Pembelajaran di aplikasi classroom dengan menggunakan leptop.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Dalam era digital ini, penggunaan media elektronik seperti laptop dan aplikasi pembelajaran seperti Google Classroom menjadi alat utama yang mendukung proses pembelajaran modern. Media elektronik telah menjadi bagian penting dari kehidupan anak dan remaja, mempengaruhi perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional mereka.
Pada masa pandemi COVID-19, pembelajaran daring melalui aplikasi digital menjadi solusi utama untuk mempertahankan kegiatan belajar. Meskipun situasi telah berangsur normal, tren penggunaan platform digital dalam pendidikan tetap berlanjut dan menjadi bagian dari transformasi pendidikan di era industri 4.0. Google Classroom sebagai salah satu platform pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dan siswa menawarkan kemudahan dalam distribusi materi, tugas, penilaian, dan komunikasi, serta memungkinkan integrasi dengan berbagai jenis media pembelajaran.
Namun efektivitas penggunaan media elektronik dalam pembelajaran tidak terlepas dari berbagai tantangan, seperti keterbatasan akses terhadap perangkat dan koneksi internet, literasi digital, serta minimnya interaksi langsung antara guru dan siswa. Selain itu, penggunaan berlebihan media elektronik juga dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental siswa.
Mengingat pentingnya peran teknologi dalam pendidikan masa kini dan masa depan, penelitian mengenai efektivitas penggunaan media elektronik dalam pembelajaran menjadi sangat relevan untuk dilakukan.
Pada permasalahan ini banyak sekolah masih menggunakan metode konvesional dimana sudah tidak melakukan pembelajaran mneggunakan elektronik dengan mengunakan chrome book, leptop maupun Ipad dan pada penggunaan aplikasi classroom. akan tetapi pembelajaran classroom juga ada kekurangan serta beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul Pembelajaran di aplikasi classroom dengan menggunakan leptop.
1.2 rumusan masalah
Bagaimana proses pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop) berdasarkan kajian pustaka?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop) berdasarkan hasil studi pustaka?
Bagaimana dampak penggunaan aplikasi Classroom melalui media elektronik (laptop) terhadap perkembangan belajar anak dan remaja menurut literatur terkini?
1.3 tujuan penelitian
Mengkaji proses pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop) berdasarkan studi pustaka.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop) berdasarkan hasil kajian literatur.
Menganalisis dampak penggunaan aplikasi Classroom melalui media elektronik (laptop) terhadap perkembangan belajar anak dan remaja berdasarkan penelitian terdahulu.
1.4 batasan masalah
Batasan masalah pada pembelajaran di aplikasi classroom menggunakan media elektronik (laptop).
1.5 metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif berbasis studi pustaka. Penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena mampu memberikan gambaran mendalam mengenai fenomena penggunaan media elektronik dalam pembelajaran berdasarkan analisis literatur yang relevan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis: Memberikan kontribusi ilmiah tentang pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop) dan dampaknya terhadap perkembangan peserta didik.
Manfaat Praktis:
Bagi pendidik: Sebagai acuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop).
Bagi lembaga pendidikan: Sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait implementasi pembelajaran di aplikasi Classroom.
Bagi peneliti selanjutnya: Sebagai referensi untuk penelitian lanjutan terkait pembelajaran menggunakan aplikasi digital dan media elektronik.
BAB II
penelitian relevan
2.1. Konsep Media Elektronik dalam Pembelajaran
2.1.1. Definisi dan Jenis Media Elektronik dalam Konteks Pembelajaran
Media elektronik dalam pembelajaran merujuk pada perangkat teknologi yang digunakan untuk memfasilitasi proses belajar mengajar. Menurut Arsyad (2019), media elektronik adalah alat-alat elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Smaldino et al. (2018) mengklasifikasikan media elektronik dalam pembelajaran menjadi beberapa jenis:
Perangkat Keras (Hardware): Termasuk komputer, laptop, tablet, smartphone, dan proyektor
Perangkat Lunak (Software): Program aplikasi pembelajaran seperti Google Classroom, Microsoft Teams, dan Learning Management System (LMS) lainnya
Media Penyimpanan: Hard disk, flash drive, dan penyimpanan cloud
Media Komunikasi: Email, forum diskusi, dan platform konferensi video
Laptop sebagai salah satu jenis media elektronik memiliki keunggulan dalam fleksibilitas, portabilitas, dan kapasitas komputasi yang memadai untuk mendukung berbagai aktivitas pembelajaran (Mayer, 2020).
2.1.2. Perkembangan Penggunaan Media Elektronik dalam Dunia Pendidikan
Perkembangan penggunaan media elektronik dalam pendidikan telah mengalami evolusi signifikan sejak dekade 1980-an. Collins & Halverson (2018) membagi perkembangan ini menjadi beberapa fase:
Fase Pengenalan (1980-1990): Penggunaan komputer terbatas untuk pembelajaran berbasis komputer (Computer-Based Training)
Fase Integrasi (1990-2000): Mulai terintegrasinya komputer dan internet dalam kurikulum
Fase Transformasi (2000-2010): Pembelajaran online mulai berkembang, termasuk munculnya Massive Open Online Courses (MOOCs)
Fase Disrupsi (2010-sekarang): Pembelajaran berbasis digital menjadi arus utama, dipercepat oleh pandemi COVID-19
Di Indonesia, perkembangan penggunaan media elektronik dalam pendidikan mengalami percepatan signifikan sejak kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan selama pandemi COVID-19 (Kemendikbud, 2020). Laptop menjadi salah satu perangkat utama yang digunakan dalam pembelajaran daring (Risdiany, 2021).
2.1.3. Teori Pembelajaran Berbasis Teknologi
Beberapa teori pembelajaran yang menjadi landasan penggunaan media elektronik dalam pendidikan antara lain:
Teori Kognitif Multimedia Learning (Mayer, 2019): Teori ini menjelaskan bahwa manusia belajar lebih baik dari gabungan teks dan gambar daripada dari teks saja. Mayer mengusulkan prinsip-prinsip desain multimedia yang efektif, seperti prinsip kedekatan spasial, prinsip segmentasi, dan prinsip personalisasi.
Connectivism (Siemens, 2017): Teori pembelajaran untuk era digital yang menekankan bahwa pengetahuan berada dalam jaringan dan pembelajaran terjadi melalui koneksi dalam jaringan tersebut. Pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai proses internal dan individualistik, melainkan proses yang terjadi dalam jaringan sosial dan teknologi.
Technology Acceptance Model (TAM) (Davis, 1989; Venkatesh & Davis, 2020): Model ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan teknologi, termasuk persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, dan niat perilaku.
TPACK Framework (Technological Pedagogical Content Knowledge) (Mishra & Koehler, 2018): Kerangka yang mengintegrasikan pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten untuk pembelajaran yang efektif menggunakan teknologi.
2.2 apa itu media belajar
Pendidikan sangat berperan penting dalam sebuah proses belajar mengajar agar peserta didik menjadi peserta didik yang terdidik, baik dalam keagamaannya maupun dalam keilmuannya, Pendidikan itu sendiri merupakan sarana untuk membantu manusia agar mampu hidup dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat (Agus Mustofa, 2007: 16-19)
Dalam sebuah proses belajar mengajar tidak terlepas dari sebuah media pembelajaran yang mana media berperan sebagai alat dalam proses belajar mengajar agar mempermudah dalam proses pembelajaran dan sebagai alat bantu seorang pendidik untuk menyampaikan sebuah ilmu dan materi.
2.3. Penggunaan media pembelajaran
Media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran akan menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa bisa diserap secara optimal. Media pembelajaran dalam pendidikan dan dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam perkembangan siswa di sekolah agar ilmu dan materi yang mereka dapatkan dari seorang guru bisa diserap dengan baik.
Hamalik (1986: 19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini,
Levie & Lentz (1982: 20) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, khususnya media visual, yaitu
(1) fungsi atensi
(2) fungsi afektif
(3) fungsi kognitif
(4) fungsi kompensatoris.
1. Fungsi Atensi Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran
siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikannya.
2. Fungsi Afektif Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3. Fungsi Kognitif Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi Kompensatoris Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
2.4. manfaat media pembelajaran
Semakin berkembangnya zaman teknologi yang semakin canggih, maka dengan demikian pemanfaatan teknologi pada hakikatnya adalah bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari, teknologi digital adalah salah satu contoh konkret betapa kita sebagai umat manusia saat ini tidak mungkin bisa terlepas dari cengkeramannya. Perkembangan dunia digital dalam dunia pendidikan juga memiliki pengaruh yang signifikan pada pola interaksi guru dan siswa. Siswa yang rata-rata memiliki literasi teknologi yang baik cenderung lebih cepat bosan ketika pembelajaran berjalan secara konvensional.
2.5 pengertian media pembelajaran
pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai sebagai alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek desain, perkembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Dengan masuknya teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan proses pembelajaran maka dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA).
2.6. pentingnya media pembelajaran
Yunus (1942: 78) dalam bukunya Attarbiyatu watta'liim mengungkapkan sebagai berikut: “Bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya”.
Selanjutnya, Ibrahim (196:432) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena: “Media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pembelajaran”.
2.7 kekurangan kelebihan media elektronik
Ketergantungan pada teknologi dapat menjadi masalah ketika perangkat atau koneksi internet tidak mendukung. Penggunaan media elektronik yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik, terutama pada mata.
Kelebihan:
Akses mudah dan fleksibel: Media elektronik memberikan akses yang lebih luas dan fleksibel terhadap materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja.
Interaktif dan menarik: Menggunakan berbagai alat bantu seperti video, audio, dan animasi untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
Mendukung pembelajaran jarak jauh: Memberikan kesempatan untuk belajar tanpa harus datang ke kelas fisik, cocok untuk pendidikan jarak jauh atau dalam kondisi tertentu seperti pandemi.
Mempercepat distribusi informasi: Informasi dapat diperoleh dengan cepat dan langsung, mengurangi waktu tunggu.
Fleksibilitas pembelajaran: Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, serta dapat mengulang materi sesering yang diperlukan.
Kekurangan:
Keterbatasan perangkat dan koneksi: Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat elektronik atau koneksi internet yang memadai.
Kehilangan interaksi sosial: Pembelajaran digital cenderung mengurangi interaksi langsung antara guru dan siswa, yang bisa berdampak pada pengembangan sosial dan emosional siswa.
Ketergantungan pada teknologi: Ketergantungan pada teknologi dapat menyebabkan gangguan jika perangkat mengalami masalah teknis.
Distraksi: Media sosial atau aplikasi lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran dapat mengganggu fokus siswa.
Masalah kesehatan: Penggunaan media elektronik yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan, terutama masalah pada mata dan postur tubuh.
2.8 pengaruh media elektronik
Dampak positif: Media elektronik memungkinkan siswa untuk mengakses berbagai sumber informasi dan belajar dengan cara yang lebih dinamis. Penggunaan video dan simulasi dapat mempermudah pemahaman materi yang sulit. Pembelajaran digital juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dengan ritme mereka sendiri, yang mendukung pembelajaran yang lebih personal.
Dampak negatif: Paparan berlebihan terhadap perangkat elektronik dapat mengganggu keseimbangan kehidupan siswa. Selain itu, penggunaan media sosial atau hiburan lainnya dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan menurunkan kualitas pembelajaran.
Pengaruh terhadap pola belajar: Media elektronik memungkinkan siswa untuk lebih mandiri dalam belajar, tetapi bisa juga menyebabkan ketergantungan pada teknologi dan berkurangnya kemampuan berpikir kritis jika tidak diarahkan dengan baik.
2.9 perbandingan pembelajaran konvensional dan digital
Metode tatap muka: Pembelajaran konvensional melibatkan interaksi langsung antara guru dan siswa di kelas.
Bergantung pada sumber daya fisik: Materi seperti buku, papan tulis, dan alat peraga lainnya menjadi alat utama dalam proses pembelajaran.
Batasan waktu dan ruang: Pembelajaran berlangsung dalam waktu tertentu di tempat tertentu (di sekolah atau di kelas).
Pengawasan langsung: Guru dapat memantau langsung kemajuan siswa dan memberikan bantuan segera jika diperlukan.
Pembelajaran Digital:
Pembelajaran jarak jauh: Bisa dilakukan di luar kelas fisik, memungkinkan fleksibilitas lebih dalam pengaturan waktu dan tempat.
Berbasis teknologi: Menggunakan teknologi untuk mengakses materi pembelajaran melalui internet, aplikasi, atau perangkat digital.
Interaktivitas tinggi: Pembelajaran digital seringkali melibatkan elemen interaktif seperti kuis, video, dan simulasi untuk memperkaya pengalaman belajar.
Kemandirian lebih besar: Siswa memiliki kontrol lebih besar atas kecepatan dan cara mereka belajar, memungkinkan pembelajaran yang lebih personal.
Perbandingan:
Fleksibilitas: Pembelajaran digital lebih fleksibel dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang terikat oleh waktu dan tempat.
Interaksi sosial: Pembelajaran konvensional memberikan lebih banyak kesempatan untuk interaksi langsung, sementara pembelajaran digital bisa lebih individualistik.
Teknologi: Pembelajaran digital memanfaatkan teknologi yang lebih maju, tetapi bisa menjadi hambatan bagi siswa yang tidak memiliki akses atau keterampilan teknologi yang memadai.
2.10 Aplikasi Google Classroom
1. Pengertian Google Classroom
Google Classroom adalah platform pembelajaran daring yang dikembangkan oleh Google. Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Google Classroom memungkinkan guru untuk memberikan tugas, materi, serta melakukan penilaian secara digital, serta memfasilitasi komunikasi yang lebih mudah antara guru dan siswa. Google Classroom pertama kali diluncurkan pada tahun 2014 sebagai bagian dari upaya Google untuk mendukung pendidikan melalui teknologi.
Menurut Smith & Johnson (2018), Google Classroom memiliki berbagai fitur yang mendukung pembelajaran interaktif, seperti distribusi materi dalam berbagai format, penyimpanan data yang terorganisir, pengiriman tugas, serta feedback yang dapat diberikan secara langsung kepada siswa. Platform ini memungkinkan integrasi yang baik dengan berbagai produk Google lainnya seperti Google Drive, Google Docs, Google Sheets, dan Google Meet.
2. Keunggulan Penggunaan Google Classroom dalam Pembelajaran
Google Classroom menawarkan berbagai keunggulan dalam konteks pembelajaran daring. Salah satu keunggulannya adalah kemudahan dalam distribusi materi dan tugas. Wright (2020) menjelaskan bahwa Google Classroom memungkinkan guru untuk membagikan materi dengan lebih cepat dan mudah, serta memberi umpan balik langsung kepada siswa, sehingga mempercepat proses pembelajaran dan evaluasi.
Selain itu, Hamdani (2021) mengemukakan bahwa penggunaan Google Classroom dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan fitur pengingat, pengaturan tugas, serta kemampuan untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam grup, siswa menjadi lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ini penting untuk meningkatkan kemandirian belajar dan peningkatan pemahaman siswa.
3. Efektivitas Google Classroom dalam Pembelajaran Daring
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Google Classroom dalam pendidikan dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, terutama dalam kondisi pembelajaran daring. Fitzgerald (2019) menemukan bahwa guru yang menggunakan Google Classroom dalam pengajaran daring melaporkan bahwa mereka dapat mengelola kelas secara lebih efisien dan menyediakan materi pembelajaran dengan cara yang lebih terstruktur. Hal ini memungkinkan siswa untuk memiliki akses yang lebih baik terhadap materi dan tugas, serta mempermudah mereka dalam mengikuti perkembangan kelas.
Namun, Gul (2020) mencatat bahwa penggunaan Google Classroom dalam pembelajaran membutuhkan literasi digital yang baik dari siswa. Penggunaan aplikasi ini dapat kurang efektif jika siswa atau guru tidak terbiasa atau tidak memiliki kemampuan teknis yang cukup untuk mengoperasikan aplikasi tersebut. Oleh karena itu, keterampilan teknis menjadi faktor penting dalam memastikan keberhasilan penggunaan platform ini.
4. Tantangan dalam Penggunaan Google Classroom
Meskipun Google Classroom memiliki banyak keuntungan, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Lestari & Fadillah (2020) mengungkapkan bahwa kendala utama dalam penggunaan Google Classroom adalah aksesibilitas teknologi. Tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai atau akses internet yang stabil, yang dapat menghambat mereka dalam mengikuti pembelajaran daring secara efektif.
Selain itu, Sari & Rahmawati (2021) menunjukkan bahwa penggunaan Google Classroom dalam pembelajaran dapat menurunkan tingkat interaksi sosial antara guru dan siswa. Dalam pembelajaran tatap muka, interaksi langsung dapat mempererat hubungan sosial dan memberi kesempatan bagi siswa untuk bertanya dan mendiskusikan materi secara lebih mendalam. Google Classroom, meskipun memberikan banyak manfaat, tidak dapat menggantikan sepenuhnya interaksi sosial yang terjadi dalam kelas fisik.
5. Penelitian Terkait Penggunaan Google Classroom
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Google Classroom berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa, terutama jika digunakan dengan tepat. Ali & Rahman (2020) dalam penelitian mereka menemukan bahwa siswa yang menggunakan Google Classroom dalam pembelajaran matematika menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman materi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan platform ini. Penggunaan aplikasi ini memungkinkan siswa untuk mengakses materi secara lebih mudah, memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam diskusi online.
Penelitian oleh Lutfi & Sari (2022) juga menunjukkan bahwa penggunaan Google Classroom dalam pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kreativitas siswa dan kerja sama antar siswa. Dalam proyek berbasis tugas yang diberikan melalui Google Classroom, siswa dapat bekerja bersama dalam kelompok meskipun tidak berada di tempat yang sama, sehingga memfasilitasi kolaborasi daring yang lebih efektif.
2.11. Google Classroom sebagai Platform Pembelajaran
1. Fitur dan Fungsi Google Classroom dalam Proses Pembelajaran
Google Classroom merupakan layanan berbasis web gratis yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah, dengan tujuan menyederhanakan pembuatan, pendistribusian, dan penilaian tugas secara elektronik. Heggart & Yoo (2018) mengidentifikasi beberapa fitur utama Google Classroom:
Stream (Aliran): Tempat pengumuman, diskusi, dan notifikasi aktivitas kelas
Classwork (Tugas Kelas): Pengelolaan materi pembelajaran dan tugas
People (Orang): Manajemen anggota kelas (guru dan siswa)
Grades (Nilai): Sistem penilaian dan umpan balik
Google Meet: Integrasi untuk pembelajaran sinkronus melalui video konferensi
Martinez-Monés et al. (2019) menyatakan bahwa Google Classroom berfungsi sebagai:
Saluran komunikasi antara pendidik dan peserta didik
Repositori materi pembelajaran
Sistem manajemen tugas dan penilaian
Platform kolaborasi untuk pembelajaran kelompok
Alat untuk memberikan umpan balik formatif dan sumatif
2. Kelebihan dan Keterbatasan Google Classroom
Kelebihan: Menurut penelitian Shaharanee et al. (2019), kelebihan Google Classroom meliputi:
Kemudahan penggunaan dan antarmuka yang sederhana
Integrasi dengan aplikasi Google lainnya (Google Drive, Google Docs, Google Forms)
Aksesibilitas melalui berbagai perangkat (termasuk laptop)
Tidak memerlukan instalasi perangkat lunak khusus
Hemat biaya karena bersifat gratis
Keterbatasan: Di sisi lain, Azhar & Iqbal (2021) mengidentifikasi beberapa keterbatasan:
Ketergantungan pada koneksi internet
Keterbatasan dalam penyesuaian tampilan dan fungsi
Tidak adanya fitur obrolan langsung terintegrasi
Keterbatasan dalam penyimpanan data untuk akun non-institusional
Tantangan dalam melacak partisipasi aktif siswa
3. Implementasi Google Classroom di Berbagai Jenjang Pendidikan
Implementasi Google Classroom bervariasi di berbagai jenjang pendidikan:
Pendidikan Dasar: Suhada et al. (2020) menemukan bahwa penggunaan Google Classroom di sekolah dasar memerlukan pendampingan orang tua dan antarmuka yang lebih sederhana.
Pendidikan Menengah: Al-Maroof & Al-Emran (2020) menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah dapat mengadopsi Google Classroom dengan lebih mandiri, dengan fokus pada pengembangan keterampilan kolaborasi dan komunikasi.
Pendidikan Tinggi: Kumar & Bervell (2019) menyoroti keefektifan Google Classroom di pendidikan tinggi untuk mendukung pembelajaran campuran (blended learning) dan pembelajaran berbasis proyek.
Menurut survei yang dilakukan oleh Almaiah et al. (2020), adaptasi penggunaan Google Classroom meningkat signifikan selama pandemi COVID-19 di semua jenjang pendidikan, dengan laptop menjadi perangkat utama yang digunakan.
2.12. Penggunaan Laptop sebagai Media Pembelajaran
1. Karakteristik Laptop sebagai Media Pembelajaran
Laptop memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya menjadi media pembelajaran yang efektif. Menurut Zheng et al. (2020), karakteristik tersebut meliputi:
Portabilitas: Dapat digunakan di berbagai tempat, memungkinkan fleksibilitas pembelajaran
Multifungsi: Mendukung berbagai aktivitas pembelajaran (menulis, membaca, presentasi, multimedia)
Konektivitas: Memungkinkan akses ke internet dan sumber daya digital lainnya
Interaktivitas: Memfasilitasi interaksi melalui berbagai aplikasi dan platform
Penyimpanan: Kapasitas untuk menyimpan berbagai jenis materi pembelajaran
Harper & Milman (2019) menyatakan bahwa laptop mendukung pembelajaran konstruktivis di mana siswa dapat aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan konten digital dan kolaborasi dengan teman sebaya.
2. Pola Penggunaan Laptop dalam Pembelajaran
Zheng et al. (2021) mengidentifikasi beberapa pola penggunaan laptop dalam pembelajaran:
Konsumsi Konten: Membaca e-book, artikel, menonton video pembelajaran
Produksi Konten: Membuat dokumen, presentasi, proyek multimedia
Komunikasi: Email, forum diskusi, konferensi video
Kolaborasi: Dokumen bersama, proyek kelompok online
Penilaian: Kuis online, pengumpulan tugas elektronik
Pola penggunaan ini bervariasi berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan, seperti flipped classroom, pembelajaran berbasis proyek, atau pembelajaran campuran (Teräs et al., 2020).
3. Tantangan dan Solusi dalam Penggunaan Laptop untuk Pembelajaran
Tantangan: Penelitian yang dilakukan oleh Suana et al. (2019) mengidentifikasi beberapa tantangan penggunaan laptop dalam pembelajaran:
Kesenjangan Digital: Tidak semua siswa memiliki akses ke laptop dan internet
Gangguan dan Multitasking: Laptop dapat menjadi sumber gangguan dalam pembelajaran
Masalah Teknis: Kerusakan perangkat, baterai habis, masalah konektivitas
Kesehatan: Kelelahan mata, postur tubuh yang buruk, dan kecanduan layar
Pengembangan Konten: Keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan konten digital
Solusi: Untuk mengatasi tantangan tersebut, Ismail et al. (2020) menyarankan beberapa pendekatan:
Program Pinjaman Laptop: Memfasilitasi akses bagi siswa yang tidak memiliki laptop
Manajemen Kelas Digital: Strategi untuk mengurangi gangguan dan fokus pada tugas pembelajaran
Dukungan Teknis: Penyediaan bantuan teknis dan pelatihan dasar pemecahan masalah
Panduan Ergonomis: Petunjuk penggunaan laptop yang sehat dan aman
Pengembangan Profesional: Pelatihan bagi guru untuk mengembangkan konten digital berkualitas
2.13. Integrasi Google Classroom dan Laptop dalam Pembelajaran
1. Model Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran
Beberapa model teoretis menjelaskan bagaimana integrasi teknologi seperti Google Classroom dan laptop dalam pembelajaran:
SAMR Model (Substitution, Augmentation, Modification, Redefinition) (Puentedura, 2018): Model ini menjelaskan tingkat integrasi teknologi, dari sekadar menggantikan alat tradisional (substitusi) hingga mengubah desain tugas secara fundamental (redefinisi).
RAT Framework (Replacement, Amplification, Transformation) (Hughes et al., 2017): Kerangka yang menggambarkan bagaimana teknologi dapat menggantikan, memperkuat, atau mentransformasi praktik pembelajaran.
Five-Stage Model (Salmon, 2020): Model lima tahap untuk pembelajaran online yang mencakup akses dan motivasi, sosialisasi online, pertukaran informasi, konstruksi pengetahuan, dan pengembangan.
2. Strategi Pembelajaran di Google Classroom dengan Laptop
Berdasarkan penelitian Bhagat et al. (2020), beberapa strategi pembelajaran yang efektif di Google Classroom dengan menggunakan laptop meliputi:
Flipped Classroom: Siswa mempelajari materi di rumah melalui Google Classroom dan laptop, kemudian melakukan diskusi dan aktivitas pendalaman di kelas.
Project-Based Learning: Menggunakan Google Classroom untuk mengelola proyek, berbagi sumber daya, dan melacak kemajuan siswa.
Blended Learning: Kombinasi pembelajaran tatap muka dan daring melalui Google Classroom dan laptop.
Collaborative Learning: Memanfaatkan fitur kolaborasi Google Docs, Slides, dan Sheets untuk pembelajaran kelompok.
Self-Paced Learning: Memungkinkan siswa untuk mengakses materi dan menyelesaikan tugas dengan kecepatan mereka sendiri.
3. Penilaian Pembelajaran di Google Classroom
Google Classroom menyediakan berbagai alat untuk penilaian pembelajaran. Menurut penelitian Heggart & Yoo (2018), penilaian dalam Google Classroom meliputi:
Formative Assessment: Kuis pendek, pertanyaan terbuka, dan diskusi forum
Summative Assessment: Tugas proyek akhir, ujian, dan portofolio digital
Peer Assessment: Fitur komentar dan berbagi yang memungkinkan penilaian sejawat
Self-Assessment: Daftar periksa dan rubrik yang dapat diakses siswa
Automated Assessment: Penilaian otomatis melalui Google Forms
Fisher et al. (2020) menekankan pentingnya memberikan umpan balik yang tepat waktu dan bermakna melalui fitur komentar pribadi dalam Google Classroom untuk mendukung pembelajaran yang efektif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif berbasis studi pustaka. Penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena mampu memberikan gambaran mendalam mengenai fenomena penggunaan media elektronik dalam pembelajaran berdasarkan analisis literatur yang relevan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Identifikasi literatur: Pencarian sistematis terhadap artikel dan publikasi ilmiah di database jurnal seperti Google Scholar, SAGE, Science Direct, dan repositori universitas dengan kata kunci: "pembelajaran di aplikasi Classroom", "Google Classroom", "media elektronik laptop dalam pembelajaran", "pembelajaran berbasis teknologi digital", "dampak penggunaan laptop pada pembelajaran".
Seleksi literatur Pemilihan literatur berdasarkan kriteria inklusi seperti relevansi dengan topik penelitian, tahun publikasi (5-10 tahun terakhir), dan kredibilitas sumber.
Dokumentasi Pencatatan informasi penting dari setiap literatur menggunakan kartu data atau matriks analisis literatur.
3.4 Sumber Data
Data Primer Artikel jurnal ilmiah, buku referensi, prosiding konferensi, dan publikasi hasil penelitian terkait pembelajaran di aplikasi Classroom menggunakan media elektronik (laptop).
3.5 Teknik Analisis Data
Reduksi data: Proses pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data dari literatur yang dikumpulkan.
Penyajian data: Pengorganisasian informasi dalam bentuk deskriptif naratif, tabel perbandingan, atau diagram sintesis.
Penarikan kesimpulan: Interpretasi pola dan temuan dari analisis literatur untuk menjawab rumusan masalah
BAB IV
Hasil Penelitian
4.1. Proses Pembelajaran di Aplikasi Classroom Menggunakan Media Elektronik (Laptop)
Berdasarkan kajian terhadap literatur yang relevan, proses pembelajaran di aplikasi Google Classroom menggunakan laptop sebagai media elektronik dapat dipahami dari berbagai aspek implementasinya.
Atikah (2021) dalam penelitiannya mengenai pemanfaatan Google Classroom di masa pandemi COVID-19 menjelaskan bahwa proses pembelajaran menggunakan aplikasi ini meliputi beberapa tahapan esensial. Pertama, pendidik membuat kelas virtual dan mengundang peserta didik melalui kode kelas. Kedua, pendidik mengunggah materi pembelajaran dalam berbagai format seperti dokumen, presentasi, dan video. Ketiga, pendidik membuat dan mendistribusikan tugas atau kuis kepada peserta didik. Keempat, peserta didik mengakses materi dan mengerjakan tugas melalui laptop. Kelima, pendidik melakukan penilaian dan memberikan umpan balik terhadap hasil kerja peserta didik.
Nafsi dan Trisnawati (2022) menambahkan bahwa proses pembelajaran menggunakan Google Classroom melalui laptop melibatkan interaksi yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Mereka menyoroti bahwa pembelajaran di Google Classroom tidak sekadar memindahkan materi ke platform digital, tetapi melibatkan transformasi pendekatan pedagogis yang memanfaatkan fitur-fitur digital secara optimal. Penggunaan laptop dalam hal ini memberikan keunggulan dalam visualisasi konten pembelajaran dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan perangkat lunak khusus.
Rafikah Ulfa (2019) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran di Google Classroom melalui laptop dalam konteks blended learning mencakup beberapa aspek penting: (1) pengenalan platform kepada peserta didik, (2) pengorganisasian konten pembelajaran, (3) distribusi dan pengumpulan tugas, (4) diskusi dan umpan balik, serta (5) evaluasi pembelajaran. Dalam penelitiannya, Rafikah menemukan bahwa penggunaan laptop dalam mengakses Google Classroom memberikan pengalaman belajar yang lebih komprehensif dibandingkan perangkat mobile, terutama dalam hal pengerjaan tugas yang membutuhkan pengetikan dan penelusuran informasi yang intensif.
Pada konteks pendidikan dasar, Zidan (2021) mendeskripsikan bahwa proses pembelajaran di Google Classroom untuk siswa kelas V SD melibatkan pendampingan dari orang tua, terutama dalam hal pengoperasian laptop dan akses ke platform. Zidan mencatat bahwa pembelajaran di Google Classroom untuk siswa SD meliputi komponen-komponen seperti: (1) membaca materi yang diunggah guru, (2) menonton video pembelajaran, (3) mengerjakan latihan sederhana, dan (4) mengumpulkan tugas dalam bentuk foto atau dokumen.
Somawati (2024) mencatat bahwa proses pembelajaran di Google Classroom untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki beberapa karakteristik khusus. Dalam penelitiannya, Somawati mengidentifikasi tahapan implementasi yang terdiri dari: (1) perencanaan pembelajaran yang meliputi penyusunan RPP dan pemilihan materi yang sesuai dengan model daring, (2) pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang disesuaikan dengan platform Google Classroom, dan (3) evaluasi pembelajaran yang memanfaatkan fitur tugas, kuis, dan diskusi pada Google Classroom. Penggunaan laptop dalam konteks ini memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menyiapkan materi yang lebih komprehensif dan bagi peserta didik untuk mengakses berbagai sumber belajar digital yang mendukung pemahaman konsep PAI.
Saputra (2024) dalam penelitiannya di Dayah Nurul Iman mengungkapkan bahwa proses pembelajaran menggunakan Google Classroom dengan laptop memiliki alur yang terstruktur. Pertama, persiapan infrastruktur yang meliputi penyediaan laptop dan koneksi internet yang memadai. Kedua, pembuatan konten pembelajaran yang relevan dan menarik, termasuk penggunaan multimedia. Ketiga, distribusi materi dan penugasan yang terorganisir dengan memanfaatkan fitur-fitur Google Classroom secara optimal. Keempat, pemantauan aktivitas peserta didik melalui fitur analitik yang tersedia. Kelima, evaluasi dan penilaian yang transparan dan terukur. Saputra juga mencatat bahwa penggunaan laptop, dibandingkan dengan perangkat mobile, memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran yang lebih mendalam dan menyelesaikan tugas-tugas yang lebih kompleks.
Nuraisah (2022) dalam konteks pembelajaran bahasa Arab mengidentifikasi bahwa proses pembelajaran di Google Classroom mengikuti siklus yang mencakup pemberian materi, latihan, dan evaluasi. Dalam implementasinya, Nuraisah menemukan bahwa penggunaan laptop sangat membantu dalam visualisasi teks Arab dan penulisan karakter Arab yang membutuhkan keyboard khusus. Nuraisah juga menyoroti pentingnya interaksi dalam pembelajaran bahasa, yang difasilitasi melalui fitur komentar dan forum diskusi di Google Classroom.
4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran di Aplikasi Classroom Menggunakan Media Elektronik (Laptop)
Berdasarkan kajian literatur, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran di aplikasi Google Classroom menggunakan laptop, antara lain:
Aksesibilitas Teknologi dan Infrastruktur
Ketersediaan laptop dan koneksi internet yang stabil menjadi faktor fundamental dalam implementasi Google Classroom. Atikah (2021) dan Zidan (2021) sama-sama menekankan bahwa keterbatasan akses terhadap perangkat dan konektivitas internet, terutama di daerah pedesaan atau pada keluarga berpenghasilan rendah, menjadi hambatan signifikan dalam pembelajaran menggunakan Google Classroom. Saputra (2024) menambahkan bahwa perbedaan kualitas infrastruktur teknologi antar daerah menciptakan kesenjangan digital yang memengaruhi efektivitas pembelajaran.
Somawati (2024) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa aksesibilitas teknologi tidak hanya mencakup kepemilikan perangkat, tetapi juga kemudahan dalam mengoperasikan dan merawat perangkat tersebut. Banyak lembaga pendidikan menghadapi kendala dalam hal perawatan dan pembaruan perangkat laptop yang digunakan untuk pembelajaran, yang berdampak pada keberlanjutan implementasi Google Classroom.
Kompetensi Digital Pendidik dan Peserta Didik
Kemampuan dalam mengoperasikan laptop dan menggunakan fitur-fitur Google Classroom sangat memengaruhi kualitas pembelajaran. Somawati (2024) mengidentifikasi bahwa banyak pendidik, terutama yang berusia lebih tua, mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan teknologi pembelajaran digital. Sementara itu, Nuraisah (2022) menemukan adanya variasi tingkat literasi digital di kalangan peserta didik yang memengaruhi partisipasi mereka dalam pembelajaran.
Nafsi dan Trisnawati (2022) menggarisbawahi pentingnya pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan bagi pendidik dalam meningkatkan kompetensi digital mereka. Mereka menemukan bahwa pendidik yang mengikuti pelatihan secara konsisten menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan mereka mengintegrasikan Google Classroom ke dalam praktik pembelajaran. Zidan (2021) juga menekankan bahwa kesenjangan kompetensi digital antara pendidik dan peserta didik dapat menciptakan hambatan dalam komunikasi dan transfer pengetahuan.Desain Pembelajaran dan Strategi Pedagogis
Nafsi dan Trisnawati (2022) menekankan pentingnya desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Google Classroom. Mereka berpendapat bahwa pembelajaran di Google Classroom membutuhkan pendekatan pedagogis yang berbeda dari pembelajaran konvensional, dan pendidik perlu merancang aktivitas pembelajaran yang memanfaatkan fitur-fitur platform secara optimal. Rafikah Ulfa (2019) menambahkan bahwa strategi pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif lebih efektif dalam konteks Google Classroom dibandingkan dengan metode yang berpusat pada pendidik.
Saputra (2024) menyoroti pentingnya integrasi multimedia dalam desain pembelajaran di Google Classroom. Menurut penelitiannya, penggunaan video, animasi, dan infografis yang diakses melalui laptop dapat meningkatkan pemahaman dan retensi peserta didik terhadap materi pembelajaran. Somawati (2024) juga menekankan pentingnya variasi metode pembelajaran dalam menjaga keterlibatan peserta didik, misalnya dengan menggabungkan kuliah video, diskusi daring, dan proyek kolaboratif.Dukungan Institusional dan Kebijakan
Dukungan dari institusi pendidikan dalam bentuk kebijakan, pelatihan, dan penyediaan infrastruktur menjadi faktor penting dalam implementasi Google Classroom. Saputra (2024) menyoroti bahwa sekolah atau institusi pendidikan yang memiliki kebijakan yang jelas terkait pembelajaran digital dan menyediakan pelatihan bagi pendidik cenderung lebih berhasil dalam mengimplementasikan Google Classroom. Zidan (2021) menambahkan bahwa kebijakan terkait penggunaan perangkat elektronik di sekolah juga memengaruhi familiaritas peserta didik dengan teknologi pembelajaran.
Atikah (2021) mengidentifikasi bahwa dukungan teknis yang responsif dan mudah diakses sangat penting dalam memastikan kelancaran pembelajaran menggunakan Google Classroom. Institusi yang memiliki tim dukungan teknis yang terampil dapat dengan cepat mengatasi masalah yang mungkin timbul selama implementasi, sehingga mengurangi gangguan dalam proses pembelajaran. Nafsi dan Trisnawati (2022) juga menekankan pentingnya kebijakan evaluasi dan pemantauan yang terstruktur untuk memastikan kualitas pembelajaran tetap terjaga.Karakteristik dan Kesiapan Peserta Didik
Karakter, motivasi, dan kesiapan belajar peserta didik juga memengaruhi keberhasilan pembelajaran di Google Classroom. Nuraisah (2022) menemukan bahwa peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran menggunakan Google Classroom. Somawati (2024) menambahkan bahwa gaya belajar dan preferensi peserta didik juga memengaruhi respons mereka terhadap pembelajaran digital.
Rafikah Ulfa (2019) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik peserta didik memainkan peran penting dalam keberhasilan pembelajaran di Google Classroom. Peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan keinginan untuk belajar cenderung lebih proaktif dalam mengeksplorasi materi dan berpartisipasi dalam diskusi daring. Zidan (2021) mencatat bahwa kesiapan psikologis peserta didik, terutama yang lebih muda, untuk beradaptasi dengan perubahan metode pembelajaran juga memengaruhi pengalaman belajar mereka secara keseluruhan.Keterlibatan Orang Tua dan Lingkungan Belajar di Rumah
Terutama untuk peserta didik yang lebih muda, keterlibatan orang tua dan kondisi lingkungan belajar di rumah menjadi faktor penting. Zidan (2021) mengungkapkan bahwa peserta didik yang mendapatkan pendampingan dari orang tua dalam menggunakan laptop untuk mengakses Google Classroom menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Atikah (2021) menambahkan bahwa ketersediaan ruang belajar yang kondusif di rumah juga memengaruhi konsentrasi dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran daring.
Saputra (2024) mengidentifikasi bahwa kesadaran dan dukungan orang tua terhadap pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran berkorelasi positif dengan keberhasilan implementasi Google Classroom. Orang tua yang memahami manfaat teknologi dalam pendidikan cenderung menyediakan dukungan yang lebih baik, baik dalam bentuk penyediaan perangkat, pengaturan lingkungan belajar, maupun pendampingan akademis. Nuraisah (2022) juga mencatat pentingnya koordinasi antara sekolah dan orang tua dalam membangun lingkungan belajar yang mendukung di rumah.Management Waktu dan Beban Kerja
Nafsi dan Trisnawati (2022) mengidentifikasi bahwa manajemen waktu dan beban kerja menjadi faktor krusial dalam pembelajaran di Google Classroom. Mereka menemukan bahwa pendidik sering kali mengalami peningkatan beban kerja dalam hal persiapan materi digital dan pemberian umpan balik. Di sisi lain, peserta didik juga perlu mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang baik untuk mengikuti pembelajaran asinkron dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.
Rafikah Ulfa (2019) menekankan pentingnya penentuan jadwal yang realistis dan penciptaan keseimbangan antara pembelajaran sinkron dan asinkron. Menurut Rafikah, strategi manajemen waktu yang efektif dapat mengurangi kelelahan digital (digital fatigue) dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran daring.
4.3. Dampak Penggunaan Aplikasi Classroom Melalui Media Elektronik (Laptop) Terhadap Perkembangan Belajar Anak dan Remaja
Penggunaan Google Classroom melalui laptop memberikan dampak yang beragam terhadap perkembangan belajar anak dan remaja. Berdasarkan literatur yang dikaji, dampak tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Dampak Terhadap Keterampilan Digital dan Literasi Teknologi
Rafikah Ulfa (2019) dan Nafsi & Trisnawati (2022) menemukan bahwa penggunaan Google Classroom melalui laptop secara konsisten dapat meningkatkan keterampilan digital dan literasi teknologi peserta didik. Penggunaan laptop untuk mengakses Google Classroom mendorong peserta didik untuk menguasai berbagai aplikasi seperti pengolah kata, presentasi, dan browsing internet yang sangat penting dalam era digital. Saputra (2024) menambahkan bahwa keterampilan ini menjadi bekal penting bagi peserta didik untuk menghadapi tuntutan pendidikan dan pekerjaan di masa depan.
Nuraisah (2022) dalam penelitiannya mencatat peningkatan kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar digital dan multimedia. Peserta didik yang awalnya hanya mengandalkan buku teks mulai mengeksplorasi sumber-sumber pembelajaran daring seperti artikel ilmiah, video pembelajaran, dan forum diskusi. Somawati (2024) juga mengidentifikasi bahwa eksposur terhadap berbagai format konten digital membantu peserta didik mengembangkan literasi visual dan kemampuan berpikir kritis dalam mengevaluasi informasi.Dampak Terhadap Kemandirian dan Tanggung Jawab Belajar
Somawati (2024) dan Nuraisah (2022) sama-sama mencatat adanya peningkatan kemandirian dan tanggung jawab belajar pada peserta didik yang menggunakan Google Classroom. Platform ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam mengelola waktu belajar, mencari informasi tambahan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Namun, Zidan (2021) juga mengidentifikasi bahwa beberapa peserta didik, terutama yang lebih muda, memerlukan bimbingan dan struktur tambahan untuk mengembangkan kemandirian belajar ini.
Atikah (2021) mengungkapkan bahwa Google Classroom memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning) melalui fitur-fitur yang mendorong eksplorasi mandiri dan kolaborasi dengan rekan sebaya. Dalam penelitiannya, Atikah menemukan bahwa peserta didik cenderung mengambil inisiatif lebih besar dalam proses belajar mereka ketika menggunakan Google Classroom, misalnya dengan mencari sumber belajar tambahan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengembangan.
Rafikah Ulfa (2019) mencatat bahwa peningkatan kemandirian belajar juga terlihat dari kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi pemahaman mereka sendiri dan mencari bantuan ketika diperlukan. Fitur-fitur seperti pengingat tenggat waktu dan penilaian otomatis pada Google Classroom membantu peserta didik mengembangkan kesadaran metakognitif tentang proses belajar mereka.Dampak Terhadap Motivasi dan Keterlibatan dalam Pembelajaran
Terdapat temuan yang beragam mengenai dampak Google Classroom terhadap motivasi belajar. Atikah (2021) dan Saputra (2024) melaporkan peningkatan motivasi belajar pada sebagian peserta didik karena penggunaan media yang lebih interaktif dan beragam. Namun, Zidan (2021) menemukan bahwa bagi sebagian peserta didik, terutama yang lebih muda atau memiliki gaya belajar kinestetik, pembelajaran daring dapat mengurangi motivasi karena kurangnya interaksi fisik dan aktivitas hands-on.
Nafsi & Trisnawati (2022) mengidentifikasi bahwa faktor-faktor yang memengaruhi motivasi dalam konteks Google Classroom meliputi desain konten pembelajaran, variasi aktivitas, umpan balik yang bermakna, dan relevansi materi dengan kehidupan nyata. Mereka menemukan bahwa peserta didik lebih termotivasi ketika pembelajaran di Google Classroom melibatkan tugas-tugas autentik yang terhubung dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Somawati (2024) mencatat bahwa gamifikasi pembelajaran melalui kuis interaktif dan sistem poin dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran di Google Classroom. Namun, Nuraisah (2022) mengingatkan bahwa motivasi ekstrinsik seperti ini perlu diimbangi dengan pengembangan motivasi intrinsik untuk memastikan pembelajaran yang bermakna dan berkelanjutan.Dampak Terhadap Hasil Belajar dan Pencapaian Akademik
Nafsi & Trisnawati (2022) melaporkan peningkatan hasil belajar pada mahasiswa yang menggunakan Google Classroom dalam mata kuliah Aplikasi Komputer. Mereka menemukan bahwa kemudahan akses terhadap materi pembelajaran dan umpan balik yang lebih cepat berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik. Namun, Nuraisah (2022) mencatat bahwa peningkatan hasil belajar ini tidak konsisten di semua mata pelajaran, dan beberapa mata pelajaran yang membutuhkan praktik langsung tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Saputra (2024) dalam penelitiannya di Dayah Nurul Iman menemukan bahwa penggunaan Google Classroom dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan peningkatan signifikan dalam nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar. Faktor-faktor yang berkontribusi pada peningkatan ini meliputi aksesibilitas materi pembelajaran yang dapat diakses berulang kali, umpan balik yang tepat waktu, dan kemudahan dalam berkolaborasi dengan rekan sekelas.
Zidan (2021) mencatat bahwa dampak terhadap hasil belajar juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan mata pelajaran dan kesesuaian metode penilaian. Untuk mata pelajaran yang kompleks, implementasi Google Classroom perlu disertai dengan strategi scaffolding yang memadai untuk memastikan peserta didik dapat memahami konsep-konsep yang sulit. Atikah (2021) menambahkan bahwa penilaian formatif yang berkelanjutan melalui Google Classroom dapat memberikan informasi berharga bagi pendidik untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran mereka dan mengatasi kesulitan belajar secara lebih efektif.Dampak Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Penggunaan laptop untuk mengakses Google Classroom dalam jangka waktu yang lama juga memiliki dampak terhadap kesehatan fisik dan mental peserta didik. Somawati (2024) dan Atikah (2021) sama-sama menyoroti risiko seperti kelelahan mata, nyeri punggung, dan stres akibat terlalu lama di depan layar. Zidan (2021) menambahkan bahwa anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan perangkat elektronik juga berisiko mengalami penurunan aktivitas fisik dan masalah kesehatan terkait.
Rafikah Ulfa (2019) dalam penelitiannya mencatat adanya fenomena kelelahan digital (digital fatigue) pada sebagian peserta didik yang menghabiskan waktu terlalu lama di depan laptop untuk pembelajaran. Gejala yang dilaporkan meliputi sakit kepala, gangguan konsentrasi, dan penurunan motivasi belajar. Rafikah menekankan pentingnya pengaturan waktu penggunaan perangkat elektronik dan penerapan strategi pembelajaran yang menyeimbangkan aktivitas daring dan luring.
Nuraisah (2022) juga mengidentifikasi dampak psikologis seperti kecemasan terkait teknologi (techno-anxiety) pada beberapa peserta didik, terutama yang memiliki keterbatasan dalam keterampilan teknologi. Kecemasan ini dapat menghambat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memengaruhi kesejahteraan mental mereka secara keseluruhan. Nuraisah menyarankan pentingnya dukungan teknis dan emosional bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan pembelajaran berbasis teknologi.Dampak Terhadap Keterampilan Sosial dan Komunikasi
Penggunaan Google Classroom melalui laptop juga berdampak pada keterampilan sosial dan komunikasi peserta didik. Nafsi & Trisnawati (2022) mencatat adanya perubahan dalam pola interaksi dan komunikasi di kalangan peserta didik. Mereka menemukan bahwa beberapa peserta didik yang cenderung pasif dalam kelas tatap muka menjadi lebih aktif dalam diskusi daring karena berkurangnya tekanan sosial dan lebih banyak waktu untuk merefleksikan tanggapan mereka.
Namun, Somawati (2024) dan Zidan (2021) mengekspresikan kekhawatiran bahwa komunikasi yang dimediasi teknologi dapat mengurangi perkembangan keterampilan komunikasi nonverbal dan empati pada anak-anak dan remaja. Mereka mencatat pentingnya menyeimbangkan pembelajaran daring dengan interaksi sosial langsung untuk memastikan perkembangan sosial-emosional yang sehat.
Saputra (2024) mengidentifikasi bahwa fitur kolaborasi pada Google Classroom dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan kerja tim dan komunikasi, terutama ketika pendidik merancang tugas-tugas yang membutuhkan kolaborasi dan negosiasi. Namun, keberhasilan pengembangan keterampilan ini sangat bergantung pada desain tugas dan bimbingan dari pendidik.
Atikah (2021) mencatat bahwa penggunaan Google Classroom juga memengaruhi komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Di satu sisi, platform ini dapat memfasilitasi komunikasi yang lebih terbuka dan personal melalui fitur komentar dan pesan pribadi. Di sisi lain, beberapa peserta didik melaporkan bahwa mereka merindukan koneksi emosional dan dukungan yang biasanya mereka dapatkan dalam interaksi tatap muka dengan pendidik mereka.Dampak Terhadap Kreativitas dan Berpikir Kritis
Penggunaan Google Classroom melalui laptop juga memengaruhi perkembangan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Nuraisah (2022) menemukan bahwa platform ini dapat memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek dan penyelidikan yang mendorong kreativitas dan pemecahan masalah. Fitur-fitur seperti integrasi dengan aplikasi Google lainnya (seperti Docs, Slides, dan Sheets) memungkinkan peserta didik untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam berbagai format.
Rafikah Ulfa (2019) mencatat bahwa akses ke berbagai sumber belajar digital mendorong peserta didik untuk membandingkan dan mengevaluasi informasi dari berbagai perspektif, sehingga mengembangkan pemikiran kritis. Forum diskusi daring juga memungkinkan peserta didik untuk merefleksikan pandangan mereka dan mempertimbangkan sudut pandang alternatif.
Namun, Zidan (2021) mengingatkan bahwa teknologi juga dapat membatasi kreativitas jika diimplementasikan dengan cara yang terlalu terstruktur atau berorientasi pada konten. Zidan menekankan pentingnya merancang pembelajaran di Google Classroom yang memberikan ruang bagi eksplorasi, eksperimen, dan ekspresi kreatif.
Saputra (2024) mengobservasi bahwa dampak terhadap kreativitas dan berpikir kritis sangat bergantung pada pendekatan pedagogis yang diterapkan. Pendekatan yang mendorong kolaborasi, pemecahan masalah, dan refleksi cenderung menghasilkan dampak positif, sementara pendekatan yang berfokus pada transmisi konten cenderung kurang efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.Dampak Terhadap Persiapan untuk Masa Depan
Penggunaan Google Classroom melalui laptop juga berkontribusi pada persiapan peserta didik untuk menghadapi tuntutan pendidikan tinggi dan dunia kerja di masa depan. Nafsi & Trisnawati (2022) mencatat bahwa pengalaman belajar di lingkungan digital membantu peserta didik mengembangkan keterampilan yang sangat dihargai di era digital, seperti kolaborasi virtual, literasi digital, dan manajemen informasi.
Atikah (2021) menambahkan bahwa penggunaan Google Classroom juga mempersiapkan peserta didik untuk pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) dengan memfasilitasi kemandirian belajar dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber belajar digital. Keterampilan ini menjadi semakin penting di era informasi yang terus berkembang.
Somawati (2024) menyoroti bahwa pengalaman menggunakan platform pembelajaran seperti Google Classroom juga dapat mempersiapkan peserta didik untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat di masa depan. Kemampuan adaptasi ini menjadi kompetensi kunci dalam menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan dalam dunia kerja.
Saputra (2024) mencatat bahwa selain keterampilan teknis, penggunaan Google Classroom juga dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan non-teknis (soft skills) yang penting untuk kesuksesan di masa depan, seperti manajemen waktu, disiplin diri, dan komunikasi tertulis yang efektif. Keterampilan-keterampilan ini sering dicari oleh pemberi kerja di berbagai sektor dan industri.
4.4. Strategi Optimalisasi Pembelajaran Menggunakan Google Classroom dengan Laptop
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai sumber literatur, berikut adalah strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan pembelajaran menggunakan Google Classroom dengan laptop:
Peningkatan Kompetensi Digital Pendidik
Nafsi & Trisnawati (2022) menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan bagi pendidik untuk meningkatkan keterampilan digital mereka. Pelatihan ini tidak hanya mencakup aspek teknis penggunaan Google Classroom, tetapi juga strategi pedagogis untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran secara efektif. Atikah (2021) menambahkan bahwa komunitas praktik (community of practice) di antara pendidik dapat memfasilitasi pertukaran ide dan praktik terbaik dalam implementasi Google Classroom.Desain Pembelajaran yang Student-Centered
Rafikah Ulfa (2019) menyarankan penerapan desain pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memanfaatkan fitur-fitur Google Classroom secara optimal. Desain ini mencakup variasi dalam aktivitas pembelajaran, pemberian tugas yang bermakna dan kontekstual, serta peluang untuk kolaborasi dan refleksi. Somawati (2024) menambahkan bahwa pendekatan pembelajaran aktif seperti project-based learning dan inquiry-based learning sangat sesuai untuk diimplementasikan melalui Google Classroom.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Penggunaan Google Classroom dengan laptop sebagai media pembelajaran menunjukkan tingkat efektivitas yang bervariasi tergantung pada konteks dan implementasinya. Secara umum, Google Classroom efektif dalam memfasilitasi distribusi materi, penugasan, dan komunikasi dalam pembelajaran, terutama ketika diakses menggunakan laptop yang memberikan pengalaman belajar yang lebih optimal.
Google Classroom memiliki beberapa kelebihan sebagai media pembelajaran, di antaranya kemudahan akses dan penggunaan, integrasi dengan layanan Google lainnya, efisiensi dalam distribusi materi dan penugasan, peningkatan kolaborasi dan komunikasi, serta fleksibilitas dalam pembelajaran. Namun, Google Classroom juga memiliki beberapa kekurangan, seperti ketergantungan pada akses internet, keterbatasan interaksi langsung, tantangan dalam evaluasi otentik, masalah teknis dan kesiapan teknologi, serta keterbatasan fitur untuk pembelajaran praktikum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran menggunakan Google Classroom dengan laptop meliputi kesiapan infrastruktur teknologi, kompetensi digital pendidik dan peserta didik, desain pembelajaran yang terintegrasi, dukungan kelembagaan, motivasi dan partisipasi peserta didik, serta strategi pemantauan dan evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
Bagi Pendidik:
Meningkatkan kompetensi digital melalui pelatihan dan pengembangan profesional berkelanjutan.
Merancang pembelajaran yang terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik Google Classroom.
Mengembangkan strategi pemantauan dan evaluasi yang efektif untuk memastikan keberhasilan pembelajaran.
Bagi Lembaga Pendidikan:
Menyediakan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti laptop dan koneksi internet yang stabil.
Memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan, pelatihan, dan pendampingan bagi pendidik dan peserta didik.
Mengembangkan program peningkatan literasi digital bagi semua pemangku kepentingan.
Bagi Peneliti Selanjutnya:
Melakukan penelitian lebih lanjut terkait efektivitas Google Classroom dalam berbagai konteks pembelajaran dan untuk berbagai mata pelajaran.
Mengembangkan model pembelajaran yang mengintegrasikan Google Classroom dengan pendekatan pedagogis yang inovatif.
Menginvestigasi dampak jangka panjang penggunaan Google Classroom terhadap hasil belajar dan perkembangan peserta didik.
Daftar Pustaka
Jurnal Rini atikah UPI garut 2021. Pemanfaatan Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-190.
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/petik/article/download/1206/1028/2604
Jurnal Laili Latifathu Nafsi, Novi Trisnawati (2022). Efektivitas Penggunaan Google Classroom sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Aplikasi Komputer Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1722/0
Jurnal Rafikah Ulfa 2019. PENGGUNAAN APLIKASI GOOGLE CLASSROOM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING PADA MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) . https://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/37336/1/46.-Rafiqa-Ulfah.pdf
Jurnal Somawati 2024. PEMBELAJARAN DENGAN GOOGLE CLASSROOM DAN METODE E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI. https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/pemanas/article/download/30401/8924
Jurnal saputra 2024, Penerapan Teknologi Aplikasi Google Classroom untuk Meningkatkan Pembelajaran Siswa di Dayah Nurul Iman. https://ojs.unimal.ac.id/index.php/jmm/article/download/16770/6602
Skripsi Tri Nuraisah 2022, Implementasi penggunaan google clasrrom pada pembelajaran bahasa arab https://repository.iainpare.ac.id/id/eprint/4323/1/17.1200.059.pdf
Zidan 2021, PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN GOOGLE CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN DARING KELAS V SD NEGERI 1 PUNUNG TAHUN AJARAN 2020/2021. https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/595/7/JELANG%20ZIDANE_BAB%20123_PGSD2021.pdf
Skripsi Nur septian 2023 ENGGUNAAN APLIKASI GOOGLE CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH PAI DAN BUDI PEKERTI DI SMA IT ALMAKA. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/64859/1/SKRIPSI%20NUR%20SEPTIANI%2011160110000132.pdf
Skprisi Nila fardila 2021, PENGARUH PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS APLIKASI GOOGLE CLASSROOM TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 KOTA BENGKULUhttp://repository.iainbengkulu.ac.id/6647/1/SKRIPSI%20NILA%20FARIDA.pdf
Jurnal emeninta 2021, Penerepan media gogogle clasroom http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/41216/1/Fulltext.pdf
Komentar