PEMANFAATAN TIKTOK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Fenomena yang semakin terlihat adalah bahwa remaja sering kali mengukur status sosial mereka berdasarkan seberapa aktif dan populer mereka di media sosial. Platform seperti TikTok dan Instagram, yang sangat digemari oleh remaja, memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi kehidupan pribadi, merespons tren, dan ikut serta dalam berbagai tantangan atau tantangan viral. TikTok, dengan konsep video pendek yang menghibur dan mudah dipahami, telah menjadi platform favorit remaja untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Sementara itu, Instagram lebih banyak digunakan untuk berbagi foto, cerita pribadi, dan konten yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua platform ini menawarkan ruang ekspresi diri, tetapi juga menimbulkan dampak yang berbeda terhadap cara remaja berinteraksi dengan teman sebaya dan masyarakat luas.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu fenomena yang menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah popularitas aplikasi media sosial TikTok di kalangan generasi muda. TikTok, yang awalnya dikenal sebagai platform untuk berbagi video pendek yang menghibur, kini juga berkembang menjadi sarana berbagi informasi dan pengetahuan.

Menurut data statistik terkini, TikTok telah diunduh lebih dari 3 miliar kali secara global dan memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan per tahun 2023. Di Indonesia sendiri, pengguna TikTok mencapai lebih dari 99,1 juta pengguna (Datareportal, 2023). Angka-angka ini menunjukkan penetrasi yang signifikan dari aplikasi tersebut, terutama di kalangan generasi Z dan milenial yang juga merupakan kelompok usia pelajar dan mahasiswa.

Fenomena TikTok dalam dunia pendidikan mulai mendapat perhatian ketika banyak konten edukasi yang dikemas secara kreatif dan menarik bermunculan di platform tersebut. Tagar seperti #LearnOnTikTok, #TikTokGuru, dan #EduTok mendapat jutaan tayangan, menandakan minat yang tinggi dari pengguna terhadap konten-konten edukatif. Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa penggunaan TikTok yang berlebihan dapat mengalihkan perhatian pelajar dari kegiatan belajar formal mereka.

Motivasi belajar, sebagai salah satu faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan, menjadi aspek penting yang perlu dikaji dalam kaitannya dengan penggunaan TikTok. Apakah konten-konten edukatif di TikTok mampu meningkatkan motivasi belajar? Atau justru penggunaan TikTok secara keseluruhan menurunkan motivasi tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar dari penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana penggunaan TikTok, sebagai salah satu platform media sosial yang sangat populer di kalangan remaja, terhadap motiasi belajar siswa.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti mengangkat judul "Penggunaan Tiktok terhadap Motivasi belajar". Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana penggunaan TikTok sebagai salah satu platform media sosial meningkatkan motivasi belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengaruh penggunaan TikTok terhadap motivasi belajar berdasarkan literatur ilmiah yang ada?

  2. Apa saja faktor-faktor dalam penggunaan TikTok yang dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi belajar?

  3. Bagaimana strategi optimal pemanfaatan TikTok untuk mendukung peningkatan motivasi belajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Menganalisis pengaruh penggunaan TikTok terhadap motivasi belajar berdasarkan studi pustaka dari literatur ilmiah yang ada.

  2. Mengidentifikasi faktor-faktor dalam penggunaan TikTok yang berpotensi meningkatkan atau menurunkan motivasi belajar.



1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

  1. Manfaat Teoretis

    1. Memberikan kontribusi ilmiah terkait dinamika motivasi belajar.

    2. Memperkaya kajian literatur tentang pemanfaatan platform media sosial dalam pendidikan.

  2. Manfaat Praktis

    1. Memberikan wawasan kepada pendidik tentang potensi TikTok sebagai sarana pendukung pembelajaran.

    2. Menjadi pertimbangan bagi orangtua dan siswa dalam memanfaatkan TikTok secara bijak untuk mendukung proses belajar.

    3. Menjadi referensi bagi pengembang konten edukatif di TikTok untuk menciptakan konten yang lebih efektif dalam meningkatkan motivasi belajar.


1.5 Batasan masalah

  Untuk memfokuskan penelitian dan memastikan kedalaman analisis, penelitian ini membatasi ruang lingkup sebagai berikut:

  1. Fokus penelitian adalah penggunaan TikTok terhadap motivasi belajar, bukan pada aspek-aspek lain seperti prestasi akademik, pengembangan keterampilan sosial, atau implikasi psikologis lainnya.

  2. Studi pustaka dibatasi pada literatur yang diterbitkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2013-2023) untuk memastikan relevansi dengan perkembangan teknologi dan platform TikTok terkini.

  3. Penelitian ini tidak membahas secara spesifik perbedaan pengaruh berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial-ekonomi pengguna TikTok, kecuali apabila variabel variabel tersebut menjadi fokus utama dalam literatur yang dikaji.

1.6 Metodologi 

   Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka. Pendekatan kualitatif dipilih karena memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap fenomena yang kompleks dan multidimensi seperti motivasi belajar dan penggunaan media sosial (Creswell & Poth, 2018). Sementara itu, metode studi pustaka digunakan untuk menganalisis dan mensintesis temuan-temuan dari berbagai literatur ilmiah yang telah ada terkait topik penelitian.



BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Media Sosial dan Pendidikan

Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia modern, termasuk dalam konteks pendidikan. Menurut Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial didefinisikan sebagai sekelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas fondasi ideologis dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dihasilkan pengguna (User Generated Content).

Teori Konektivisme yang dikemukakan oleh Siemens (2005) memberikan kerangka teoretis tentang bagaimana pembelajaran terjadi dalam era digital. Siemens berpendapat bahwa pengetahuan tidak lagi hanya tersimpan dalam pikiran individu tetapi juga dalam jaringan koneksi. Dalam perspektif ini, media sosial berperan sebagai node dalam jaringan pembelajaran yang memungkinkan akses dan pertukaran pengetahuan secara lebih cepat dan luas. Downes (2012) menambahkan bahwa pembelajaran dalam era konektivisme lebih menekankan pada kemampuan untuk menemukan, menghubungkan, dan menyaring informasi daripada sekadar menghafal fakta-fakta.

Studi yang dilakukan oleh Greenhow dan Lewin (2016) menunjukkan bahwa integrasi media sosial dalam pendidikan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih kolaboratif, interaktif, dan personal. Media sosial memungkinkan siswa untuk terhubung dengan komunitas belajar yang lebih luas, mendapatkan umpan balik instan, dan mengakses sumber belajar yang beragam. Hal ini didukung oleh teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura (1977) yang menekankan bahwa pembelajaran terjadi melalui observasi, imitasi, dan interaksi sosial.

Manca dan Ranieri (2016) mengembangkan kerangka teoretis tentang dimensi pedagogis media sosial yang mencakup: (1) partisipasi dan kolaborasi, (2) identitas digital dan keterhubungan sosial, (3) praktik reflektif dan metakognitif, serta (4) perluasan konteks belajar. Kerangka ini menjelaskan bagaimana media sosial dapat dimanfaatkan secara optimal dalam konteks pendidikan formal maupun informal.

Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan sisi negatif dari penggunaan media sosial dalam pendidikan. Kirschner dan Karpinski (2010) menemukan bahwa penggunaan Facebook yang berlebihan berhubungan dengan nilai akademik yang lebih rendah. Sementara itu, Junco (2012) menunjukkan bahwa jenis aktivitas yang dilakukan di media sosial memiliki dampak yang berbeda terhadap kinerja akademik siswa. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui Teori Displacement yang dikemukakan oleh Neuman (1988), yang menjelaskan bahwa waktu yang digunakan untuk satu aktivitas (seperti media sosial) dapat mengurangi waktu yang tersedia untuk aktivitas lain (seperti belajar).

2.2 TikTok sebagai Platform Media Sosial

TikTok adalah aplikasi media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan berbagi video pendek, biasanya berdurasi 15 detik hingga 3 menit. Aplikasi ini diluncurkan pada tahun 2016 oleh perusahaan teknologi Tiongkok, ByteDance, dan telah mengalami pertumbuhan pengguna yang sangat cepat secara global.

Dari perspektif teoritis, TikTok dapat dipahami melalui kerangka Teori Kegunaan dan Gratifikasi (Uses and Gratifications Theory) yang dikembangkan oleh Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974). Teori ini menjelaskan bagaimana dan mengapa orang secara aktif mencari media tertentu untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Menurut Omar dan Dequan (2020), penggunaan TikTok memenuhi berbagai kebutuhan penggunanya, termasuk: (1) interaksi sosial, (2) pencarian informasi, (3) pelarian diri (escapism), (4) ekspresi diri, dan (5) hiburan. Dalam konteks pendidikan, kebutuhan pencarian informasi dan ekspresi diri menjadi relevan dengan motivasi belajar.

Algoritma TikTok yang berbasis kecerdasan buatan (AI) mendukung prinsip pembelajaran adaptif yang dikemukakan oleh Bloom (1984) dalam teori Mastery Learning. Lu et al. (2022) menjelaskan bahwa algoritma TikTok memproses berbagai sinyal interaksi pengguna (seperti waktu menonton, like, komentar, dan berbagi) untuk merekomendasikan konten yang paling relevan dengan minat dan preferensi pengguna. Hal ini secara tidak langsung menciptakan lingkungan belajar yang terpersonalisasi dan adaptif bagi setiap pengguna.

Menurut Zhang, Wu, dan Liu (2019), popularitas TikTok dapat dijelaskan melalui beberapa fitur uniknya: (1) kemudahan dalam membuat dan mengedit video, (2) algoritma yang sangat personal dalam merekomendasikan konten, (3) format video pendek yang sesuai dengan rentang perhatian generasi muda, dan (4) elemen sosial yang memungkinkan interaksi antar pengguna.

Dalam konteks pendidikan, Escamilla-Fajardo et al. (2021) mengidentifikasi munculnya fenomena "edutainment" di TikTok, di mana konten edukatif dikemas dalam format yang menghibur. Hal ini sejalan dengan konsep "infotainment" yang diperkenalkan oleh Thussu (2008), yaitu penyajian informasi dengan cara yang menghibur untuk menarik perhatian audiens. Teori Pembelajaran Multimedia dari Mayer (2009) memberikan penjelasan ilmiah tentang efektivitas format ini, dengan menekankan bahwa kombinasi elemen visual dan verbal yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan pemahaman dan retensi informasi.

2.3 Konsep Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai dorongan internal dan eksternal yang menggerakkan seseorang untuk melakukan aktivitas belajar, menjaga kelangsungan aktivitas tersebut, dan mengarahkannya pada pencapaian tujuan pembelajaran (Pintrich & Schunk, 2002). Secara konseptual, motivasi belajar memiliki dimensi yang kompleks dan multifaset yang telah dijelaskan melalui berbagai perspektif teoretis.

Ryan dan Deci (2000) dalam teori Self-Determination membedakan motivasi menjadi dua tipe utama: motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari ketertarikan atau kesenangan dalam aktivitas itu sendiri, sementara motivasi ekstrinsik berasal dari faktor-faktor eksternal seperti imbalan, pujian, atau tekanan sosial. Teori ini lebih lanjut menjelaskan bahwa motivasi intrinsik tumbuh subur ketika tiga kebutuhan psikologis dasar terpenuhi: otonomi (autonomy), kompetensi (competence), dan keterhubungan (relatedness). Dalam konteks media sosial seperti TikTok, penelitian Vansteenkiste et al. (2020) menunjukkan bahwa platform yang memungkinkan pengguna untuk memilih konten yang diminati (otonomi), memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan (kompetensi), dan memfasilitasi interaksi sosial (keterhubungan) dapat mendukung perkembangan motivasi intrinsik.

Eccles dan Wigfield (2002) mengemukakan Teori Ekspektansi-Nilai (Expectancy-Value Theory) yang menjelaskan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama: ekspektansi (keyakinan tentang kemampuan untuk berhasil) dan nilai subjektif (pentingnya atau kegunaan tugas). Media sosial seperti TikTok dapat mempengaruhi kedua faktor ini melalui exposure terhadap role model yang mendemonstrasikan keberhasilan dalam bidang tertentu (meningkatkan ekspektansi) dan menunjukkan aplikasi praktis dari pengetahuan akademis (meningkatkan nilai subjektif).

Bandura (1997) melalui Teori Efikasi Diri (Self-Efficacy Theory) menekankan pentingnya keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mempengaruhi motivasi dan kinerja. Zimmerman (2011) menjelaskan bahwa efikasi diri akademik dapat ditingkatkan melalui empat sumber: pengalaman keberhasilan, pengalaman vikarius (melihat orang lain berhasil), persuasi verbal, dan kondisi fisiologis-emosional yang positif. Konten edukatif di TikTok yang menampilkan langkah-langkah penyelesaian masalah secara terstruktur dapat menyediakan pengalaman vikarius yang meningkatkan efikasi diri pelajar.

Keller (1987) mengembangkan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) untuk motivasi belajar yang menjelaskan bahwa untuk memotivasi siswa, materi pembelajaran harus: (1) menarik perhatian, (2) relevan dengan kebutuhan siswa, (3) membangun kepercayaan diri, dan (4) memberikan kepuasan. Model ini sering digunakan dalam desain instruksional dan sangat relevan untuk menganalisis efektivitas konten edukatif di media sosial. Huang et al. (2020) menggunakan kerangka ARCS untuk mengevaluasi konten pembelajaran di platform video pendek dan menemukan bahwa format video pendek memiliki keunggulan dalam menarik perhatian (attention) namun sering kali lemah dalam membangun relevansi (relevance) jika tidak dirancang dengan baik.

2.4 Penelitian Terdahulu tentang TikTok dan Motivasi Belajar

Beberapa penelitian telah mulai mengeksplorasi hubungan antara penggunaan TikTok dan motivasi belajar. Hayes et al. (2020) menemukan bahwa konten edukasi di TikTok dapat meningkatkan minat awal siswa terhadap suatu topik karena disajikan dalam format yang menarik dan mudah dicerna. Penelitian ini sejalan dengan Teori Minat Situasional (Situational Interest Theory) dari Hidi dan Renninger (2006) yang menjelaskan bahwa minat dapat dipicu oleh stimulus eksternal yang menarik dan kemudian berkembang menjadi minat yang lebih personal dan stabil.

Studi longitudinal yang dilakukan oleh Wang et al. (2022) terhadap 412 siswa sekolah menengah menunjukkan bahwa terdapat hubungan kurvilinear (berbentuk U terbalik) antara intensitas penggunaan TikTok dan motivasi belajar, di mana penggunaan dalam jumlah moderat menunjukkan dampak positif terbesar terhadap motivasi belajar. Penelitian ini menggunakan Teori Stimulasi Optimal (Optimal Stimulation Theory) dari Steenkamp dan Baumgartner (1992) yang menjelaskan bahwa individu cenderung mencari tingkat stimulasi yang optimal—tidak terlalu rendah hingga membosankan, namun juga tidak terlalu tinggi hingga menyebabkan kelebihan beban kognitif (cognitive overload).

Studi yang dilakukan oleh Li et al. (2021) pada siswa di Tiongkok menunjukkan bahwa penggunaan TikTok untuk tujuan pendidikan berhubungan positif dengan keterlibatan belajar (learning engagement), sementara penggunaan untuk hiburan semata cenderung berhubungan negatif dengan performa akademik. Penelitian ini menggunakan kerangka Teori Keterlibatan Akademik (Academic Engagement Theory) dari Fredricks et al. (2004) yang membedakan keterlibatan menjadi tiga dimensi: perilaku, emosional, dan kognitif. TikTok edukatif ditemukan dapat meningkatkan keterlibatan emosional dan kognitif, namun pengaruhnya terhadap keterlibatan perilaku sangat bergantung pada karakteristik individu pengguna.

Di Indonesia, penelitian Pratiwi dan Suryaatmaja (2022) terhadap mahasiswa menunjukkan hasil yang beragam: beberapa mahasiswa melaporkan bahwa konten edukatif di TikTok membantu mereka memahami materi kuliah dengan lebih baik, sementara yang lain mengakui bahwa mereka sering terdistraksi dengan konten hiburan saat mencari materi edukatif. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui Teori Multitasking Kognitif (Cognitive Multitasking Theory) dari Salvucci dan Taatgen (2010) yang menjelaskan bahwa pemrosesan informasi simultan dari berbagai sumber dapat menyebabkan interferensi dan switching cost yang mempengaruhi kualitas pembelajaran.

Rahman dan Hidayat (2023) melakukan analisis konten terhadap 500 video edukatif di TikTok Indonesia dan mengkategorisasikannya berdasarkan strategi penyampaian, kompleksitas konten, dan tingkat interaktivitas. Penelitian ini menemukan bahwa video edukatif yang menggunakan narasi personal, analogi visual, dan mengundang respon aktif dari penonton memiliki tingkat engagement yang lebih tinggi. Temuan ini mendukung prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Multimedia dari Mayer (2009) yang menekankan pentingnya personalisasi, koherensi, dan redundansi dalam desain materi pembelajaran berbasis media.





BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka. Pendekatan kualitatif dipilih karena memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap fenomena yang kompleks dan multidimensi seperti motivasi belajar dan penggunaan media sosial (Creswell & Poth, 2018). Sementara itu, metode studi pustaka digunakan untuk menganalisis dan mensintesis temuan-temuan dari berbagai literatur ilmiah yang telah ada terkait topik penelitian.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah literatur ilmiah yang relevan dengan topik penggunaan TikTok dan motivasi belajar, meliputi: Artikel ilmiah dari jurnal nasional dan internasional, Buku dan monograf akademik dan. Skripsi. 

Kriteria inklusi untuk literatur yang digunakan meliputi: Diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun terakhir (2013-2023), Membahas tentang TikTok atau platform media sosial sejenis dalam konteks pendidikan dan Mengkaji aspek motivasi belajar dalam kaitannya dengan penggunaan media sosial

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan penelusuran sistematik terhadap literatur yang relevan melalui beberapa database elektronik, antara lain: Google Scholar, Portal Garuda dan ResearchGate

Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur antara lain: "TikTok dan motivasi belajar", "TikTok AND pendidikan", "media sosial dan motivasi belajar", "short-form video dan learning motivation", dan variasi lainnya yang relevan.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis konten kualitatif yang dikembangkan oleh Mayring (2014), dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Persiapan material: Mengumpulkan dan mengorganisir literatur yang telah diseleksi.

  2. Reduksi data: Melakukan coding terhadap bagian-bagian teks yang relevan dengan pertanyaan penelitian.

  3. Sintesis: Menghubungkan kategori-kategori untuk menemukan pola dan tema utama.

  4. Interpretasi: Menafsirkan temuan dalam konteks kerangka teoretis dan pertanyaan penelitian.

  5. Validasi: Memeriksa keabsahan temuan dengan metode triangulasi sumber data.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan 

Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam bagaimana penggunaan media sosial TikTok memengaruhi motivasi belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Dalam pendekatan kualitatif deskriptif berbasis studi pustaka ini, peneliti tidak melakukan observasi atau wawancara langsung, melainkan menelaah dan menganalisis sejumlah literatur ilmiah yang telah diterbitkan sebelumnya untuk menemukan pola, kecenderungan, dan makna mendalam yang dapat disintesis dari berbagai penelitian terkait topik ini. TikTok, sebagai salah satu media sosial dengan pertumbuhan pengguna tercepat, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan remaja dan anak-anak sekolah. Aplikasi ini menyediakan konten video pendek yang bersifat hiburan, edukasi, tutorial, dan ekspresi diri, yang mampu menarik perhatian pelajar dalam waktu yang sangat singkat dan dengan pengaruh emosional yang cukup kuat. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar dalam dunia pendidikan: apakah penggunaan TikTok berperan sebagai pendorong atau penghambat motivasi belajar siswa?

Berdasarkan analisis terhadap jurnal yang ditulis oleh Zaeriyah (2023), ditemukan bahwa penggunaan TikTok dalam pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang melibatkan TikTok mendorong siswa untuk lebih kreatif, aktif, dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya karena mereka merasa lebih terlibat dan memiliki kebebasan dalam menyampaikan gagasan mereka dalam bentuk video. Ini menunjukkan bahwa platform yang awalnya dianggap hanya sebagai media hiburan, ternyata memiliki potensi besar untuk mendukung kegiatan pembelajaran jika digunakan dengan pendekatan yang tepat. Hal senada juga disampaikan oleh Suradji (2024) yang meneliti implementasi TikTok dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Penggunaan TikTok sebagai media ekspresi siswa untuk menyampaikan nilai-nilai kebangsaan, kolaborasi, dan kepedulian sosial membuktikan bahwa aplikasi ini mampu menjadi media efektif dalam menumbuhkan semangat belajar serta partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis nilai.

Namun, tidak semua penggunaan TikTok berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Chasanah (2021) dan Pratiwi (2022) menunjukkan bahwa intensitas penggunaan TikTok yang tinggi, terutama untuk konten yang bersifat hiburan murni, dapat menurunkan motivasi belajar. Siswa menjadi lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, mengalami gangguan konsentrasi, dan menunjukkan penurunan dalam pencapaian akademik karena waktu belajar mereka tergeser oleh aktivitas konsumsi konten yang tidak mendidik. Fenomena ini mencerminkan adanya ambivalensi dari pengaruh TikTok terhadap siswa. Di satu sisi, TikTok bisa menjadi alat bantu belajar yang luar biasa, tetapi di sisi lain, TikTok juga dapat menjadi sumber distraksi besar yang mengganggu ritme belajar siswa. Oleh karena itu, pengaruh TikTok sangat bergantung pada bagaimana siswa menggunakannya, dengan tujuan apa, serta dalam konteks pembelajaran seperti apa.

Penelitian dari Mansyah (2023) memperkuat argumen ini dengan menyatakan bahwa korelasi antara intensitas penggunaan TikTok dan motivasi belajar bersifat kontekstual. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa siswa yang menggunakan TikTok secara selektif, dengan mengikuti akun edukatif atau membuat konten yang berhubungan dengan pelajaran, menunjukkan semangat belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan TikTok hanya sebagai pelarian dari kebosanan. Ini menunjukkan pentingnya literasi digital dalam membimbing siswa agar dapat menggunakan media sosial secara bijak dan produktif. Demikian pula dengan penelitian Maulidnya (2025) yang menyatakan bahwa TikTok dapat menjadi pemicu kreativitas dan keterlibatan aktif siswa dalam belajar jika diarahkan oleh guru secara tepat. Guru berperan penting sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk menggunakan platform ini sebagai sarana menyampaikan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran dengan cara yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Lebih jauh, penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2024) pada siswa SD menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penggunaan TikTok dan motivasi belajar dalam konteks pelajaran Pendidikan Pancasila. Siswa yang mengakses TikTok untuk memahami nilai-nilai Pancasila melalui video pendek merasa lebih mudah mencerna materi karena penyampaiannya bersifat ringan, menyenangkan, dan dekat dengan dunia mereka. Meski demikian, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya peran guru dan orang tua dalam membimbing siswa agar tidak terjebak dalam penggunaan berlebihan yang berdampak buruk terhadap fokus belajar. Sebab pada usia SD, kontrol diri siswa masih rendah dan mereka cenderung mudah terpengaruh oleh konten viral tanpa menyadari kualitas atau dampak dari konten tersebut. Oleh karena itu, pendampingan dan pengawasan orang dewasa menjadi faktor krusial dalam memanfaatkan potensi edukatif TikTok.

Jika ditinjau dari sisi prestasi akademik, Marini (2019) menemukan bahwa ada hubungan antara penggunaan TikTok dengan prestasi belajar siswa SMP. Ketika TikTok digunakan sebagai media menyampaikan ringkasan materi atau penjelasan ulang pelajaran dengan cara yang menarik, siswa menjadi lebih mudah memahami konsep dan mengingat informasi. Selain itu, interaksi antarsiswa melalui komentar dan kolaborasi video juga meningkatkan rasa percaya diri dan semangat belajar. Namun, semua hasil positif ini hanya muncul ketika penggunaan TikTok dilakukan dengan sadar, bertujuan edukatif, dan dibarengi dengan disiplin waktu. Hal ini membuktikan bahwa teknologi tidak pernah sepenuhnya baik atau buruk, tetapi kebermanfaatannya ditentukan oleh cara penggunaannya.

Dari keseluruhan studi pustaka yang dianalisis, dapat disimpulkan bahwa TikTok memiliki dua sisi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Di satu sisi, TikTok mampu menumbuhkan minat belajar melalui penyajian materi yang menarik dan partisipasi aktif siswa dalam pembuatan konten. Di sisi lain, jika tidak diarahkan dan diawasi, TikTok dapat mengurangi konsentrasi belajar, menyebabkan kecanduan, dan menurunkan kualitas belajar siswa. Maka dari itu, diperlukan upaya sinergis antara guru, siswa, dan orang tua dalam merancang, mengelola, dan mengawasi penggunaan TikTok agar dapat benar-benar dimanfaatkan sebagai media belajar yang produktif. Literasi digital harus menjadi bagian integral dalam pendidikan saat ini untuk membekali siswa dengan kemampuan menyaring informasi, mengelola waktu, serta menggunakan media sosial secara bijak demi mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam bagaimana penggunaan media sosial TikTok memengaruhi motivasi belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Dalam pendekatan kualitatif deskriptif berbasis studi pustaka ini, peneliti tidak melakukan observasi atau wawancara langsung, melainkan menelaah dan menganalisis sejumlah literatur ilmiah yang telah diterbitkan sebelumnya untuk menemukan pola, kecenderungan, dan makna mendalam yang dapat disintesis dari berbagai penelitian terkait topik ini. TikTok, sebagai salah satu media sosial dengan pertumbuhan pengguna tercepat, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan remaja dan anak-anak sekolah. Aplikasi ini menyediakan konten video pendek yang bersifat hiburan, edukasi, tutorial, dan ekspresi diri, yang mampu menarik perhatian pelajar dalam waktu yang sangat singkat dan dengan pengaruh emosional yang cukup kuat. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar dalam dunia pendidikan: apakah penggunaan TikTok berperan sebagai pendorong atau penghambat motivasi belajar siswa?

Berdasarkan analisis terhadap jurnal yang ditulis oleh Zaeriyah (2023), ditemukan bahwa penggunaan TikTok dalam pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang melibatkan TikTok mendorong siswa untuk lebih kreatif, aktif, dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya karena mereka merasa lebih terlibat dan memiliki kebebasan dalam menyampaikan gagasan mereka dalam bentuk video. Ini menunjukkan bahwa platform yang awalnya dianggap hanya sebagai media hiburan, ternyata memiliki potensi besar untuk mendukung kegiatan pembelajaran jika digunakan dengan pendekatan yang tepat. Hal senada juga disampaikan oleh Suradji (2024) yang meneliti implementasi TikTok dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Penggunaan TikTok sebagai media ekspresi siswa untuk menyampaikan nilai-nilai kebangsaan, kolaborasi, dan kepedulian sosial membuktikan bahwa aplikasi ini mampu menjadi media efektif dalam menumbuhkan semangat belajar serta partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis nilai.

Namun, tidak semua penggunaan TikTok berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Chasanah (2021) dan Pratiwi (2022) menunjukkan bahwa intensitas penggunaan TikTok yang tinggi, terutama untuk konten yang bersifat hiburan murni, dapat menurunkan motivasi belajar. Siswa menjadi lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, mengalami gangguan konsentrasi, dan menunjukkan penurunan dalam pencapaian akademik karena waktu belajar mereka tergeser oleh aktivitas konsumsi konten yang tidak mendidik. Fenomena ini mencerminkan adanya ambivalensi dari pengaruh TikTok terhadap siswa. Di satu sisi, TikTok bisa menjadi alat bantu belajar yang luar biasa, tetapi di sisi lain, TikTok juga dapat menjadi sumber distraksi besar yang mengganggu ritme belajar siswa. Oleh karena itu, pengaruh TikTok sangat bergantung pada bagaimana siswa menggunakannya, dengan tujuan apa, serta dalam konteks pembelajaran seperti apa.

Penelitian dari Mansyah (2023) memperkuat argumen ini dengan menyatakan bahwa korelasi antara intensitas penggunaan TikTok dan motivasi belajar bersifat kontekstual. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa siswa yang menggunakan TikTok secara selektif, dengan mengikuti akun edukatif atau membuat konten yang berhubungan dengan pelajaran, menunjukkan semangat belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan TikTok hanya sebagai pelarian dari kebosanan. Ini menunjukkan pentingnya literasi digital dalam membimbing siswa agar dapat menggunakan media sosial secara bijak dan produktif. Demikian pula dengan penelitian Maulidnya (2025) yang menyatakan bahwa TikTok dapat menjadi pemicu kreativitas dan keterlibatan aktif siswa dalam belajar jika diarahkan oleh guru secara tepat. Guru berperan penting sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk menggunakan platform ini sebagai sarana menyampaikan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran dengan cara yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Lebih jauh, penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2024) pada siswa SD menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penggunaan TikTok dan motivasi belajar dalam konteks pelajaran Pendidikan Pancasila. Siswa yang mengakses TikTok untuk memahami nilai-nilai Pancasila melalui video pendek merasa lebih mudah mencerna materi karena penyampaiannya bersifat ringan, menyenangkan, dan dekat dengan dunia mereka. Meski demikian, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya peran guru dan orang tua dalam membimbing siswa agar tidak terjebak dalam penggunaan berlebihan yang berdampak buruk terhadap fokus belajar. Sebab pada usia SD, kontrol diri siswa masih rendah dan mereka cenderung mudah terpengaruh oleh konten viral tanpa menyadari kualitas atau dampak dari konten tersebut. Oleh karena itu, pendampingan dan pengawasan orang dewasa menjadi faktor krusial dalam memanfaatkan potensi edukatif TikTok.

Jika ditinjau dari sisi prestasi akademik, Marini (2019) menemukan bahwa ada hubungan antara penggunaan TikTok dengan prestasi belajar siswa SMP. Ketika TikTok digunakan sebagai media menyampaikan ringkasan materi atau penjelasan ulang pelajaran dengan cara yang menarik, siswa menjadi lebih mudah memahami konsep dan mengingat informasi. Selain itu, interaksi antarsiswa melalui komentar dan kolaborasi video juga meningkatkan rasa percaya diri dan semangat belajar. Namun, semua hasil positif ini hanya muncul ketika penggunaan TikTok dilakukan dengan sadar, bertujuan edukatif, dan dibarengi dengan disiplin waktu. Hal ini membuktikan bahwa teknologi tidak pernah sepenuhnya baik atau buruk, tetapi kebermanfaatannya ditentukan oleh cara penggunaannya.

Dari keseluruhan studi pustaka yang dianalisis, dapat disimpulkan bahwa TikTok memiliki dua sisi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Di satu sisi, TikTok mampu menumbuhkan minat belajar melalui penyajian materi yang menarik dan partisipasi aktif siswa dalam pembuatan konten. Di sisi lain, jika tidak diarahkan dan diawasi, TikTok dapat mengurangi konsentrasi belajar, menyebabkan kecanduan, dan menurunkan kualitas belajar siswa. Maka dari itu, diperlukan upaya sinergis antara guru, siswa, dan orang tua dalam merancang, mengelola, dan mengawasi penggunaan TikTok agar dapat benar-benar dimanfaatkan sebagai media belajar yang produktif. Literasi digital harus menjadi bagian integral dalam pendidikan saat ini untuk membekali siswa dengan kemampuan menyaring informasi, mengelola waktu, serta menggunakan media sosial secara bijak demi mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh.














BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif melalui studi pustaka terhadap berbagai sumber ilmiah, dapat disimpulkan bahwa media sosial TikTok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa, baik secara positif maupun negatif. TikTok sebagai platform berbasis video pendek terbukti memiliki daya tarik yang besar bagi pelajar karena kontennya yang kreatif, visual, dan mudah diakses. Dalam konteks pendidikan, TikTok dapat menjadi media pembelajaran alternatif yang efektif apabila digunakan secara tepat, terarah, dan dikombinasikan dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif seperti project-based learning (PjBL), P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), dan model pembelajaran kolaboratif.

Penelitian yang dianalisis menunjukkan bahwa penggunaan TikTok dalam pembelajaran mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, memperkuat keterlibatan mereka dalam proses belajar, serta menumbuhkan kreativitas dan rasa percaya diri. Siswa merasa lebih antusias dan bersemangat ketika mereka dilibatkan secara langsung dalam proses pembuatan konten yang berkaitan dengan materi pelajaran. Namun, di sisi lain, intensitas penggunaan TikTok yang berlebihan, terutama untuk konsumsi konten hiburan yang tidak mendidik, berpotensi menurunkan fokus belajar, menyebabkan kecanduan, dan berdampak negatif terhadap prestasi akademik. Oleh karena itu, pengaruh TikTok terhadap motivasi belajar sangat tergantung pada tujuan penggunaan, kedewasaan siswa, serta peran bimbingan dari guru dan orang tua.

Dengan demikian, TikTok dapat menjadi alat bantu pembelajaran yang efektif dalam dunia pendidikan selama penggunaannya diarahkan dengan baik. Literasi digital menjadi hal yang sangat penting agar siswa mampu memilah konten, mengatur waktu penggunaan, dan memanfaatkan media sosial ini untuk hal-hal yang mendukung proses belajar. TikTok bukan hanya media hiburan, tetapi juga dapat menjadi sarana edukatif yang kuat apabila digunakan secara bijaksana dan kreatif dalam lingkungan belajar yang positif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagi Guru, disarankan untuk lebih terbuka terhadap pemanfaatan media sosial seperti TikTok dalam proses pembelajaran. Guru dapat merancang strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam membuat konten edukatif berbasis video, sehingga motivasi belajar siswa meningkat melalui pengalaman belajar yang menyenangkan dan kontekstual.

  2. Bagi Siswa, penting untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam menggunakan TikTok. Siswa harus mampu membedakan antara konten hiburan dan edukasi serta mengatur waktu penggunaannya agar tidak mengganggu proses belajar. Siswa juga diharapkan mampu memanfaatkan TikTok sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman terhadap materi pelajaran.

  3. Bagi Orang Tua, diperlukan pengawasan yang proporsional terhadap aktivitas anak dalam menggunakan media sosial. Orang tua perlu membangun komunikasi terbuka dan memberikan pemahaman tentang manfaat serta risiko dari penggunaan TikTok, serta mendorong anak untuk menggunakan media sosial secara bijak dan produktif.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan lapangan (field research) seperti observasi dan wawancara agar memperoleh data empiris yang lebih kuat. Penelitian juga dapat diperluas dengan mengkaji dampak penggunaan TikTok terhadap aspek lain dalam pendidikan seperti kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, atau keterampilan abad 21.

Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut, penggunaan TikTok dalam dunia pendidikan dapat diarahkan untuk memberikan dampak positif yang maksimal terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan kualitas pendidikan secara keseluruhan.




DAFTAR PUSTAKA 

  1. Jurnal ilmiyah DA baruji  (2010). Penggunaan media sosial dalam pembelajaran: analisis dampak penggunaan media Tiktok terhadap motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar. https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pendas/article/view/30508 

  2. Jurnal Ilmiyah Zaeriyah 2023. Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan model project based learning (pjbl) berbasis tik-tok. https://jurnal-dikpora.jogjaprov.go.id/index.php/jurnalideguru/article/view/458 

  3. Jurnal Suradji. (2024). Implementasi P5 Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Penggunaan Media Sosial Tiktok Di SDN Sumberagung Brondong. https://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/view/5873 

  4. Jurnal Ilmiyah Yuliana 2024. Hubungan Penggunaan Media Sosial Tiktok Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Pancasila Siswa Kelas VI Sekolah Dasar.http://journal.unpas.ac.id/index.php/pendas/article/view/14642 

  5. Skripsi Pratiwi 2022.Pengaruh Media Sosial Tiktok Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Siswa SMA Negeri 7 Tebo. https://repository.unja.ac.id/42971/

  6. Jurnal Chasanah 2021. PPengaruh intensitas penggunaan aplikasi tik tok terhadap motivasi belajar kelas xi sma n 1 candiroto tahun ajaran 2020/2021. http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/id/eprint/11813

  7. Jurnal Maulidnya  2025. PENGARUH MEDIA SOSIAL TIK TOK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA. https://jim.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/26366 

  8. Skripsi Mansyah 2023. Korelasi Intensitas Penggunaan Media Sosial Tiktok terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTS Daarul Hikmah Pamulang. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/75546 

  9. Jurnal Chasanah 2021. Pengaruh intensitas penggunaan aplikasi tik tok terhadap motivasi belajar kelas xi sma n 1 candiroto tahun ajaran 2020/2021. http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/id/eprint/11813

  10. Jurnal Marini 2019 . [Pengaruh media sosial tik tok terhadap prestasi belajar peserta didik di SMPN 1 Gunung Sugih Kab. Lampung Tengah. https://repository.radenintan.ac.id/8430/1/SKRIPSI.pdf 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengungkap Sejarah dan Evolusi Bahasa Indonesia

HADIS TEMATIK PESERTA DIDIK

DEFINISI FIQIH AL-LUGHOH