
Oleh Soejono Soemargono, Fakultas Filsafat PPPT UGM Yogyakarta
Poedjawidjatna 1974, pembimbing ke alam filsafat, Djakarta,pembangunan
Sastrapratedja, M, 1997, Beberapa
Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Makalah, Disampaikan Pada Internship
Filsafat Ilmu Pengetahuan, UGM Yogyakarta
Wiliam C. Chittik 2000 “ Jalan
Cinta Sang sufi, Jalaludin Rumi, Yogyakarta, Adipura
يمنى طريف
الخولي " فلسفة
العلم في القرن العشرين" هنداوي عام 2014
Ismaun 2015 : Modul “Pengertian Filsafat,
Objek, dan Kedudukannya dalam Berbagai Ilmu Pengetahuan”
Wiyono 2012 jurnal “filsafat
ilmu dan penegertiannya” http://substantiajurnal.org/
diakses 13 September 2021
Sampadzi zuroh 2012, “Filsafat
islam”, https://d1wqtxts1xzle7. cloudfront.net/51768288/ Filsafat_Ilmu diakses
13 September 2021
https://www.tribunnews.com/tribunners,pancasila
merupakan karya besar diakses 13 September 2021
https://news.detik.com/kolom/d-5123752/filsafat-menghadapi-pandemi
diakses 13 September 2021
[1]
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten,p.6-7, 9, 16, 35, 79.
[2]
Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam
Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca
Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.
[3]
https://news.detik.com/kolom/d-5123752/filsafat-menghadapi-pandemi
[4]
Poedjawidjatna : pembimbing ke alam filsafat, Djakarta ; pembangunan 1974 hal1
[5]
Ahmad Tafsir, Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, Bandung PT
Remaja Rosdakarya, 2008 Cet ke 16 h 10
[6]
Nunu burhanudin, Filsafat ilmu, Jakarta timur, Prenamedia group hal 2
[7]
Hasbullah bakry, sistematik filsafat, Jakarta, 1971 h 11
[8]
Jurnal Wiyono
http://substantiajurnal.org/
[9]
Wiliam C. Chittikc “ Jalan Cinta Sang sufi, Jalaludin Rumi, hal 282
[10]
Jurnal Sampadzi zuroh, Filsafat islam,
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51768288/Filsafat_Ilmu
[11]
Mohammad Muslih 2014 “ Filsafat Ilmu, Yokyakarta, Blusukan Hal :64
[12] يمنى
طريف الخولي " فلسفة العلم في القرن
العشرين" هنداوي عام 2014
[13]
Ahmad Taufik Nasution 2016 :
Filsafat Ilmu hakekat mencari pengetahuan ; Yogyakarta, depublish, hal 2-4
[14]
Ismaun : modul Pengertian Filsafat, Objek, dan Kedudukannya dalam Berbagai
Ilmu Pengetahuan Hal 10
[15]
https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/10/04/pancasila-sebuah-karya-besar-dari-kehebatan-para-founding-fathers-bangsa-indonesia
Komentar