Landasan Teori, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis

 

MAKALAH

Landasan Teori, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis

Tugas disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

 

Dosen Pengampu       :

 

1. Dr. Akla, M.Pd.

2. Dr. M. Kholis Amrullah, M.Pd.I

 


KELAS A :

Pendidikan Bahasa Arab ( PBA )

Disusun Oleh :

M. Zainal Musthofa                 

NPM : 2171030015

 

FAKULTAS TARBIYAH

PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI

METRO – LAMPUNG

2021

 

 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sampai akhir zaman.

 

Makalah Mata Kuliah Metodologi Penelitian Bahasa Arab yang berjudul "Landasan Teori, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis" dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya makalah ini tak lupa penulis menyampaikan terimakasih pada Dosen Pengampu, Teman-Teman yang telah membantu menyumbangkan pikirannya memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.

 

 

 

Metro, 16 September 201

 

                                                            M. Zainal Musthofa

DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................ I

KATA PENGANTAR......................................................................................... II

DAFTAR ISI....................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A.     Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 2

C.     Tujuan Masalah........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

A.     Pembahasan.............................................................................................

1.      Landasan Teori................................................................................... 4

2.      Kerangka Berfikir, dan Hipotesis......................................................... 8

3.      Hipotesis............................................................................................ 10

BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP.......................................................... 17

A.     Kesimpulan......................................................................................... 17

Daftar Pustaka...................................................................................................... 18

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Pengetahuan (information) dan ilmu (science) berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (full scale universe) maupun alam kecil (miniature universe). Kekaguman tersebut kemudian menyebabkan timbulnya rasa ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu manusia akan terpuaskan bila dirinya mendapatkan penjelasan mengenai apa yang dipertanyakan. Untuk itu manusia menempuh berbagai upaya agar memperoleh pengetahuan yang benar (kebenaran), yang secara garis besar dibedakan menjadi dua: secara tradisional (pendekatan non ilmiah) dan secara present day (pendekatan ilmiah).

Pengertian Penelitian adalah suatu penyelidikan terorganisasi, atau penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta untuk menentukan sesuatu. Customized structure penelitian adalah terjemahan dari individualized organization research yang berasal dari bahasa Inggris. Customized structure Research terdiri dari dua individualized organization yaitu re yang berarti kembali dan to look through yang berarti mencari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian research Dasar Metodologi adalah mencari kembali suatu pengetahuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengubah kesimpulan yang telah diterima secara umum, maupun mengubah pendapat-pendapat dengan adanya aplikasi baru pada pendapat tersebut.

Suatu penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dinamakan sebagai penelitian ilmiah. Dari pengertian penelitian (research) secara umum tersebut, terdapat beberapa pengertian penelitian yang dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut:

1.      Parson: Menurut parson bahwa pengertian penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inkuiri) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.

 

2.      John: Pengertian penelitian menurut John bahwa arti penelitian adalah pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum tertentu.

 

3.      Woody: Pengertian penelitian menurut woody adalah suatu metode untuk menemukan sebuah pemikiran kritis. Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan, dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan yang diambil untuk menentukan apakah kesimpulan tersebut cocok dengan hipotesis.

 

4.      Donald Ary: Menurut Donald Ary, pengertian penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

5.      Hill Way: Menurut Hill Way, pengertian penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat pemecahan masalah tersebut.

 

6.      Winarno Surachmand: Pengertian penelitian menurut Winarno Surachamnd adalah kegiatan ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru yang bersumber dari groundwork preliminary, dengan tekanan tujuan pada penemuan prinsip-prinsip umu, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel yang diselidiki

 

7.      Soetrisno Hadi: Menurut Soetrisno hadi bahwa pengertian penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

 

8.      Cooper and Emory: Suatu compositions penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah.

 

9.      Suparmoko: Usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia.

Penelitian mempunyai tujuan yang sama yaitu menyelesaikan masalah pada bidang tertentu. Pada pertemuan sudah dibahas yaitu judul. Latar belakang masalah, tujuan penelitian serta batasan penelitian selanjutnya identik dengan adanya landasan teori merupakan pembahasan bab ke 2 dimana peneliti melakukan riset landasan tori pada penentuan dan penjelasan sebuah permasalahan, kemudian kerangka berfikir dari judul yang diangkat oleh peneliti serta Hipotesis tujuan kegiatan penelitian.

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu

1.      Apa itu pengertian Pengertian Landasan Teori ?

2.      Apa itu pengertian Pengertian Kerangka Berfikir ?

3.      Apa itu pengertian Hipotesis  ?

C.     Tujuan masalah

1.      Untuk mengetahui Pengertian Landasan Teori

2.      Untuk mengetahui Pengertian Kerangka Berfikir

3.      Untuk mengetahui pengertian Hipotesis

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Landasan Teori

Dari segi etimologi, istilah teori konon berasal dari individualized organization yunani yaitu theoria berarti "melihat " melihat atau menyikapi fenomena yang sebelumya tersembunyi dari kesadaran dan perhatian kita toeri dibedakan menjadi tiga jenis yaitu teori makro, mikro dan meso :

 

1.      Grand theoritis atau teori makro yaitu teori yang memiliki cakupan yang luas berupa konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang bersifat abstrak dan umum yang menjelaskan karakteristik tingkah laku himpunan orang yang memiliki sekala besar, contohnya : teori psikoanalisa tentang struktur kesadaran-kesadaran yang dikemukakan oleh singmund freund dan Charles Darwin Dia mengemukakan bahwa semua spesies berasal dari nenek moyang bersama dan berkembang dari waktu ke waktu.

2.      Situation explicit speculations atau mikro yaitu teori yang mencakup relative sempit berupa konsep-konsep yang menjelaskan fenomena yang terjadi atau berlaku rentang waktu, cakup ruang, atau jumlah orang yang terbatas. Contoh teori lokus of control yaitu bagian dari Social Learning Theory yang menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai masalah faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pujian dan hukuman terhadap kehidupan seseorang.

3.      Middle-territory speculations atau teori meso adalah teori yang mencakup lebih sempit dan kurang abstrak dibandingkan dengan teori makro artinya jumlah proposisinya lebih sedikit dan lebih mudah diukur empiris, namun memiliki cakupan lebih meluas dari mada teori mikro, lebih di rinci teori ini sebagai penjembat dari teori mikro dan makro

 

Penelitian pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang memungkinkan manusia dapat memahami fenomena a memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah penelitian dapat timbul karena adanya kesulitan yang mengganggu kehidupan manusia atau semata-mata karena dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia. Sudah dipahami bersama bahwa penelitian merupakan expositions mencari pemecahan masalah melalui prosedur ilmiah.

 

Tahap-tahap yang harus dilalui menurut prosedur ilmiah bukan hanya dapat dilakukan di laboratorium saja, tetapi juga mencari kajian pustakanya atau teorinya. Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada. Pada semua ilmu pengetahuan, ilmuwan selalu memulai penelitiannya dengan cara menggali apa-apa yang sudah ada (Arikunto, 2010).

 

Dalam sub-bab Kajian teori memuat esinsi-esensi hasil penelitian literatur yaitu teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan individualized organization customized structure penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut atau dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain. Teori-teori itu harus relevan dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan landasan teoritis ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan information. Toeri merukan piasu analisis/worldview yang digunakan untuk mengupas masalah yang terjadi dimeja penelitian, jadi teori ibaratnya pisau untuk membelah sebuah roti, jika dapat menggunakan pisau yang tepat, dan menggunakannya secara tepat pula, maka hasilnya akan memuaskan. Sebelum mendefinisikan teori, ada dua istilah yang perlu dijelaskan yaitu konsep dan proposisi. Konsep menunjuk pada istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Proposisi merupakan hubungan yang logis antara dua konsep (Martono, 2011).

 

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang di susun secara sistematis (Sugiyono, 2012).

Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Secara khusus, teori adalah seperangkat konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi (Sardar, 1996). Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

1.      Selain itu ada tiga macam teori yaitu :

a.       Teori yang deduktif: memberi keterangan yang di mulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah information akan diterangkan.

b.      Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari information ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.

c.       Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara information dan perkiraan teoritis, yaitu information mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi information (Sugiyono, 2012).

2.      Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah:

a.       Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas Dasar Metodologi Penelitian

b.      Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas

c.       Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling berhubungan.

3.      Kegunaan atau fungsi teori dalam penelitian secara umum mempunyai tiga fungsi yaitu:

a.       Untuk menjelaskan (clarification) yang digunakan memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti.

b.      Untuk meramalkan (forecast) yang digunakan memprediksi, memandu serta menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.

c.       Untuk pengendalian (control) yang digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan saran dalam pemecahan masalahSebagaimana diketahui menurut filsafat ilmu pengetahuan, dikenal ada dua aliran pemikiran besar atau paradigma ilmu dalam memandang persoalan, yakni paradigma positivistik yang bersumber atau dipengaruhi oleh cara pandang ilmu alam yang bersandar pada hal-hal yang bersifat empirik, dan menjadi dasar metode penelitian kuantitatif, dan paradigma interpretif yang berakar dari cara pandang ilmu sosial yang lebih bersifat holistik dalam memandang persoalan, dan menjadi dasar metode penelitian kualitatif. Masing-masing metode tersebut berbeda sangat tajam dalam memandang persoalan yang diangkat menjadi masalah penelitian, mulai dari tujuan penelitian, desain penelitian, proses penelitian, bentuk pertanyaan penelitian, metode perolehan data, mengukur keabsahan data, analisis data hingga makna dan kegunaan teori. Berikut uraian ringkasnya. Dalam metode penelitian kuantitatif, teori berguna sebagai dasar penelitian untuk diuji. Oleh karena itu, sebelum mulai kegiatan pengumpulan data, peneliti menjelaskan teori secara komprehensif.

Uraian mengenai teori ini dipaparkan dengan jelas dan rinci pada desain penelitian. Teori menjadi kerangka kerja (structure) untuk keseluruhan expositions penelitian, mulai bentuk dan rumusan pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur pengumpulan information. Peneliti menguji atau memverifikasi teori dengan cara menjawab hipotesis atau pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori. Hipotesis atau pertanyaan penelitian tersebut mengandung variabel untuk ditentukan jawabannya. Karena itu, metode penelitian kuantitatif berangkat dari teori. Berdasar expositions penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki kegunaan untuk memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun instrumen dan pembahasan hasil analisis information. Penelitian dengan paradigma kuantitatif sebetulnya ialah mencari information untuk dibandingkan dengan teori. Sebaliknya, metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dengan melihat fenomena atau gejala yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau mengembangkan teori.

Dengan teori, peneliti akan memperoleh inspirasi untuk bisa memaknai persoalan. Memang teori bukan satu-satunya alat atau bahan untuk melihat persoalan yang diteliti. Pengalaman atau pengetahuan peneliti sebelumnya yang diperoleh lewat pembacaan literatur, mengikuti diskusi ilmiah, class atau konferensi, ceramah dan sebagainya bisa dipakai sebagai bahan tambahan untuk memahami persoalan secara lebih mendalam.

Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh. Karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks mencari penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh. Informasi dimaksud termasuk dari hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai persoalan yang sama atau mirip.

Berdasarkan expositions penelitian, kegunaan teori dalam penelitian kualitatif ialah untuk memperkuat peneliti sebagai human instrument, sehingga peneliti memiliki expertise untuk menggali information penelitian secara lengkap, mendalam serta mampu melakukan konstruksi temuannya ke dalam tema dan hipotesis. Karena itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti mencari teori untuk menjelaskan information penelitian yang diperoleh, berikut teori dalam kualitatif dan kuantitatif :

1.      Teori dalam Penelitian kuantitatif

Dalam konteks penelitian kuantitatif  dapat didefiniskan dengan teori rangkaian konstruk atau variable yang sering berhubungan dengan yang dinyatakan dalam proposisi dan hipotesis yang menjelaskan hubungan antara rangkaian kontruk dan fariabel tersebut.

Tentang bentuk rumusan atau paparan teori dalam penelitian kuantitatif, membedakannya menjadi tiga jenis:

a.       Paparan teori dalam bentuk rangkaian hipotesis yang saling berhubungan. Mengutip Hopkins (1964. dalam Creswell, 2009), Creswell memberikan contoh sebagai berikut: makin tinggi kedudukan seseorang, makin penting perannya; makin penting peran seseorang. makin sering ia tampil; dan seterusnya.

b.      Paparan teori dalam bentuk rangkaian pernyataanjika-maka (assuming articulations). Mengutip Homans (1950, dalam Creswell, 2009), Creswell memberikan contoh sebagai berikut: jika frekuensi interaksi antara dua atau lebih orang meningkat, maka taraf ketertarikan mereka satu sama lain akan meningkat pula.

c.       Paparan teori dalam bentuk model visual atau gambar visual yang menunjukkan saling hubungan antar variabel.

prosedur kerja dalam melakukan penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :

a.       Peneliti bermaksud menguji atau memverifikasi sebuah teori.

b.      Pengujian atau verifikasi tersebut dilakukan dengan cara menguji hipotesis-hipotesis atau mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diderivasikan atau diturunkan dari teori itu.

c.       Peneliti mendefinisikan baik secara konseptual maupun khususnya secara operasional variabel-variabel (atau konstruk-konstruk) yang terkandung di dalam hipotesis-hipotesis yang akan diuji atau pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabnya.

d.      Peneliti menyusun sendiri atau menggunakan instrumen yang sudah ada untuk mengukur atau mengobservasi variabel-variabel.

e.       Penelitian mengolah dan menganalisa skor-skor hasil observasi atau pengukuran untuk mengonfirmasi atau sebaliknya.

2.      Teori dalam penelitian kualitatif

Dalam penelitian kualitatif teori lebih dimaknai sebagai worldview yang berfungsi mengarahkan atau memberi warna baik compositions penelitian maupun sekema-sekema abstrak meliputi konsep, model konseptual, dan kerangka. Perolehan teori dibagi menjadi dua yaitu :

a.       From inside atau dari dalam

Contohnya : tujuan penelitian grounded hypothesis adalah menghasilkan teori, maka sumber teori adalah si peneliti sendiri mengonstruksikan bedasarkan information yang telah dikumpulkan berupa fenomena serta objek yang telah ditentukan.

b.      From outside

Contohnya : sepasang peneliti kualitatif berlatar belakang keahlian social dan pesikologi ingin mengetahui cara para korban bencana alam di suatu daerah memakai atau menjelaskan mereka dengan toeri locus of control.

B.     Pengertian kerangka berfikir

Mendefinisikan kerangka berpikir sebagai model konseptual yang dimanfaatkan sebagai teori yang ada kaitannya dengan beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai masalah penting. Konteks yang dimaksud untuk kerangka penelitian.

Dalam menjalankan sebuah penelitian yang membutuhkan kerangka berpikir, alangkah lebih baiknya jika hal tersebut mampu menjelaskan secara teoritis. Sekaligus juga bisa menjelaskan hubungan antara variable yang diangkat. Jadi peneliti bisa menjelaskan hubungan antara variable independen and variable ward.

Kedudukan variabel dalam suatu penelitian dan hubungan antara variabel sangat menentukan kerangka penelitian yang digunakan. Apakah variabel X menentukan variabel Y, atau variabel X didahului variabel R, ataukah ada variabel lain sebagai pengganggu variabel X dan R. Untuk memahami hal itu secara lebih perinci berikut ini dikemukakan jenis, kedudukan, atau fungsi masing-¬masing variabel dalam suatu penelitian.:

Klasifikasi variable berdasarkan data

1.      Variabel Deskrit

Merupakan variable yang pemilahanya merupakan secara kategori contohnya : seks, agama, pekerjaan, tempat tinggal, kualitas mobil

Varibel berdasarkan posisi dan fungsinya dalam penelitian

Variable ini dapat dibedakan atas :

a.       Variabel bebas

b.      Variabel terikat

c.       Variabel Penelitian

d.      Variabel kontrol

e.       Variabel antara

f.        Variabel extraneous

g.       Variabel anteceden

h.       Variabel penekan

i.         Variabel pengganggu

Kerangka berpikir yang baik adalah jika peneliti dapat mengidentifikasi variabel-variabel penting yang sesuai dengan masalah penelitian dan secara logis mampu menjelaskan keterkaitan antarvariabel. Kerangka berpikir yang baik dapat disusun dengan cara berikut:

  1. Mengidentifikasikan variabel penelitian dengan jelas.
  2. Menguraikan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
  3. Menentukan hubungan variabel. Jika karakteristik atau sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdadsarkan penemuan penelitian sebelumnya, hal itu dapat menjadi dasar dalam uraian berpikir, apakah hubungan itu positif atau negatif.
  4. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antarvariabel. Pada tahap ini, peneliti seharusnya dapat menjelaskan secara jelas mengenai hubungan antarvariabel, dan dapat digambarkan melalui hasil-hasil penelitian sebelumnya.
  5. Menggambarkan kerangka berpikir dalam bentuk diagram skematis. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat melihat dengan jelas hubungan antarvariabel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh kerangka berfikir

 

 

 

Gambar 2. Contoh proses krangka berfikir

C.     Pengertian Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. (Gay & Diehl, 1992).

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori (Uma, 1992)

Contoh: Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian (Soekadijo, 1993). Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya. (Singarimbun, 1997).

Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian social (Petticrew & Roberts, 2006).

 Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji (Sanapiah, 2008)

1.      Fungsi Hipotesis

a.       Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.

b.      Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.

c.       Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

2.      Fungsi Hipotesis pada penelitian

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:

a.       Untuk menguji teori,

b.      Mendorong munculnya teori,

c.       Menerangkan fenomena sosial,

d.      Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,

e.       Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

3.      Karakteristik Hipotesis

a.       Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.

b.      Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.

c.       Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.

d.      Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.

e.       Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.

f.        Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

g.       Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit

4.      Tahap pembentukan hipotesis

a.       Penentuan masalah

b.      Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).

c.       Pengumpulan fakta

d.      Formulasi data

e.       Pengujian data

f.        Aplikasi atau penerapan judul

5.      Hubungan hipotesis dengan teori

Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataanpernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.

Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori (Burns, 2000)

Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis. Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antara variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).

Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji, atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas.

Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik dan buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.

Berikut hubungan teori dan hipotesis :

Gambar 3. Hubungan teori dan hiotesis

Contohnya: apabila masalah yang akan diteliti berhubungan dengan inteligensi, motivasi, kreativitas, serta sikap dan kebiasaan belajar siswa disekolah akselerasi, maka peneliti sebelumnya menyusun hipotesis tentang keterkaitan atau hubungan setap aspek tersebut, terlebih dahulu yang harus dipahami secara konseptual tentang beberapa teori inteligensi seperti teori faktor, mikro, makro, moso, fugsional,spekulatif, oprasional, pragmatis, serta bagaimana peran inteleginesi dalam perkembangan kejiwaan setiap individu. Selain itu juga meneliti harus mengetahui hasil penelitian yang terkait dengan inteligensi, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar siswa.

Logika hubungan diantara aspek tersebut perlu diketahui secara konseptual sehingga dapat ditempatkan aspek mana lebih utama dan dahulu memengaruhi dan mana yang dipengaruhi, dalam contoh diatas sikap, kebiasaan belajar merupakan variable terikat, sedagkan ilnteligensi, motivasi, dan kreativitas merupakan variable bebas. Maka dapat dirumuskan hipotesisnya :

a. makin tinggi inteligensi, makin baik sikap dan kebiasaan siswa

b. makin kuat motivasi, makin baik sikap dan kebiasaan belajar siswa

c. makin kreatif siswa, maikn baik sikap dan kebaiasaan belajarnya.

Untuk dapat mengungkapkan hipotesis dengan benar, peneliti harus memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan mungkin terjadi, atau tipe hubungan di antara variabel yang diteliti. Sekurang­-kurangnya ada tiga tipe hubungan dalam penelitian.

1.      Hubungan pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu hubungan yang bersifat asymetris.

2.      Hubungan kedua, dan tidak menyatakan pengaruh, yaitu hubungan yang bersifat symetris;

3.      hubungan ketiga adalah reciprocal.

Varibel Y

Varibel X

Mengingat adanya berbagai hubungan maka pemahaman secara konsep tualteoretis hubungan dua variabel perlu dikaji secara jelas, sebelum dinyatakan dalam hipotesis. Tipe hubungan asymetris biasanya digambarkan dengan anak panah (à). Contoh:

Ini berarti variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y. Hubungan yang ada dapat dikatakan dengan pengaruh. X memengaruhi Y tetapi tidak sebaliknya.

Hubungan symetris tidak menunjukkan pengaruh dan biasanya dilambangkan dengan garis sedikit melengkung (                           ), yang menunjuk pada masing­masing variabel. contohnya

Panen kedelai

Panen jagung

           

 

 

 

Hubungan tersebut menjelaskan bahwa variabel I mempunyai hubungan dengan variabel II, tetapi tidak dapat diinterpretasikan variabel I memengaruhi variabel II, sebab variabel I setara dengan variabel II dan tidak mungkin memberikan sumbang an terhadap variabel II. Mana yang lebih menentukan tidak dapat dinyatakan de ngan pasti, karena banyak variabel lain yang tersembunyi yang tidak diteliti dan dapat memengaruhi variabel yang diteliti. Kalau mau mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruhnya, silakan uji dengan memasukkan test factor dalam analisis untuk membuktikan kebenaran hubungan tersebut.

            Contoh hubungan lainnya dalam pengaruh beberapa variable :

Contoh 1 : hubungan inteligensi dengan prestasi belajar

Variable 1                                            variabel II

Prestasi belajar

inteligensi

           

 

Berdasarkan contoh tersebut dapat dirumuskan beberapa hipotesis, antara lain:

1.      Makin tinggi inteligensi, makin baik prestasi belajar.

2.      Terdapat hubungan signifikan antara inteligensi dan prestasi belajar.

3.      Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa laki­laki yang mempunyai inteligensi tinggi dengan siswa laki ­laki yang mempunyai inteligensi normal.

4.      Terdapat perbedaan yang berarti dalam prestasi belajar antara siswa laki­laki dan perempuan yang mempunyai inteligensi rata­rata di atas normal.

5.      Terdapat perbedaan yang berarti dalam prestasi belajar antara siswa perempuan dan siswa laki­laki yang berinteligensi normal.

6.      Makin tinggi inteligensi siswa laki­laki makin baik prestasi belajarnya.

Apabila variabel bebas lebih dari satu, sedangkan variabel terikat hanya satu, maka hipotesis yang disusun dapat dinyatakan dalam hubungan satu­satu dan dapat pula dinyatakan secara serempak.

Contohnya :

Dari skema di atas, dapat disusun beberapa alternatif hubungan sebagai berikut:

X1 mempunyai pengaruh terhadap Y.

X2 mempunyai pengaruh terhadap Y.

X3 mempunyai pengaruh terhadap Y.

X1, X2, dan X3 secara serempak berpengaruh terhadap Y.

 Contoh berikut menyatakan hubungan di antara variabel bebas atau variabel terikat. Andai kata hal ini terjadi dan penelitian dimaksudkan untuk melihat pengaruh masing­masing variabel, maka perlu dikaji ulang kembali karena di antara variabel sejenis saling berhubungan. Cara lain yaitu menggunakan teknik yang lebih komplek sehingga pe ngaruh dari aspek yang lain dapat dikontrol.

X1 mempunyai hubungan dengan X2

 X2 mempunyai hubungan dengan X3

X1 mempunyai hubungan dengan X3

Y1 mempunyai hubungan dengan Y2

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.     KESIMPULAN

landasan teori merupakan pondasi penjelasan pada latar belakang masalah yang diangkat oleh seorang peneliti, perlu banyak teori-teori yang di agkat oleh peneliti untuk menjelaskan sebuah permasalah pada sebuah penelitian yang dijalankan, kemudian kerangka berfikir merupakan bentuk penentuan kerangka berfikir yang memicu variable. Kemudian pada Hipotesis yaitu merupakan dugaan jawaban dari teori dan kerangka berfikir.

 

B.     PENUTUP

Demikian makalah ini saya buat semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ali, M. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung. Penerbit Angkasa.

Alsa, A. (2003). Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif, serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 Anggoro, T. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: Universita Terbuka Perss.

Arif, F. (2005). Pengantar penelitian dalam pendidikan. Jakarta: Pustaka pelajar.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Attree, P. & Milton, B. (2006). Critically appraising qualitative research for systematic reviews: defusing the methodological cluster bombs. Evidence and Policy, 2(1): 109–26.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas, Edisi 4, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bailey, K.D. (1998). Methods of Social Research, 4 th ed. London: Free Press.

Black J.A. & Champion, D.J. (1992). Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung:

Eresco. Black, N. (2001). Evidence based policy: proceed with care. British Medical Journal, 323: 275–8.

Black, N. (2006) Consensus development methods. Oxford: Blackwell Publishing. Black, N., Murphy, M., Lamping,

 D., McKee, M., Sanderson, C., Askham, J. & Marteau, T. (1999) Consensus development methods: a review of best practice in creating clinical guidelines.

Journal of Health Services Research and Policy, 4(4): 236–248. Bloor, M. (1997). Techniques of validation in qualitative research: a critical com-mentary. London: Sage.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengungkap Sejarah dan Evolusi Bahasa Indonesia

HADIS TEMATIK PESERTA DIDIK

DEFINISI FIQIH AL-LUGHOH