SEJARAH SINGKAT BAHASA ARAB

 

SEJARAH SINGKAT BAHASA ARAB

M.ZAINAL MUSTHOFA

 

Bahasa bisa diartikan sebagai alat yang digunakan menyampaikan pikiran dan perasaan kepada semua orang. Bahasa memiliki ciri khas tersendiri, bahasa arab tumbuh dan berkembang dikawasan timur tengah. Pengaruh bahasa arab semakin meluas dikalangan masyarakat maupun pergaulan dunia internasional. Akhirnya pada tahun 1973 bahasa ini diakui secara resmi sebagai bahasa yang sah untuk dipergunakan di lingkungan persyerikatan bangsa-bangsa.[1]

Bahasa arab sebagai agama umat Islam, dikarenakan adanya Al-Qur’an dan hadis nabi yang sangat begitu berfungsi sebagai dua sumber. Bahasa arab menurut para mu’arrikh dan linguist asalnya dari ras rumpun dan manusia yang mempunyai peran yang begitu sangat besar dalam sejarah peradaban kuno pada saat itu, yaitu bangsa semit. Kemudian keturunan bangsa mereka berpindah pada banyak tempat meninggalkan tempat asalnya dan menetap di lembah sungai euphrat dan tigris dan membentuk rumpun bahasa baru.[2]

Pergulatan antar bahasa pun saling mempengaruhi antar bahasa satu dan bahasa lainnya, bahasa-bahasa yang dominan pengaruhnya dan pemakainya keluar menggunakannya sebagai pemenang, maka bahasa dari suku tersebut yang menjadi bahasa standar, seperti bahasa arab yang umumnya digunakan saat ini oleh masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

Media Sebagai Sarana Pembelajaran

Oleh: Zuherini Rahmah

NPM: 2171030021

Paper untuk memenuhi tugas metodologi penelitian

Pengajaran bahasa Arab, memiliki model pengajaran yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Mengapa demikian, karena dalam pengajaran bahasa Arab menitikberatkan pada beberapa kemahiran berbahasa diantaranya yakni kemahiran menyimak, kemahiran berbicara, kemahiran membaca dan kemahiran menulis. Demikian sesuai dengan tujuan dari pengajaran bahasa yangmana menumbuh kembangkan kemahiran peserta didik dalam berbahasa (dalam Nailur dan Fathul 2013: 26).  

Sehingga dalam melaksanakan pengajaran membutuhkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, sebuah pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab membutuhkan kemampuan seorang pendidik dalam hal ini yaitu guru untuk mengolah dan mengorganisasi sebuah kelas. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan media yang bisa menciptakan suasana kelas yang hidup. Sebuah kelas akan dapat dikatakan hidup apabila seorang pendidik mampu membawa suasana menyenangkan dan menjadikan minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang dibawakan baik secara klasikal maupun secara koperatif (dalam Nailur dan Fathul 2013: 63).

Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa Arab ini dapat menjadikan pembelajaran yang lebih menarik, sitematis dan mempermudah proses pembelajaran. Dikarenakan media menjadi sarana penyampaian isi yang sesuai tujuan pembelajaran. Dengan adanya media diharapkan proses pengantar atau penyaluran informasi kepada peserta didik dapat berjalan dengan lebih efektif sebagaimana peran media semestinya.

 

Media merupakan suatu alat penyalur untuk menyampaikan suatu informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Informasi yang tergkandung merupakan pendidik. Sedangkan penerima informasi tersebut merupakan peserta didik. Media juga merupakan salah satu unsur pokok dalam proses pembelajaran selain pemilihan metode yang juga merupakan unsur pembelajaran.

Pada dasarnya penggunaan media sangatlah berpengaruh untuk membantu peserta didik dalam berbagai hal, dengan menggunakan media salah satu ke untungannya yakni dapat membantu peserta didik mencerna pesan lebih mudah dan dapat lebih lama membekas dalam ingatan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa begitu besarnya pengaruh media dalam proses tercapainya tujuan pembelajaran yang mana media sebagai sarana penyalur informasi atau pesan (materi pelajaran) dari pendidik kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Nailur dan Fathul Mujib. 2013. Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab. Yogyakarta: DIVA Press.

Rahmawati, Nailur dan Fathul Mujib. 2013. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: DIVA Press.

 

 

 

 

 

 

URGENSI PENGUASAAN MUFRADAT  DALAM BERBAHASA ARAB

Oleh : Candra Widianto

NPM : 2171030011

 

Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi. Dengan bahasa itu orang mengungkapkan perasaannya mengungkapkan apa yang dia inginkan sehingga bisa tercapai apa yang dia maksudkan.

Bahasa memiliki peran sangat penting terlebih bagi umat Islam. Karena dalam bahasa Arab berisi ilmu pengetahuan baik tentang keagamaan maupun ilmu-ilmu yang lain. Ilmu keagamaan seperti absyir hadis fiqih tauhid dan lain sebagainya. sedangkan ilmu yang lain seperti sejarah ekonomi dan politik.

Dalam berbahasa tentunya seseorang membutuhkan mufrodat. seseorang tidak akan bisa berbahasa kecuali dia telah menguasai mufrodat dari bahasa tersebut.

Mufrodat (مفردة) yaitu kata. Bentuk jamaknya yaitu mufrodaat (مفردات) yang berarti kosakata. dalam bahasa Inggris disebut dengan vocabulary. mufrodat merupakan unsur bahasa yang penting karena sebuah kalimat ataupun ungkapan tidak bisa terbentuk tanpa penguasaan mufrodat.

Oleh karena itu pembelajaran dalam mufrodat adalah sangat penting. Untuk bisa berbahasa tentunya seseorang harus hafal mufrodat ataupun dia mengulang-ulang bahasa tersebut sehingga bisa menjadi hafal. Oleh karena itu, seseorang dituntut untuk mengembangkan mufrodat yang dia kuasai dalam sebuah ungkapan kalimat dan harus dipraktekkan sehari-hari sehingga bisa menjadi bahasa yang baik dan benar.

Pembelajaran mufrodat haruslah diorientasikan kepada fungsionalisasi bahasa Arab untuk memahami dan berkomunikasi secara pasif (mendengar dan membaca), maupun aktif (berbicara dan menulis).

Penerapan mufrodat bahasa Arab yang dikuasai oleh seseorang dalam berbahasa tidaklah mudah sebagaimana penguasaan bahasa pertama (bahasa ibu) karena bahasa Arab jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu ada pembiasaan dalam keseharian penggunaan mufrodat dalam berbahasa. seseorang dituntut untuk selalu aktif dan tekun menggunakan bahasa tersebut dalam sehari-hari sehingga seperti menjadi bahasa pertama.

Selain dituntut untuk menerapkan dalam seharian, siswa atau santri juga harus terus menambah khazanah mufrodat sehingga dia menguasai banyak kosakata sehingga lebih memudahkan untuk mengungkapkannya dalam keseharian. Dan tentunya dia juga harus tahu arti atau terjemah dari kosakata tersebut. Karena tidaklah mungkin seseorang bisa berkomunikasi dengan baik jika tidak mengetahui arti dari kata atau kalimat yang diucapkan. Maka itu inilah pentingnya pembelajaran mufrodat selain menguasai murfrodat yang juga mengapliksikan dalam berbahasa.

Pembelajaran mufrodat seperti di sebuah pesantren misalnya, terkadang dilakukan secara sederhana yakni dengan menghafal 2 atau 3 mufrodat setiap harinya. Hal itu terus dilakukan terus-menerus setiap hari sehingga siswa menguasai banyak mufrodat. Akan tetapi tentunya penguasaan mufrodat itu perlu adanya penerapan dalam keseharian untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Dalam hal ini pembelajaran tersebut dilakukan dengan konsisten dan pengembangan yang terus dilakukan setiap harinya. sehingga kemampuan berbahasa siswa atau santri tersebut bisa terus berkembang.

Apabila mufrodat yang dipelajari setiap harinya tidak dikembangkan dalam keseharian tentunya yang terjadi adalah siswa atau santri tidak bisa mengungkapkan dalam bahasa.

Dalam pembelajaran mufrodat tentunya seorang guru atau Ustadz haruslah menyiapkan kosakata yang tepat sesuai dengan tingkatan santri atau siswa tersebut. guru haruslah menyiapkan kosakata atau mufrodat yang sering digunakan dalam keseharian sehingga murid atau santri tersebut lebih mudah untuk menghafal dan menerapkannya dalam kesehariannya (M. Abdul Hamid, dkk, 2008 : 61)

Karena mufrodat bahasa Arab itu sangatlah banyak dan terus berkembang, dan kita tida akan sanggup menyampaikan semua. oleh karena itu perlu adanya pemilihan mufrodat yang penting yang biasa digunakan sehari-hari agar pembelajaran mufrodat menjadi efektif dan efisien. Sehingga santri atau siswa bisa lebih mudah mempelajari dalam kesehariannya. Ketika mereka nanti sudah menguasai pondasi-pondasi dasar tersebut, tentunya mereka akan mengembangkan sendiri bahasa yang telah mereka kuasai baik melalui kamus, buku-buku maupun melalui media sosial yang lain.

Adapun indikator penguasaan mufrodat bukanlah pada kemampuan menghafal dan mereduksi, melainkan pada ada kemampuan menggunakan secara tepat baik untuk memahami teks maupun untuk berekspresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mufrodat adalah sebuah media untuk mengembangkan kemampuan siswa atau santri dalam berbahasa Arab baik aktif maupun pasif.

 

 

 

 

 

PAPER

TATA LAKSANA PENDIDIKAN PESANTREN

 

 

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa Arab

 

Dosen Pengampu :

Dr. M Kholis Amrullah, M.A

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh:

Muhamad Fatkhul Muin

2071013014

 

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAH (PBA)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


A.     Tata Laksana Pendidikan Pesantren

Menurut Hariyanto dalam kutipanya menyatakan bahwa Pesantren adalah salah satu "warisan" lembaga pendidikan Islam tertua dan asli Indonesia (indigenous) memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan bangsa,  (Hariyanto dan Minhaji, Total Quality Management Berbasis Pesantren, Jurnal Fikrotuna, Vol.4 No.2, 2016, Hal 1).

Menurut Sri Hartati dalam kutipanya menyatakan bahwa Pendidikan merupakan bidang yang sangat strategis dalam pengembangan potensi peserta didik yang merupakan komponen potensial bangsa, baik sebagai makluk individu, sosial, susila maupun makluk religius. Oleh karena itu, dalam lembaga pendidikan Islam ia berperan sebagai proses enkulturasi dalam mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai agama Islam serta budaya masyarakat kepada peserta didik. Pendidikan benar-benar menempati posisi strategis dalam enkulturasi nilai agama dan budaya bangsa agar memiliki dimensi kemanusiaan yang seutuhnya sesuai dengan yang diharapkan dalam Undang-Undang sebagaimana tersebut di atas.  (Sri haryati, Penerapan Nilai-Nilai Total Quality Management  (Tqm) Dalam  Pengelolaan Sumber Daya Manusia Di Madrasah, Jurnal Cendekia, Vol.11 No.1, 2013, Hal 94-95).

Menurut Ahmad Husen dalam kutipanya menyatakan bahwa di-Era Milenial ini, tantangan lembaga pendidikansemakin fundamental. Dikarena kita tidak hanya menghadapi tantangan budaya global yang datang dari barat, tetapi juga dihadapkan pada suatu kenyataan yang memaksa pesantren khawatir dalam mempertahankan tradisi mereka yang sudah bertahan selama berabad-abad. Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya dan gerakan positif untuk menghindari jebakan budaya global yang sengaja ingin menghantam tatanan pendidikan pesantren, (Ahmad Husen Ma’ruf, Jasminto. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pesantren Tradisional Di Era Millenial, Jurnal Piwulang, Vol.2 No.1, 2019, Hal 50).

Menurut Sulthon Masyhud dalam kutipanya menyatakan bahwa Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangan kepribadian yang ingin di tuju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim, (Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren. (Jakarta: DivaPustaka, 2003), Hal 92-93).

Menurut Durroh Yatimah dalam kutipanya menyatakan bahwa Manajemen, secara etimologik berasal dari kata manage atau manus (latin) yang berarti memimpin, menangani, mengatur dan atau membimbing. Dengan demikian berarti pengertian manajemen dapat diartikan sebagai sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga pengawasan. Hal ini dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya, Sebagai applied science (ilmu aplikatif), fugsi manajemen dapat dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi beberapa hal, yaitu planning, organizing, leading dan controlling, (Durroh Yatimah, Manajemen Pendidikan Pesantren dalam Upaya Peningkatan Mutu Santri. Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah Uin Malang, Vol.5 No.6 2014, Hal 68.)

1.      Perencanaan (Planning)

     planning is the determination of how to achieve of objective deciding what is to be done and when to do it. Perencanaan terkait dengan kemana organisasi akan dibawa. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yaitu :

a.       perumusan tujuan yang ingin dicapai

b.      pemilihan program untuk mencapai tujuan itu

c.       identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.

 

2.      Pengorganisasian (Organizing)

Organisasi mengandung tiga elemen, yaitu kemampuan untuk bekerja sama, tujuan yang ingin dicapai dan komunikasi, Sedangkan pengorganisasian sebaiknya dilakukan oleh orang yang mampu berkomunikasi dengan orang lain, berkemauan melaksanakan, mengerti dan membagi tujuan organisasi. Setidaknya ada lima tipe organisasi antara lain:

3.      Kepemimpinan (Leading)

kepemimpinan (leadership) sebagai berikut: “Leadership as influence, the art or process of influencing people so that they will strieve willingly and enthusiastically toward the achievement of group goals”.

4.      Pengawasan (Controlling)

pengawasan adalah: Controlling is making sure that one gets where one planned to go. One can’t have control without a goal or standard againts which the results can be compared.


DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad Husen Ma’ruf, Jasminto. 2019. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pesantren Tradisional Di Era Millenial. Jurnal Piwulang.

Durroh Yatimah. 2014. Manajemen Pendidikan Pesantren dalam Upaya Peningkatan Mutu Santri. Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah Uin Malang.

Hariyanto dan Minhaji. 2016. Total Quality Management Berbasis Pesantren, Jurnal Fikrotuna.

Masyhud, Sulthon dan Khusnurdilo. ManajemenPondokPesantren. Jakarta: Diva Pustaka. 2003.

Sri haryati. 2014. Penerapan Nilai-Nilai Total Quality Management  (Tqm) Dalam  Pengelolaan Sumber Daya Manusia Di Madrasah. Jurnal Cendekia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

EFEKTIVITAS DIRECT METHOD

SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB 

 

                                                Oleh     : Heru Diantoro 

NPM : 2171030013

 

A. Apa itu  Direct Method ?

Direct method merupakan istilah dari bahasa Inggris yang berarti Metode

Langsung, sedangkan dalam bahasa arab disebut sebagai At- Tariq AlMubasyarah. Metode ini menganggap proses pembelajaran bahasa asing seperti halnya seorang anak belajar berbicara dengan bahasa sang ibu, yaitu dengan berbahasa langsung secara intensif ketika berkomunikasi. Metode ini beranggapan bahwa pelajar bahasa asing harus mempelajari maharah Istima’ dan Kalam yang terfokus kepada cara menyimak dan mengucapkan secara langsung, sedangkan dua maharah lainya yaitu Qira’ah dan Kitabah bisa dipelajari di tahap berikutnya. (Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, hal. 176-177)

 

Munculnya direct method menurut Azhar Arsyad merupakan wujud penolakan terhadap metode al-qawaid wa tarjamah yang dianggap memperlakukan bahasa sebagai benda mati dan tak punya unsur hidup. (Azhar

Arsyad, Madkhal ila Turuq Ta'lim Lughah Arabiyah lil Mudarrisi Lughah Arabiyah. Cet. I ; Ujung Pandang : Penerbit AHKAM, 1998, hlm. 48.) Dalam metode ini pengajar langsung menggunakan bahasa asing tertentu sebagai pengantar proses pembelajaran yang dalam arti lain pengajar tidak menggunakan bahasa lokal (bahasa ibu pelajar) sebagai pengantar pembelajaran dan ketika pengajar ingin menjelaskan makna kalimat maka sebisa mungkin ia menghindari tarjamah dan menggantinya dengan alat bantu peraga seperti gambar dan lainlain dalam istilah arab disebut Wasailul Idhoh.

 

Direct Method merupakan salah satu terobosan dalam metode pembelajaran bahasa arab, metode ini banyak mengamalkan praktik langsung (Direct Practice) dalam penerapanya dengan mengutamakan kemahiran menyimak dan berbicara langsung dibanding mentarjamah dan mempelajari gramatika suatu bahasa. Dalam metode ini pelajar dilatih untuk berfikir dalam bahasa asing secara konsisten sejak permulaan pembelajaran, dengan cara mengikuti/menirukan dalam pengucapan kalimat-kalimat bahasa arab kemudian menghafalkanya, teknik ini disebut  at-taqlid wa al-hifdz.

 

B. Seberapa Efektif Direct Method Dalam Pengajaran Bahasa Arab ?

Efektivitas Direct Method dapat kita nilai melalui sampel beberapa lembaga pendidikan seperti pesantren dan lembaga pendidikan kebahasaan lainya. Direct method lebih banyak diterapkan di pesantren yang berjenis Pesantren

Modern (Al-Ma’hadu Al-‘Asry).

Di pondok pesantren modern ketika santri baru datang ke pesantren sudah diwajibkan meninggalkan bahasa ibu atau bahasa suku masing-masing dan mulai membiasakan berbahasa Indonesia tujuanya adalah supaya santri sedikit demi sedikit meninggalkan bahasa daerah mereka dan mulai mempelajari

 

bahasa baru, kemudian penerapan kurikulum pembelajaran pesantren modern (al-ma’had al-‘asry) didominasi oleh bahasa arab dan inggris, meliputi penggunaan buku pelajaran dasar yang sudah berbahasa arab dan inggris, penggunaan bahasa arab dan inggris sebagai bahasa pengantar proses belajar mengajar, pengaplikasian bahasa arab dan inggris dalam setiap aspek komunikasi dan publikasi baik secara verbal maupun non verbal. Dari semua proses pembelajaran tersebut harapanya adalah terciptanya lingkungan berbahasa (Language Cyrcle Area / Bi’ah Lughowiyah) yang akan sangat menunjang dalam pencapaian maharoh kalam dan istima’.

Efektivitas suatu metode pembelajaran tentu diperoleh dari proses penilaian yang sudah pasti mencangkup kelebihan dan kekurangan metode tersebut, diantara keunggulan direct method adalah membangkitkan semangat para pengajar bahasa arab dalam menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar dan komunikasi yang dapat mebantu tercapainya keterampilan menyimak (maharah al- istima’) dan keterampilan berbicara (maharah al-kalam) pelajar, memotivasi dan melatih pelajar agar konsisten dalam menggunakan bahasa arab dan mulai meninggalkan bahasa daerah dalam berkomunikasi, pelajar dapat lebih intens dan leluasa dalam pengaplikasian materi hiwar yang akan sangat menunjang keterampilan lainya (istima’, qira’ah, kitabah), memberiakan pelajar pengalaman praktis langsung sehingga melatih alat ucap dan pendengaran pelajar. (Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hlm. 38)

Selain dari kelebihan-kelebihan tersebut tentu ada pula kekurangan seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” sesempurna apapun sebuah metode tentu terdapat juga kekurangan diantaranya adalah pelajar lemah dalam kemampuan membaca serta dalam memahami teks, tidak bisa dilaksanakan dalam kelas yang besar, terbuangnya waktu untuk mengulang-ulang makna satu kata dan seringkali terjadi mispresepsi pada pelajar, jika pengajar kurang kreatif dalam penyampaian materi maka pelajar akan cepat bosan karena dibebani hafalan, metode ini juga dikritik oleh beberapa ahli karena kelemahan toeritisnya karena menyamakan pemerolehan bahasa pertama dengan pembelajaran bahasa kedua/asing. (Syamsudin Asyrofi dkk. 2006. Metodologi

Pembelajaran Bahasa Arab)

Direct method merupakan metode kontra (counter method) terhadap metode sebelumnya yaitu gramatika-tarjamah yang merupakan metode tertua dalam pembelajaran bahasa arab. Menurut penulis beberapa kekurangan yang terdapat dalam metode langsung pembelajaran bahasa arab bukan hal yang fatal karena masih bisa ditangani dengan cara mengaktualisasikan direct method sesuai konteks keadaan pelajar dan lingkungan pembelajaran, sehingga metode ini masih sangat efeltif serta layak dipertahankan melihat eksistensinya yang masih luarbiasa masyhur dan digunakan di berbagai lembaga kebahasaan baik pesantren maupun nonpesantren.

 

 DAFTAR PUSTAKA 

 

Arsyad, Azhar. 1998. Madkhal ila Turuq Ta’lim al-lughah al-arabiyyah li Mudarrisi al-lughah al-arabiyyah. Cet. I ; Ujung Pandang : Penerbit

AHKAM.

Effendi, Ahmad Fuad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Cet. III; Malang: Misykat.

Hermawan, Acep. 2011. Metodolodi Pembelajaran Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ulasan Seputar Beberapa Ilmu Yang Dipelajari Di Jurusan

PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

PENGERTIAN KALAM

Di susun Oleh : Rahmat fawzy

NPM : NPM : 2171030017

 

 

 

 

 

 

 

 

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

PASCA SARJANA ANGKATAN 2021/2022

 

 

 

 

Pengertian kalam

Al - Kalam adalah lafadz yang tersusun yang memberi faedah dengan al-wadh‟u (menggunakan bahasa arab). Lafadz kalam secara bahasa adalah ungkapan yang dengannya dapat menghasilkan suatu faidah (abdul hamid, 1994, 1-2). Terdapat perbedaan terhadap penyebutan istilah “ kata” dalam bahasa Indonesia dan bahasa arab. Jika dalam bahasa Indonesia disebut “kata”, maka dalam bahasa arab disebut “kalimah”. Kumpulan kata dalam bahasa Indonesia disebut “kalimat”, sedangkan kumpulan kata dalam bahasa arab disebut “jumlah”.

Bahasa manusia terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu :

a.       Satuan bunyi disebut “huruf” atau “abjad”

b.      Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang dalam bahasa Indonesia disebut

“kata” dan dalam bahasa arab disebut “kalimah”.

c.       Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang dalam bahasa Indonesia disebut “kalimat” dan dalam bahasa arab disebut “jumlah”.

Adapun kalam dalam ilmu nahwu harus terkumpul 4 perkara yaitu : lafadz, tersusun, memberi faedah, dan sesuai dengan kaidah orang arab.

a. Lafadz 

Artinya suatu kalam harus ada lafadz, dan yang dimaksud lafadz ialah suara yang mengandung huruf hijaiyah sehingga bias ditulis dengan huruf hijaiyah, contoh jika kamu katakan ' زَيْدٌ' , maka itu suara yang tersusun dari huruf hijaiyah berupa زٌ يٌٌد, jika tidak tersusun dari huruf hijaiyah seperti suara benda yang jatuh maka tidak termasuk lafadz. b. Tersusun / murokkab  artinya setelah ada lafadz maka lafadz itu harus tersusun dari dua kata atau lebih. Contoh

:  قَامٌَ زَيْدٌ jika hanya terdapat satu kata saja ' زَيْدٌ' maka bukan termasuk kalam menurut ahli nahwu.

c.       Berfaedah / pengertian sempurna dan dengan sengaja  maksudnya adalah kalimat yang diucapkan itu harus memiliki faedah yang membuat pembicara dan lawan bicaranya itu diam karena sudah paham dengan yang dikatakan, contoh seperti kalimat:  قَامٌَ زَيْدٌ  Zaid berdiri. Apabila ada ungkapan yang tersusun dari beberapa kata tetapi maksudnya tidak bias dipahami oleh yang mendengar maka tidak bisa disebut kalam. Misalnya  إنٌْ قَامٌَ زَيْدٌ  Jika zaid berdiri, dan itu akan menjadi kalam apabila disebutkan kelanjutannya ٌقامٌ محمدٌ(Muhammad berdiri), sehingga menjadi إنٌْ قامٌٌمحمد

 قَامٌَ زَيْدٌ (jika zaid berdiri, maka Muhammad juga berdiri). Demikian pula jika ucapan kalam

diucapkan dalam keadaan tidak sadar atau tidak sengaja maka tidak bisa disebut kalam.

d.      Bil wadh‟I atau menggunakan bahasa arab

Artinya lafadz yang digunakan dalam pembicaraan adalah lafadz yang dipakai orang arab untuk menunjukan suatu makna. Dengan demikian, ucapan orang „ajam atau orang selain Arab tidak dapat disebut sebagai kalam.

DAFTAR PUSTAKA

 

Abd al-Hamid, Muhammad Muhyi ad-Din. At-Tuhfah as-Saniyyah bi Syarh  al-Muqaddimah al-Ajurumiyyah. Riyadh: Maktabah Dar as-salam,1994.

 

Ash-Shanhaji, Muhammad ibn Muhammad ibn ajurum. Matn al-ajurumiyyah.

              Surabaya: Al-Haramain, t.t

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MANFAAT BUKU AJAR

Oleh  : Sutri Rahma

NPM  : 2171030019

 

Buku ajar merupakan salah satu referensi terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagai bekalnya dalam mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Sementara itu, pengertian buku ajar itu sendiri yakni seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik berupa buku teks maupun non-teks sebagai bahan ajar agar tercapainya tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang ditetapkan dalam buku ajar.

Sebagaimana yang kita ketahui dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) No 8 Tahun 2016 bahwasanya buku ajar merupakan perangkat operasioanl utama atas pelaksanaan kurikulum sebagai pendukung terlaksananya pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan pendidik. Dengan demikian, buku ajar diharapkan dapat memenuhi kriteria buku yang layak digunakan oleh satuan pendidikan.

Seperti halnya yang dijelaskan oleh Wasid dan Sunendar (2008: 126) setidaknya ada empat komponen yang harus diperhatikan dalam menetapkan buku ajar, di antaranya: komponen yang pertama  pelajaran hendakanya sesuai dengan kurikulum agar tercapainya tujuan instruksional. Komponen kedua, materi pelajaran hendaknya memperhatikan tingkatan-tingkatan pendidikan serta memperhatikan perkembangan peserta didik pada umumnya. Selanjutnya komponen ketiga, materi pelajaran yang tertuang dalam buku ajar hendaknya tersusun secara sistematik dan berkelanjutan. Sedangkan komponen keempat yakni, materi pelajaran diharuskan mencakup hal-hal yang bersifat faktual dan konseptual, untuk mencapai tujuan isntruksional serta pencapaian pada fungsi dari bahan ajar tersebut.

Mengingat pentingnya buku ajar dalam proses pembelajaran, maka dalam pembelajaran Bahasa Arab juga sangat diperlukan buku ajar sebagai sumber informasi pengetahuan terkait pembelajaran bahasa Arab itu sendiri.  Dalam hal ini, buku ajar bahasa Arab yang layak digunakan harus memenuhi berbagai krteria buku ajar yang baik sesuai dengan karakteristik buku ajar bahasa Arab. Sebagaimana dilansir dari Jurnal Arabiyatuna (Ramah, 2018:146) karakteristik buku ajar bahasa Arab bagi siswa Arab (native) dan non-Arab, seperti pendidikan bahasa Arab di Indonesia. Selain itu, buku ajar hendaknya memiliki karakteristik yang berbeda dengan buku ajar pada umumnya, seperti harus memperhatikan aspek bahasa, budaya, dan keadaan geografi setempat.

Dalam hal demikian, penulis menyimpulkan bahwa pengaruh buku ajar bahasa Arab yang baik harus sesuai dengan karakteristik buku ajar bahasa Arab yang mengacu  kurikulum satuan pendidikan. sehingga hal tersebut akan berdampak pada pencapaian keberhasilan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan mengenai pembelajaran bahasa arab.

 

 

IMPLEMENTASI MAHAROH KALAM DIPONDOK PESANTREN

PEMBANGUNAN BUSTANUL ULUM

Oleh : Syarif Amrulloh

NPM : 2171030020

Paper ini disusun guna memenuhi tugas metodologi penelitian

 

 Mempelajari bahasa seperti halnya proses bayi yang sedang belajar berbahasa ibunya. Setahap demi setahap ia akan memahami seiring dengan sesuatu yang sering didengar ( dahlan, 1992, 36). Dalam hal ini penulis berasumsi bahawa pencapaian maksimal komunikasi secara verbal dapat dikuasai dengan memprioritaskan maharoh kalam dalam mengajar bahasa. Dan melihat bahwa bahasa merupakan sebuah budaya maka kita harus paham bahwa budaya tak akan terbentuk kecuali dengan pembiasaan. Oleh karna itu disamping maharoh kalam diprioritaskan dalam pengajaranya maka penerapan atau praktek juga bagian yang sangat urgen dalam peningkatan kemampuan  berbahasa arab.

 Pondok pesantren pembangunan bustanul ulum jayasakti anak tuha lampung tengah merupakan salah satu lembaga yang meprioritaskan maharotul  kalam dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Materi yang digunakan beracuan pada sistematika materi durusul lughoh gontory, sedangkan isi materi disesuaikan dengan keadaan tempat dan kemampuan anak.

 Prisip yang digunakan dalam pembelajaran ini sebagai berikut :

1.    Dimulai dari hal yang mudah menuju hal yang sulit / dari kata sederhana menuju kata yang kompleks

2.    Pembelajaran dilakukan dengan mempertimbnagkan suasana, tempat, dan kemampuan peserta didik.

3.    Visualisasi benda adalah hal yang sangat penting dalam meningkatkan pemahaman ma’na.

4.    Dimulai dari hal yang konkrit sampai pada hal yang abstrak

5.    Seribu kalimat dari satu mufreodat lebih baik daripada seribu mufrodat yang didapat dari dari satu kalimat / paragraph.

Adapun secara tehnik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.    Guru memberikan beberapa kosakata kemudian siswa menirukan.

2.    Guru menguji ingatan dan pemahaman siswa.

3.    Guru memberikan kalimat dari kosakata kemudian siswa menirukan 

4.    Guru  menguji ingatan dan pemahaman siswa.

5.    Guru memberikan pertanyaan dan jawaban dari kalimat kalimat yang diajarkan kemudian siswa menirukan.

6.    Guru  menguji ingatan dan pemahaman siswa dengan cara murid bertanya sekaligus menjawab, tannya jawab antar guru dan murid atau sebaliknya.

7.    Pada tahap lanjutan guru meminta beberapa kalimat dari satu kata

8.    Pada tahap lanjutan pula guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bercakap cakap bebas namun tetap dalam pengawasan.

 

 

BAHASA ARAB DAN KETERAMPILAN KALAM

Oleh : Salysa Nurwidiya

NPM : 2171030018

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa Arab

Bahasa merupakan sebuah media yang menjadi wasilah komunikasi antara satu insan dengan yang lainnya. Bahasa menjadi hal yang begitu penting kehadirannya dan tidak dapat dipandang sebelah mata keberadaanya bagi berjalannya kehidupan umat manusia. Hal ini karena bahasa juga berperan utama dalam berlangsungnya peradaban umat manusia, sejak zaman dahulu kala pada masa Nabi Adam dan istrinya, Hawa hingga saat ini. Semua orang memerlukan bahasa. Tentunya, sebagai sebuah hal yang memiliki peranan yang sangat penting ini bahasa menjadi hal yang selalu menarik untuk dikaji dan ditelaah sehingga kita mendapatkan keilmuan dan pengetahuan yang baru seputar kebahasaan.

Bahasa Arab merupakan salah satu dari banyaknya bahasa yang ada, yang jumlahnya ratusan atau bahkan jutaan di Dunia. Bahasa Arab juga diyakini termasuk ke dalam bahasa yang sudah tua usianya karena telah beratus-ratus tahun lalu sebelum Masehi digunakan oleh umat manusia yang berada di daerah Timur Tengah sana (Hafidz Muftisany, 2021, 2). Bahasa Arab termasuk bahasa asing bagi orang-orang Indonesia seperti kita, yang notabenenya bahasa ibunya bukan bahasa Arab melainkan bahasa Indonesia. Lalu bagaimana langkah-langkahnya yang harus kita tempuh jika kita tertarik untuk mempelajari bahasa Arab, yang seperti kita tahu bahwa bahasa Arab itu merupakan bahasa 2 pedoman kita selaku umat Islam dalam menjalani kehidupan selama di dunia, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist?

Dalam beberapa buku bacaan dan literatur yang telah saya baca sebelumnya, apabila kita tertarik atau berkeinginan untuk mempelajari sebuah bahasa asing maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menemukan pembelajaran bahasa yang baik dan sistematis. Bahasa Arab memiliki 4 keterampilan atau kecakapan yang harus dikuasai sebagai syarat bagi seseorang agar ia menjadi sosok yang mahir, paham dan menguasai bahasa Arab secara kaffah (komprehensif). 4 keterampilan itu diantaranya adalah keterampilan menyimak (istima’), keterampilan berbicara (kalam), keterampilan membaca (qira’ah), dan keterampilan menulis (kitabah) (Acep Hermawan, 2011, 110). Dari 4 jenis keterampilan di atas, penulis merasa tertarik dengan keterampilan kalam, yaitu kecakapan dalam berbicara. Karena rata-rata hampir semua orang yang mempelajari bahasa asing itu tujuan utamanya adalah lancar dalam berbicara bahasa asing tersebut. Kalau dalam bahasa Indonesia istilahnya cas cis cus, begitu. Dalam hal ini juga tujuan yang penulis ingin capai dalam mempelajari bahasa Arab adalah agar penulis mampu berkomunikasi langsung dengan penutur bahasa Arab asli, yaitu yang berada di negara bagian Timur Tengah sana dengan lancar.

Keterampilan kalam atau kecakapan dalam berbicara ini secara luas maknanya adalah apabila seseorang itu secara sadar mampu mengungkapkan bunyi-bunyi verbal (dalam hal ini berarti bunyi-bunyian bahasa Arab) kepada lawan bicaranya (bisa penutur Arab asli/tidak yang penting bisa berbahasa Arab), mampu secara kaidah kebahasaannya, menguasai banyak kosa kata (mufrodat) yang sewaktu-waktu dapat diucapkan dan diekspresikan sesuai dengan situasi dan kondisi serta konteks dimana ia berbicara, dengan siapa, kapan dan mengenai hal apa. Nah, dengan demikian artinya apabila seseorang ingin memiliki skill berbicara bahasa Arab yang baik dan benar berarti setidaknya ia harus memiliki pengetahuan minimal mengenai grammar, kosa kata, dan pengetahuan secara kontekstual tentang bagaimana bahasa itu digunakan oleh penutur di tempat aslinya. Sekilas dapat dipahami bahwa kemampuan berbicara ini membutuhkan ilmu-ilmu penunjang yang lainnya, tidak asal saja kita berbicara tanpa aturan. Tidak serta merta kita baru hafal beberapa kosa kata lantas diucapkan begitu saja tanpa kaidah yang ada.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muftisany, Hafidz. 2021. Dahsyatnya Bahasa Arab. Jakarta: CV Intera

 

 

 

 

 

 

 

TEMUAN ALASAN URGENSI TIDAK DISEPELEKANNYA BELAJAR BAHASA ARAB

Diketik oleh : David Arlentriadi

 NPM   : 2171030012

Sering kita temui dan kita dengar di masyarakat bahwa belajar Bahasa Arab hanya terbatas untuk kalangan tertentu dan untuk tujuan tertentu. Belajar bahasa Arab hanya ditujukan untuk kalangan pesantren ( para santri, ustadz dam kiyai) , sekolah- sekolah madrasah ( Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah,’Aliyah dan Perguruan Tinggi Islam). Sehingga sebahagian besar masyarakat beranggapan bahwa Belajar Bahasa Arab bertujuan hanya sebatas menjadi seorang ustadz / ustadzah, penceramah,guru ngaji, hingga dengan harapan bisa memimpin acara yasinan contohnya ,pada kalangan tertentu.Sehingga tidak sedikit dari para santri atau para pelajar yang belajar Bahasa Arab bahkan para ustadz / ustadzah serta para lulusan pesantren yang mendapatkan kesan yang kurang membanggakan bagi mereka yg tidak belajar bahasa arab, kecuali jika mereka butuh sesuatu dalam hal Arab.

Hal inilah tentunya yang menjadi alasan penulis untuk memaparkan temuan - temuan di masyarakat tentang urgensi tidak disepelekannya belajar Bahasa Arab. Ada beberapa hal yang kiranya sering kita  temui di masyarakat, namun belum terpaparkan secara gamblang baik pada bacaan - bacaan, media sosial,dan sebagainya. Diantaranya :

 

1. Kesalahan penulisan nama masjid & musholla

Penulis pernah menemukan kesalahan penulisan nama masjid & musholla yang ditulis dengan tulisan arab, seperti nama masjid Babur Rohmah tertulis

 رحمت  باب  ,musholla Alfurqon  tertulis  الفركان dan sebagainya.

 

2. Kesalahan penulisan kaligrafi di dinding masjid.

            Terdapat beberapa kesalahan penulisan kaligrafi pada dinding interior masjid yang bahkan kesalahan penulisan tersebut bisa dibuktikan dengan melihat dan membandingkan langsung teks tulisannya dengan Alquran sebab teks yang ditulis berasal dari ayat ayat Alquran ,dan beberapa lainnya dari Asmaul Husna.

 

3. Keasalahan pemberian nama pada anak yang berasal dari bahasa Arab.

            Dibeberapa daerah penulis pernah bertemu dengan orang - orang yang teks namanya berasal dari bahasa Arab,atau mirip dengan pemaknaan Bahasa Arab akan tetapi bermakna tidak sesuai barangkali dengan harapan dan doa dari orangtuanya seperti : Bapak KALBI, Ibu Su ul, Pak Kirdi dan lain sebagainy.

 

4. Kesalahan dalam pelafalan doa bersama dan diamini oleh jamaah yang belum paham bahasa Arab.

             Beberapa kali disetiap kesempatan penulis berada di tengah acara doa bersama yang barangkali dihadiri oleh masyarakat pedesaan yang mana hampir semua jamaah ikut mengaminkan doa yang dipimpin oleh salah seorang tokoh masyarakat tersebut. Padahal makna dan harapan dari teks doa tersebut sangat tidak pantas kiranya untuk diaminkan bilamana mereka mengetahui makna teks dari doa tersebut. Sebagai contoh doa yang seharusnya dibaca Allahumma arinal Haqqo Haqqo, Warzuqnat tibaa’ah , Waarinal Baathila Baathila warzuqna Ijtinaabah.. dibaca Allahumma Arinal Haqqo Haqqo warzuqna Ijtinaabah,  Waarinal Baathila Baathila.. warzuqna Itbaa’ahu..

 

Demikian penulis memaparkan sekilas beberapa contoh alasan agar belajar bahasa arab tidak disepelekan. Banyak hal, dan banyak contoh lainnya yang ingin penulis paparkan, akan tetapi sebab keterbatasan bakat menulis serta tenggat waktu pengumpulan tulisan ini menyebabakan penulis mengakhiri dengan kalimat Jarrib Walaa hiz…. takun ‘aarifan…   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KESUKSESAN PENERAPAN BAHASA PADA LINGKUNGAN SEHARI-HARI

Oleh : M. Zainal Musthofa

NPM : 2171030015

Peper untuk melengkapi tugas metode penelitian

Bahasa adalah sebuah alat perantara yang dipakai manusia sehari-hari, sering bahasa dipakai untuk komunkasi pada orang lain untuk mengutarakan apa yang disampaiakan kepada orang lain,begitu pula bahasa Arab bahasa yang sudah ada sebelum islam ada terkadang kita perfikir dari mana bahasa itu ada bagaimana bahasa itu tersusun, tanggal berapa bahasa itu muncul, siapa saja yang merumuskan bahasa itu, terkadang kita harus berfikir keras dan fugsional agar kita bisa mendekati maksna bahasa itu sendiri.

Kita ketahui bahwa di Indonesia mimiliki 318 bahasa berupa bahasa resmi daerah masing-masing dan bahasa fugsional pada daerah tersebut, dan mungkin kita tak tahu bagaiaman Indonesia itu bisa memiliki banyak bahasa, selain itu juga bahasa yang ada di dunia kurang lebih 6.500 bahasa dari bahasa etis dan bahasa nasional mereka, kenapa seseorang ingin pergi ke sebuah negara terkendala pada, pada dasarnya kita sama saling berkomunikasi seperti definisi diatas, secara filsafat bahasa perlu kita catat dan data apa kedala bahasa itu tersebut sampai kita susah untuk berkomuniasi dengan orang lain pada daerah masing-masing, dari permasalahan tesebut penulis mengutarakan bahwa lingkungan merupakan faktor utama yang menjadi kendala kita bersama, contoh kita berdomisili di Inggris maka awal menginjakan kaki pertama kali akan canggung dengan bahasa yang dipakai sehari –hari dengan bahasa yang sudah dipelajarai.

Begitu pula dengan penerapan bahasa arab dengan keterampilan muhadasah, atau bercakap-capak setiap harinya dengan lingkungan yang sangat mendukung dan lingkungan itu tidak ada campuran bahasa lainya contoh bahasa Indonesia, jawa, lampung maupun adat lainnya. Begitu pula dengan penerapan bahasa inggris, akan adanya ketertarikan pada kondisi lingukungan contoh yang paling terkenal yaitu kampong inggris dimana mereka menerapkan daya tariknya yaitu pada bahasa Arab, begitu pula da kampong bahasa Arab dan ini kita bisa menemukannya di daerah jawa, Sumatra, yang menyelggarakan penerapan bahasa arab yaumiyah yaitu kita bisa menemukan pada pondok pesantren yang sangat kental terkait peraturan penerapan bahasa, kultur bahasa yang mendukung berupa lingkungan sehari-hari, dan penerapan metodenya metode dril yaitu mengulang kosakata yang sering diapakai, metode basaroh yaitu metode langsung, metode hifdiyah yaitu metode menghafal, kita temukan kegiatan tersebut hanya pada pondok pesantren tertentu, ada juga sekolah umum yang menerapkan kegiatan tersebut akan tetapi tingkat kesusksesan 50% dibandingkan dengan pondok pesantren dikarenakan lingkungannya tidak sama atau berbeda. Demikian dengan dengan Universitas yang mengendalikan bahasa mereka contoh bahasa Arab, inggris, bahasa negara lainnya, dan menekankan kepada semua mahasiswa untuk mengikuti peraturan kampus yaitu penjelasan materi dengan bahasa Arab.

Bahasa juga bisa hilang dengan kondisi, sosiologi serta geografis seseorang, contoh orang arab pergi ke inggris, maka orang arab harus bisa bahasa inggris dan jika sudah berdomisili 1 tahun atau bertahun-tahun bahasa arab akan menurun bahkan akan hilang, maka dengan menjaga bahasa yaitu berupa komunikasi sehari-hari. Untuk itu bahasa yang baik yaitu bahasa yang mampu menunjang ketuntasa siswa tersebut, bagiaman misi, visi, serta tujuan dari penerapan temperature dan penerapan yang baik tanpa ada perubahan, lingkungan solusinya.

Penerapan bahasa arab tidaklah mudah bagi seseorang saja untuk mengenal dasar nahwu, shorof, balaghoh, jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendasar ada kalanya lingkungan itu baik atau buruk maka bahasa akan berkembang, bahasa arab tidak mudah untuk dipraktekkan di Indonesia karena mayoritas orang Indonesia selalu mengutamakan bahasanya berbeda dengan orang-orang yang mempunyai kepribadian rasa ingin tahu dan tidak ada kata lelah untuk memahami serta mengunakan bahasa arab tersebut. dari pemaparan diatas apa hubungannya dengan mata kuliah metode penelitian, penulis mengatakan mempunyai hubungan erat bahkan sangat mendukung dalam mengembagkan bahasa Arab di masyarakat banyak sekali penelitian yang akan kita hadapi peneliti juga bisa mengunakan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif pada pengembangan dasar penguatan bahasa arab dilingkungan kita, perlu metode baru yang harus di ciptakan untuk memikat masyarkat agar rasa ingin tahu pada pembelajaran bahasa arab, jangan hanya metode ceramah, metode samiyah dan safawiyah, metode dril, metode. Karena manusia itu makhluk sempurna tapi rasa ingin tahu terlalu terbatas, manusia tidak bisa menciptakan yang tidak ada menjadi ada dalam lingkungan tapi manusia bisa mengkeatifitaskan sebuah karya yang sudah diciptakan oleh Allah SWT, contohnya bahasa Al-Qur’an yaitu bahasa Arab sekarang sangat berkembang di ranah pendidikan, dari nahwu dasar, shorof, balaghoh, infriti, jurumiyah, alifiyah, dan banyak kreasinya, rasa ingin tahu itulah yang membuat manusia sangat luas untuk berfikir luar.

Penulis berfokus pada sebuah metode Dril dan muhadtasah dengan lingkunga baik, sehingga bahasa itu  tercipta, jika kita menerapakan bahasa arab di masyarkat mereka menyinggungnya orang aneh atau alien karena penuis sudah sampaikan diatas bahwa rasa ingin tahu manusia itu terbatas hanya sedikit dari populasi manusia ingin menjadi yang terbaik untuk mengembangkan bahasa arab menjadi yang lebih unggul dan bermanfaat bagi kita dan bagi pembaca.

 

Tugas Mingguan metodologi penelitian Bahasa Arab

(abdul halim :2171030010)

MAHARAH QIRO’AH

Dalam pembelajaran bahasa arab terdapat empat komponen maharoh yang harus di capai dan di pelajari, apa saja dalam empat maharah tersebut?...empat maharah bahasa arab yang wajib kita pelajari yaitu; 1). Maharah kalam, 2). Maharah istima’, 3). Maharah kitabah, dan yang ke-4). maharah Qiro’ah. Nah,.... dari keempat maharah tersebut, penulis akan memaparkan salah satu maharah tersebut yaitu maharah qira’ah. Apa sih yang di maksud dengan maharah qira’ah?....

Maharah qiroah adalah sebuah keterampilan membaca, atau bahasa lainnya adalah komunikasinya antara pembaca dengan penulis sehingga di dalamnya terdapat hubungan kognitif antara lisan dan tulisan ( Ulin Nuha, metodologi super efektif pembelajaran bahasa arab: 2012. Hal 109 ). adanya keterampilan membaca (qiro’ah) pelajar mampu memahami materi khususnya dalam materi pembelajaran bahasa arab yang telah di sampaikan oleh para guru dan para ilmuan melalui sebuah tulisan/ buku, sehingga pelajar mampu menyerap ilmu/materi dengan baik dan luas.

Namun, disisi lain kita juga harus mempelajari maharah maharah yang lain guna mengimbangi penguasaan bahasa arab. Ketika kita belajar bahasa arab hanya menggunakan satu maharah tentunya masihkurang seimbang dalam pemahamannya dan juga dalam pengaplikasiannya secara realistis dalam kehidupan sehari hari kita. Contohnya jika kita belajar bahasa arab hanya sekedar membaca, tentunya kita akan sulit untuk berbicara menggunakan bahasa arab kalau tidak mempelajari maharah kalam. Selain dari mempelajari maharah kalam, kita juga harus mempelajari maharah kitabah dan istima’. Kenapa demikian?...... karena belajar bahasa arab itu menyangkut empat maharah tersebut, bahkan kemungkinan empat maharah itu tidak bisa kita pisahkan guna meningkatkan kualitas kita dalam belajarbahasa arab.

Maharah qiroah menurut penulis merupakah sebuah keterampilan bahasa arab yang wajib pertama kali kita gunakan dalam belajar kemudian dilanjutkan dengan maharah kalam dan untuk memperbaikinya atau untuk  mentashih/ tahsin bahasanya menggunakan maharah istima’ ( keterampilan mendengar)  sehingga kita dapat mengetahui bagaimana logat bahasa ataupun pelafalan pelafalan yang tepat atau standar dengan orang timur khususnya negara saudi arabia.

Dalam Kegiatan membaca itu mencakup 3 hal, yaitu:

1.      Makna sebagai unsur bacaan

2.      Kata sebagai unsur dalam membawakan makna

3.      Simbol tertulis sebagai unsur visual

 Tak kalah penting Dalam keterampilan membaca (maharah qiraah) perlu menggunakan media pembelajaran yan menarik sehingga pembaca tidak merasakan bosan dalam kegiatan ini.

Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta: Divapres) 2012. Hal 109

 

 

 



[1] Chatibul Umam,aspek-aspek Fundamental dalam bahasa arab ( Cet 1 ; Bandung PT al- Ma’arif, 1980)h.15.

[2] Sumber-sumber lain yang dimaksud oleh penulis adalah Fikhi, Tauhid, Tafsir, Filsafat, Islam dan berbagai literatur dalam bahasa arab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengungkap Sejarah dan Evolusi Bahasa Indonesia

HADIS TEMATIK PESERTA DIDIK

DEFINISI FIQIH AL-LUGHOH