PERKEMBANGAN AJARAN ISLAM KLASIK, MENEGAH DAN MODERN
MAKALAH
PERKEMBANGAN AJARAN ISLAM KLASIK, MENEGAH DAN MODERN
Tugas disusun untuk
memenuhi ujian tengah semester
Dosen Pengampu :
Dr. Mukhtar Hadi, MSi
Dr.
Abdul Mujib, M.Pd.I
KELAS A :
Pendidikan Bahasa Arab ( PBA )
Disusun Oleh :
M. Zainal Musthofa
NPM : 2171030015
FAKULTAS TARBIYAH
PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
METRO – LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
sampai akhir zaman.
Makalah Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul
“PERKEMBANGAN AJARAN ISLAM KLASIK, MENEGAH DAN MODERN” dapat terselesaikan tepat waktu.
Dengan selesainya makalah ini tak lupa penyusun menyampaikan terimakasih pada
Dosen Pengampu, Teman- Teman yang telah
membantu menyumbangkan pikirannya memberi kritik dan saran yang membangun
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akhirnya penyusun harapkan agar hasil
dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.
Metro, 28 Oktober 2021
M.
Zainal Musthofa
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................ I
KATA PENGANTAR......................................................................................... II
DAFTAR ISI....................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5
D. Islam pada masa klasik ............................................................................ 5
E. Islam pada masa pertengahan ................................................................... 7
F. Islam pada masa modern .......................................................................... 20
G. Islam pada masa post modern
(sekarang) ................................................. 28
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 30
A. Kesimpulan......................................................................................... 30
B. Saran.................................................................................................. 30
Daftar Pustaka...................................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam pertama
kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sangat menarik dan santun
sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika
Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami perluasan-perluasan
wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orang-orang arab dan
sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam dipimpin dinasti
umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara.
Sejarah
Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (570 -650 M),
periode pertengahan (650 -1250 M), periode modern(1250 – 1800 M), dan periode post modern (1800 - sekarang) .
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan sejarah peradaban islam ?
2.
Bagaimanakah
perkembangan ajaran islam pada zaman klasik (masa Rasulullah SAW – Khulafaur
Rasyidin )?
3.
Bagaimanakah
perkembangan ajaran islam pada zaman pertengahan (masa Umayyah, Abbasiyah 1 dan
Abbasiyah 2 )?
4.
Bagaimanakah
perkembangan ajaran islam pada zaman modern (masa Turki Usmani )?
5.
Apa
saja factor keruntuhan Turki – sekarang pada zaman post modern?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
memahami sejarah peradaban islam.
2.
Untuk
memahami perkembangan ajaran islam pada zaman klasik.
3.
Untuk
memahami perkembangan ajaran islam pada zaman pertengahan.
4.
Untuk
memahami perkembangan ajaran islam pada zaman modern.
5.
Untuk
memahami perkembangan ajaran islam pada zaman post modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam pada Masa Klasik (570 – 650
M)
Masa klasik
dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika nabi Muhammad SAW diutus
menjadi Rasul. Ada juga yang mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa dimana
hijrahnya Rasulullah ke Madinah sampai Masa Khulafaur Rasyidin. Nabi Muhammad diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga utamanya.
Oleh karena masyarakat jahiliyah sangat menyukai dengan kesusastraan. Maka,
al-Qur’an diturunkan dengan bahasa sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu
semua didasarkan yaitu :
1.
untuk
menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar komunikatif)
2.
untuk
menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.
Dalam
menyampaikan risalah Tuhan, Nabi Muhammad
SAW menemui gangguan dan rintangan yang keras. Rintangan itu dapat berupa
ancaman pembunuhan dari masyarakat kafir Quraisy. Oleh karena beratnya
penderitaan yang ditanggung kaum muslimin, Nabi Muhammad SAW memerintahkan
sahabatnya mencari suaka ke Ethiopia. Pemimpin negeri Ethiopia Raja Negus
menolak ekstradisi para imigran islam yang dituntut oleh kaum Quraisy.
Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama berdakwah di Mekkah, sampai
kemudian ia melakukan perjanjian dengan beberapa orang utusan dari masyarkat
kota Yastrib, yang tidak berapa lama kemudian mengantarkannya berhijrah ke
Madinah. Di tempat baru ini, beliau membangun
masyarakat dan meneruskan dakwahnya. Ia menyebut pernduduk asli dengan Anshor,
sedangkan penduduk yang bermigrasi disebut Muhajirin.
Selama 10 tahun Rasulullah SAW tinggal di Madinah hingga akhirnya ia dan
kaum muslimin berhasil mendapatkan kesempatan menaklukan kota Mekkah dan
membebaskan Ka’bah dari berbagai berhala.
Setelah
wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para khalifah. Mulai dari
khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut sebagai masa al-Khualafa’
al-Rashidun. Berikut ini adalah urutan khalifah yang memimpin setelah Rasul
wafat, yaitu :
a. Abu Bakar al-Shidiq (w.
634M/11 H)
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang yang
murtad dan golongan orang yang menolak membayar zakat. Ia juga melanjutkan
kebijakan Rasul SAW dengan mengirim pasukan pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria,
yang sebelumnya sampai tertunda karena sakit keras yang menderanya, menjelang
kewafatannya. Ia juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang berserakan pada
pelepah kurma, batu tipis, tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.
b. Umar bin Khattab (w.
644 M/23 H)
Pada masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri Persia,
Iraq, Palestina, Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi membebaskan
wilayah jajahan-jajahan tersebut dari jajahan Romawi. Ia meninggal di usia 63
tahun akibat dibunuh oleh Abu Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.
c. Usman bin Affan (w.
656 M/35 H)
Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam satu
bentuk bacaan yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga berhasil memperluas
wilayah islam ke Turki, Siprus, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan dan Balkh
di Afganistan. Pasukan tangguh dan kuat pertahanannya. Usman meninggal dunia
dalam usia 82 tahun ketika membaca al-Qur’an, akibat ketidakpuasan rakyatnya
atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.
d. Ali bin Abi Thalib (w.
661 M/40 H)
Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai
kerusuhan dan kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat menuntutnya untuk
segera menghukum pembunuh Usman. Itu sulit diwujudkan,karena kondisi negara
yang tidak stabil. Ia hanya menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut
yang berujung pada terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang didukung Zubair
dan Talhah dan perang Siffin pimpinan Mu’awiyah. Dalam perang Siffin, Ali
menerima arbitrasi yang menyebabkan pasukannya terbelah menkadi dua. Satu
menolak, sedang yang lain menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut
Khawarij yang bertanggung jawab atas terbunuhnya sang Khalifah.
B. Islam pada Masa Pertengahan (650 – 1250 M)
Setelah pemerintahan yang dipimpin oleh para khalifah, pemerintahan
islam itu berganti menjadi Monarchy heredits (kerajaan turun-temurun).
Dinasti-dinastinya terdiri dari :
1.
Dinasti
Amawi (Bani Ummayah)
2.
Dinasti
Abbasiyah (Bani Abbasiyah)
Pada periode
klasik dan
Pertengahan (650-1250 M), Islam mengalami dua
fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di
fase inilah Islam di bawah kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan
pengaruh yang sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam
mencapai Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India. Masa
ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun
non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab seperti
Malik, Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal
tokoh-tokoh seperti Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidi, Wasil ibn Atha’
al-Mu’tazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. Di bidang ketasawwufan
dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi.
Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita mengenal al-Kindi,
al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi,
al-Mas’udi dan al-Razi;
1. Pola Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
Aku tidak akan menggunakan pedang ketika cukup mengunakan cambuk, dan tidak
akan mengunakan cambuk jika cukup dengan lisan. Sekiranya ada ikatan setipis
rambut sekalipun antara aku dan sahabatku, maka aku tidak akan membiarkannya
lepas. Saat mereka menariknya dengan keras, aku akan melonggarkannya, dan
ketika mereka mengendorkannya, aku akan menariknya dengan keras. (Muawiyah ibn
Abi Sufyan). Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi Sufyan.
Ia cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang negarawan yang
mampu membangun peradaban besar melalui
politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah dinasti besar yang mampu bertahan
selama hampir satu abad. Dia lah pendiri Dinasti Umayyah, seorang pemimpin yang
paling berpengaruh pada abad ke 7 H.
Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa melebihi tokoh-tokoh
muslim lainnya. Baginya, politik adalah senjata maha dahsyat untuk mencapai
ambisi kekuasaaanya. Ia wujudkan seni berpolitiknya dengan membangun Dinasti
Umayyah.
Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah (41 H/661 M) berbeda
dengan kepemimpinan masa-masa sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis
dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara para penguasa Bani
Umayyah diangkat secara langsung oleh penguasa sebelumnya dengan menggunakan
sistem Monarchi Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun
temurun. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara
turun temurun dimulai ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh Monarchi
di Persia dan Binzantium. Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun
dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan
tersebut. Dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang di
angkat oleh Allah.
Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukan secara
demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkan dengan
cara-cara yang tidak baik dengan mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin
Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan berkembangnya
corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan perkembangan umat Islam.
Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan berdasarkan menunjuk langsung oleh
khalifah sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang menjadi
khalifah berikutnya.
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah bin Abi
Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan
berkuasa (661 M - 681 M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang
akan menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah sendiri
yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan menunjuk Yazid sebagai putra
mahkota yang akan menggantikan kedudukannya kelak. Penunjukan ini dilakukan
Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan
konflik politik intern umat Islam
seperti yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah meninggalkan
tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untuk mendapatkan
pengesahan, para penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para
pemuka agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at) dihadapan sang khalifah.
Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini bertentangan dengan
prinsip dasar demokrasi dan ajaran permusyawaratan Islam yang dilakukan
Khulafaur Rasyidin.
Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada masa pemerintahan
Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalah Baitulmal. Pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan
rakyat, dimana setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap harta
tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, Baitulmal
beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga raja seluruh penguasa
Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama
ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
a. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
b. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
c. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
d. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
e. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
f.
Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
g. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
h. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
i.
Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
j.
Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
k. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
l.
Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
m. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
n. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
2. Masa Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz
Umar ibn Abdul Aziz adalah putra saudara Sulayman, yaitu Abdul Aziz. Umar
pantas diberi gelar khalifah kelima khulafaur rasyidin karena kesholihan dan
kemulyaannya. Sebelum ia diangkat menjadi khalifah Dinasti Umayyah kedelapan,
ia seorang yang kaya raya dan hidup dalam kemegahan. Ia suka berpoya-poya dan
menghambur-hamburkan uang. Namun setelah diangkat menjadi khalifah, ia berubah
total menjadi seorang raja yang sangat sederhana, adil dan jujur. Karena
kesholihannya, ia dianggap sebagai seorang sufistik pada jamannya. Ia juga
disebut sebagai pembaharu islam abad kedua hijriyah.
Walaupun masa pemerintahnnya relatif singkat, yaitu sekitar tiga tahunan,
namun banyak perubahan yang ia lakukan. Diantaranya, ia melakukan komunikasi
politik dengan semua kalangan, termasuk kaum Syiah sekalipun. Ini tidak
dilakukan oleh saudara-saudaranya sesama raja dinasti Umayyah. Ia banyak
menghidupkan tanah-tanah yang tidak produktif, membangun sumur-sumur dan
masjid-masjid. Yang tidak kalah pentingnya, ia juga melakukan reformasi sistem
zakat dan sodaqoh, sehingga pada jamannya tidak ada lagi kemiskinan.
Pada masa pemerintahnnya, tidak ada perluasan daerah yang berarti.
Menurutnya, ekspansi islam tidak harus dilakukan dengan cara imprealisme
militer, tapi dengan cara dakwah. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut
agama lain sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak
diperingan,kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Umar mangkat dari jabatannya pada tahun 101 H/719 M dengan meninggalkan
karakter pemerintahan yang adil dan bijaksana terhadap semua golongan dan
agama. Penerusnya nanti justru berbanding terbalik dengan karakter
kepemimpinannya.
3. Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan
kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan.
Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai oxus
dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan
ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah
kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia mengirim tentara
menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat
menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul
Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan
ketertiban. Umat Islam mersa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang
berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari
Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M.
setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin
pasukan Islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua
Eropa, dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar
(Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol
menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat
dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu,
pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman
Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee.
Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai
menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam
peperangan di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur
kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat
di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di Timur maupun Barat,
wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangat luas. Daerah-daerah tersrebut
meliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak,
sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62)
(2)
Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran
politik umat Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara
Hulagu di tahun 1258 M.
Masa disintregasi merupakan masa kemunduran
ataupun masa kemerosotan dalam sejarah peradaban dan perkembangan islam bani
Abbasiyah setelah mengalami masa kejayaan pada periode
pertama(132H/750M-232H/847M)
Sebenarnya masa disintregasi sudah terasa
setelah masa bani Abbasiyah periode pertama, namun baru benar benar terasa pada
tahun 1000-1250 M.
Adapun penyebab yang melatar belakangi masa
ini adalah sebagai berikut:
a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat lemah, karena
dibawah pengaruh kekuasaan lain.
b. Kecenderungan untuk hidup mewah
melebihi pendahulunya sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan
rakyat menjadi miskin.
c. Banyaknya daerah yang memerdekakan
diri dari kekuasaan pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.
d. Persaingan antar bangsa.
e. Masuknya unsur turki dalam pemerintahan yaitu sebagai militer pemerintahan
yang cenderung mementingkan kepentingan sendiri dan berebut jabatan.
Dapat
disimpulkan bahwa masa disintregasi adalah masa kemunduran bani Abbasiyyah
setelah mengalami masa kejayaan.
Adapun faktor penyebab masa ini adalah:
a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat lemah.
b. Kecenderungan untuk hidup mewah.
c. Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat dan mendirikan
dinasti dinasti kecil.
d. Persaingan antar bangsa dan masuknya unsur turki dalam pemerintahan
4. Dinasti yang memerdekaakan diri dari Baghdad
Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad
pada masa bani Abbasiyah antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Dari bangsa Persia
1) Thahiriyyah di Khurasan (205-259H/820-872 M)
2) Shafariyyah di Fars (254-290H/868-901M)
3) Samaniyyah di Transoxomania (261-389H/873-998M)
4) Sajiyyah di Azerbaijan (266-318H/878-930M)
5) Buwaihiyyah, menguasai Baghdad (320-117/923-1055 M)
b.
Dari bangsa Turki
1)
Thuluniyyah di Mesir (254-292H/837-903M)
2)
Ikhsyidiyyah di Turkistan (320-560
H/932-1163M)
3)
Ghaznawiyyah di Afganistan
(351-585H/962-1189M)
c.
Dari bangsa Kurdi
1) Al Barzuqani (348-406H/959-1015M)
2) Abu Ali (380-489H/990-1095M)
3) Ayyubiyah (564-648H/1167-1250M)
d.
Dari bangsa Arab
1) Idrisiyyah di Maroko (172-375H/788-935M)
2) Aghlabiyyah di Tunisia (184-289H/800-900M)
3) Dulafiyyah di Khurdistan (210-285H/825-898M)
4) Alawiyah di Tabaristan (250-316H/864-928M)
5) Hamdaniyyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H/919-1002M)
6) Mazyadiyyah di Hillah (403-545H/1011-1150M)
7) Ukailiyyah di Maushul (386-489H/996-1095M)
8) Mirdasiyyah di Aleppo (414-472H/1023-1079M)
9) Dinasti yang mengaku khilafah
10) Umawiyah di Spanyol
11) Fathimiyah di Mesir
5. Latar belakang timbulnya dinasti dinasti kecil ini adalah:
a. Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dan
daerah cenderung sulit dilakukan, bersamaan dengan kurangnya kepercayaan
penguasa terhadap pelaksana pemerintahan.
b. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata dari luar, terutama Turki.
ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan secara tidak langsung
mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri
sehingga banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
c. Keuangan negara yang sangat sulit sehingga tidak sanggup memaksa pengiriman
pajak ke Baghdad dikarenakan bayaran tentara sangat tinggi.
d. Persaingan antar bangsa yang sama sama ingin menonjolkan dirinya.
e. Perbedaan kepahaman antara Sunni dan Syiah.
Dapat disimpulkan dinasti yang memerdekakan
diri diantaranya adalah:
a. Dinasti dari bangsa Persia (5 dinasti)
b. Dinasti dari bangsa Turki (4 dinasti)
c. Dinasti dari bangsa Kurdi (3 dinasti)
d. Dinasti dari bangsa Arab (8 dinasti)
e. Dinasti yang mengaku sebagai khilafah
6. Latar belakang timbulnya dinasti tersebut antara lain:
a. Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah,.
b. Adanya angkatan bersenjata dari
luar, terutama turki. ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan
secara tidak langsung mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan sehingga
banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
c. Keuangan negara yang sangat sulit.
d. Persaingan antar bangsa.
e. Perbedaan kepahaman antara sunni dan syiah.
7. Perebutan kekuasaan di pemerintahan abbasiyah
Pada
masa khalifah al mu’tashim, beliau memberikan kebijakan dengan menarik tentara
turki untuk bekerja pada dinasti Abbasiyah. Dikemudian hari para tentara itu
menguasai istana dan memerintah seenaknya sebagai Amir Al Umara. Hal ini
berlanjut sanpai khalifah Al Mustakfi bi Allah (944-946M) mengundang dan
meminta bantuan pada Ahmad Ibn Abu Shuza yang beraliran Syiah dari dinasti
Buwaih, kemudian Ahmad menyerang Baghdad (945 M) dan berhasil mengusir tahta
Turki. Hal ini menjadi peluang bagi Ahmad untuk melemahkan kekuasaan khalifah.
Dikemudian hari kekhalifahan berpindah ke dinasti dinasti diantaranya dinasti
Buwaih (945-1055M) dan dinasti Saljuk (1055-1160M).
(1)
Dinasti Buwaih (945-1053M)
Didirikan oleh 3 bersaudara yaitu Ali, Hasan
dan Ahmad pada tahun 945-1005 M. mereka adalah keturunan Abu Shuja Buya
(Buwaih) salah satu pemimpin sebuah suku Dailam di daerah pegunungan di pesisir
utara laut Kaspia yang beraliran Syiah, sementara bani Abbas beraliran Sunni.
Adapun kebijakan yang diambil pada dinasti
Buwaih adalah:
a. Memindahkan kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad
b. Muncul dan berkembangnya ilmuwan besar diantaranya:
1) Al Faraby(w. 950 M)
2) Ibnu Sina(980-1037 M)
3) AL Farghani, Abd Al Rahman Al Shufi(w. 986 M)
4) Ibnu Maskawaih(w. 1030M)
5) Abu Al A’la Al Ma’arri(973-1057M)
6) Kelompok Ikhwan Al Shafa
c. Pembangunan kanal kanal, masjid, dan rumah sakit dsb
d. Kemajuan di bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan dan industri terutama
permadani.
Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama,
sepeninggal 3 bersaudara tersebut terjadi perebutan kekuasaan diantara anak
anak mereka.
Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Bani
Buwaih:
1) Faktor internal
a. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani buwaih
b. Pertentangan dalam tubuh militer antara golongan dari Dailan dan keturunan
Turki.
2) Faktor eksternal
a. Semakin gencarnya serangan Byzantium ke dunia islam
b. Semakin banyaknya dinasti dinasti kecil yang membebaskan diri dari
kekuasaan pusat di Baghdad.
(2)
Dinasti Saljuk
Latar
belakang munculya dinasti ini adalah perebutan kekuasaan diantara Al Malik Al
Rahim dari Bani Buwaih yang dirampas
oleh panglimanya Arsehan Al Basasiri. Dengan kekuasaannya dia bertindak
sewenang wenang terhadap Al Malik dan Al
Qaim dari bani Abbas, kemudian dia mengundang khalifah dinasti Fathimiyah(Al
Munthashir)untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong Al Malik untuk meminta
bantuan Tughril Bek dari Dinasti Saljuk untuk memasuki Baghdad dalam usaha
untuk menggagalkan rencana Arsehan.Al Malik dipenjarakan dan berakhirlah
kekuasaan bani Buwaih kemudian dimulailah kekuasaan bani Saljuk.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah
kecil rumpun suku Ghuz di Turkhistan.
Adapun kebijakan kebijakan yang diambil
Tughril Bek:
1.
Memusatkan pemerintahan di Naisabur dan Ray.
2. Melakukan
penaklukan kembali dinasti yang memisahkan diri dan mengakui kedudukan Baghdad.
3.
Membendung ajaran Syiah dan mengembalikan ajaran Sunni.
4. Melakukan
perbaikan pemerintahan, berupa mengembalikan jabatan perdana menteri yang
sebelumnya di hapus bani Buwaih.
5.
Berkembangannya ilmu pengetahuan diantaranya:
a. Berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M)
b. Berdirinya Madrasah Hanafiyah di Baghdad
6.
Adanya tokoh ilmuan diantaranya:
a. Al Zamaksyan (tafsir, bahasa dan teologi)
b. Al Qusyaini (Tafsir)
c. Abu Hamid Al Ghazali (Teologi)
d. Al Farid Al Diin Al Attar dan Umar Khayyam (Sastra)
7.
Pembangunan masjid, jembatan, jalan raya
dan irigasi (khalifah malik syah)
8.
Melakukan perluasan wilayah dari Kasygon sampai Yerussalem.wilayah luas
dibagi 5 bagian:
a. Saljuk besar (429-522H/1037-1127M) menguasai Khurazan, Ray, Jabal, Irak,
Persia dan Aharas. Merupakan induk dari yang lain. Jumlah syeikh 8 orang
b. Saljuk Kirman (433-583H/1040-1187M) di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek
Ibn Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh yang memerintah 12 orang
c. Saljuk Iran dan Khurdistan (511-590/1117-1194M), pemimpin pertamanya adalah
Mughirst Al Din Mahmud. Saljuk ini berturut turut diperintah oleh 9 syeikh
d. Saljuk Syiria (487-511H/1094-1117M) diprintah oleh keluarga Tutush Ibn Alp Arsehan Inb Dawud Ibn
Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh yang memerintah 5 orang
e. Saljuk Ruum (470-700H/1077-1299M) diperintah oleh keluarga Qutlumish Ibn
Isrel Ibn Saljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah 17 orang.
Adapun kholifah sepeninggal Tughril Beik
adalah sebagai berikut:
a. Alp Arsehan (455-465h/1063-1072m)
b. Maliksyah (465-485H/1072-1092M)
c. Mahmud (485 487H/1092-1092M)
d. Barkiyruq (487-498H/1094-1103M)
e. Maliksyah II (498H/1103M)
f.
Abu Syuja’ Muhammad (498-511H/1103-1117M)
g. Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128M)
Setelah Sultan Malik Syah dan perdana
menterinya Nizam Al Mulk meninggal saljuk mengalami kemunduran dikarenakan
perebutan kekuasaan oleh keluarga, sehingga banyak dinasti yang memisahkan diri
darinya.
Dapat disimpulkan bahmwa perebutn kekuasaan di
pust pemerintahan bani Abbas sangat lemah sehingga dapat dengan mudahnya
dikuasai oleh dinasti dinasti, terutama Dinasti Buwaih dan Saljuk yang sukup
lama berkuasa.
8.
Perang salib
Sebab sebab terjadinya perang salib adalah:
a. Kebencian dan keinginan balas dendam atas kekalahan dalam peristiwa
manzikart(464H/1071M) yaitu tentara Alp Arsehan yang berkekuatan 15.000 prajurit
dapat mengalahkan tentara romawi sejumlah 200.000 prajurit.
b. Penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan terkait dengan ziarah ke
baitul maqdis yang dirasa terlalu memberatkan umat kristen
Dari sebab tersebut maka Paus Urbanus II
berseru pada umat kristen untuk melakukan perang suci atau yang bisa di sebut
perang salib yang terbagi menjadi 3 periode.
Perang salib membawa dampak yang cukup buruk bagi perkembangan pengetahuan
dalam islam. Buku buku yang diterbitkan oleh orang islamsebagian besar dibawa orang orang kristen untuk
diterjemahkan(di adopsi) dan sebagian kecilnya dibakar.
Dapat diambil kesimpulan bahwa perang salib adalah perang suci antara kaum
muslimin dan kaum kristen. Yang terbagi dalam 3 periode:
a. Periode Pertama(1095M)
b. Periode Kedua(1144M)
c. Periode Ketiga(1219M)
9.
Sebab Sebab Kemunduran Bani Abbasiyah
a.
Faktor internal kemunduran bani abbasiyah:
1) Persaingan an antar bangsa
Khilafah abbasiyah didirikan oleh keluarga
Abbas yang turut digabungi oleh orang orang Persia yang pada mulanya dilatar
belakangi oleh persamaan derajat pada masa Bani Umayyah. Setelah
diproklamirkannya dinasti Abbasiyyah terjadi pertentangan diantaranya:
i.
bahwasanya orang Arab yang memiliki ras
istimewa dan menganggap non arab sebagai bangsa yang lemah, sedangkan orang
Persia menganggap dirinya adalah yang berhaak memegang kekuasaan.
ii.
Adanya fanatisme kebangsaan karena perluasan
wilayah abbasiyah yang mencapai Maroko, Irak, Syiria, Persia, Turki, dan
India(Fanatisme Syu’ubiyyah)
iii.
Praktik perbudakan yang dilakukan bani Abbas
terhadap budak budak persia dan turki. Oleh karena merasa jumlah mereka yang
besar mereka mersasa bahwa negara adalah
milik mereka.
iv.
Kecenderungan masing masing bangsa untuk
mendominasi kekuasaan.
2) Kemerosotan ekonomi
Disebabkan oleh:
i.
banyaknya wilayah yang memisahkan diri dan
tidak membayar upeti
ii.
banyaknya kerusuhan yang mengganngu
perekonomin masyarakat
iii.
diperingannya pajak
iv.
pengeluaran membengkak karena kehidupan
khalifah yang mewah dan maraknya korupsi.
3) konflik keagamaan
yaitu terjadinya pertentangan antara:
i.
kaum muslim dan kaum zindiq yang juga
menimbulkan konflik bersenjata
ii.
antar aliran dalam islam, Mu’tazilah dan kaum Salaf dalam hal bid’ah
10. faktor eksternal kemunduran bani abbasiyah:
a. serangan bangsa Mongol ke Baghdad
b. perang salib yang berlangsung beberapa periode yang menelan banyak korban
jiwa selaligus merusak peradaban islam
dapat disimpulkan faktor faktor yang menyebakan
kemunduran bani Abbasiyah adalah:
1) faktor internal
a) persaingan antar bangsa
b) kemerosotan ekonomi
c) konflik keagamaan
2) faktor eksternal
a) serangan tentara mongol
b) adanya perang salib
C. Islam
pada Abad Modern (1250-1800 M)
Islam pada periode modern
(1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam dua fase penting: (1) Fase kemunduran
(1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan
sentimen mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis (antara
Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah yang kemudian
diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.
Sementara perhatian terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen
(dimana Perang Salib telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam
Konsili Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase Masa
Tiga Kerajaan Besar (1500-1800). Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan
baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya
(klasik) setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di
Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia. Diantara ketiga
kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama bertahan adalah kerajaan
Usmani.
1.
Kerajaan Usmani
Kerajaan Utsmani
didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan
daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan
diri sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun 1300 M (699
H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas wilayahnya
ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota
Negara.
Kerajaan Usmani
untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang kuat terutama
dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang
pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya
kebudayaan Persia, Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung,
sekolah-sekolah, rumah sakit,
gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan di bidang
keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama yang menjadi hukum yang berlaku.
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani
mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam
makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
a. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi
Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai
Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki
sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan
negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah
satu dari tiga hal, yaitu:
1)
Masuk Islam
2)
Membayar Jizyah; atau
3)
Berperang
b. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi
raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse
sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil
mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang
dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan
persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan
senjata meriam.
c.
Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/
1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan
di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa
daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan
sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri).
Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota
Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu
bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan
Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan
antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan
itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat
Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti
Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
d. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan
negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga
mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap
pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan penyebab terjadinya Perang
Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat
dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika
melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami
kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam
tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
e.
Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/
1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam
yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain
berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali
negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
f.
Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/
1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan
Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk
menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani
sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika
Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam,
Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II
menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya
yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada
akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai
akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
g.
Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481
M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani
dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar
Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha
membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan
Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang
sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan
Islam yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel,
yaitu:
1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits
Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
2) Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat
kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara
mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang
didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar
(Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih
itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota
Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan
selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29
Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah
memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian
dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai
ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke
tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara
sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah
pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:
1) Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2) Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3) Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4) Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5) Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan
Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan
sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan
sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan
kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga
kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1) Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2) Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3) Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4) Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Lebih
jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel dibawah
ini :
No. |
Nama Khilafah |
Tahun Pengangkatan
(Masehi) |
1 |
Utsman I |
1281 |
2 |
Orhan |
1324 |
3 |
Murad I |
1306 |
4 |
Bayazid I |
1389 |
|
Peralihan Kekuasaan |
1402 |
5 |
Muhammad I |
1413 |
6 |
Murad II |
1421 |
7 |
Muhammad II |
1444 |
8 |
Murad II (menjabat yang kedua kalinya) |
1446 |
9 |
Muhammad II (menjabat ketiga kalinya) |
1451 |
10 |
Bayazid II |
1481 |
11 |
Saim I |
1512 |
12 |
Sulaiman I |
1520 |
13 |
Salim II |
1566 |
14 |
Murad III |
1574 |
15 |
Muhammad III |
1594 |
16 |
Ahmad I |
1603 |
17 |
Musthofa I |
1617 |
18 |
Utsman II |
1618 |
19 |
Musthofa I (menjabat kedua kalinya) |
1622 |
20 |
Murad IV |
1623 |
21 |
Ibrahim |
1640 |
22 |
Muhammad IV |
1648 |
23 |
Sulaiman II |
1678 |
24 |
Ahmad II |
1691 |
25 |
Musthofa II |
1695 |
26 |
Ahmad III |
1703 |
27 |
Mahmud I |
1730 |
28 |
Utsman III |
1754 |
29 |
Musthofa III |
1757 |
30 |
Abdul Hamid I |
1774 |
31 |
Salim III |
1789 |
32 |
Musthofa IV |
1807 |
33 |
Mahmud II |
1808 |
34 |
Abdul Majid I |
1839 |
35 |
Abdul Aziz |
1861 |
36 |
Murad V |
1876 |
37 |
Abdul Hamid II |
1876 |
38 |
Muhammad Rasyid V |
1909 |
39 |
Muhammad Wahid al-Din |
1918 |
40 |
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah) |
1914 |
D.
Islam pada Masa Post Modern (1800 –
Sekarang)
1.
RUNTUHNYA KERAJAAN
TURKI USMANI
a.
Faktor-Faktor
Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan
Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani
dan berakhrnya zaman keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat
perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774,
penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang
berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan
di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara
laut hitam dengan laut putih
b.
Faktor-faktor
keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan menjadi
1)
Faktor internal
a)
Karena luas wilayah
kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan,
banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
b)
Heterogenitas
penduduk dan agama.
c)
Kehidupan istimewa
yang bermegahan.
d)
Merosotnya
perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki
mengalami kekalahan.
2)
Faktor Eksternal
a)
Munculnya gerakan
nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa,
mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah
mereka bangkit untuk melawannya.
b)
Terjadinya kemajuan
teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami
kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan
wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Periode modern ini
dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat Islam. Kekalahan demi kakalahan terutama ketika runtuhnya Kerajaan Utsmani tampaknya mulai menyadarkan dunia Islam bahwa
dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi yang takkan mungkin
terlawan dengan mengandalkan kekuatan di berbagai aspeknya yang berada dalam
keadaan lemah ketika itu. Dari sinilah muncul ide-ide pembaharuan yang
bermaksud merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki
kepercayaan diri dalam menghadapi ekspansi militer, politik imperialis, dan
juga peradaban kolonial Barat yang semakin passif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan
peradaban sejarah Islam pada abad pertengahan ini dilakukan melalui tiga jalan yang
dilalui untuk memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga jalan tersebut
adalah Jalan Barat , Jalan Tengah , Jalan Timur. Perkembangan Islam, mengalami
dua fase yaitu fase kemajuan dan fase kemunduran. Keadaan perkembangan Islam
secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan
masa sebelumnya setelah berkembangnya kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di
Turki. Ada beberapa sektor penting yang muncul sebagai pengaruh
perkembangan Islam di abad pertengahan. diantaranya bidang Politik, bidang
Ekonomi Sosial, bidang Kebudayaan, bidang Pendidikan.
B. Saran
1.
Kita
dapat meneladani sikap intelektual dan semangat keislaman para Khalifah
2.
Kita
dapat mengambil berbagai tauladan dari para Khalifah
3.
Kita
dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan Islam atau dijadikan pandangan
hidup dalam kegiatan sehari –hari
4. Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan sehari-hari
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alibas, &
Khotimah, H. H. (2013, January 08). Sejarah Peradaban Islam di Andalusia.
Jakarta: Amzah.
Rizem alzid
2017, pesona bagdad dan Andalusia, Yogyakarta, difa prest.
Hitti, P. K.
(2010). History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Merduati.
(2007). Runtuhnya Kekuasaan Islam di Andalusia dan Implikasinya Terhadap
Umat Islam di Eropa. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.
Supriyadi, D.
(2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, B.
(2008). Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Retrieved October
25, 2017, from https://harkaman01.wordpress.com Amin, S. M. diakses pada
tanggal 20 September 2021
Komentar