TINJAUAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN ASIA TENGGARA (INDONESIA, MALAYSIA, Dan BRUNEI DARUSSALAM)
MAKALAH
TINJAUAN PERKEMBANGAN
PERADABAN ISLAM DI KAWASAN ASIA TENGGARA (INDONESIA, MALAYSIA, Dan BRUNEI
DARUSSALAM)
(Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas UTS pada mata kuliah
Sejarah
Peradaban Islam)
Dosen Pengampu:
Dr. Mukhtar Hadi, M.Si
Dr. Abdul Mujib, M.Pd.I
Disusun Oleh:
ABDUL HALIM
2171030010
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirah
Allah Subhanahu wata’ala yang telah menganugerahkan kepada kita, sekian banyak nikmat,
mau’nah, inayah serta hidayah-Nya. Sehingga
dengan itu semua kita mampu menjalankan segala bentuk amanah yang dibebankan kepada
kita, sekaligus kita mampu meningkatkan kwalitas diri dan ujud manusiawi kita
yang nota bene sebagai khalifatullah di muka bumi ini.
Sholawat dan salam senantiasa kita
haturkan kepada junjungan kita, nabi Agung Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita
bagaimana seharusnya mengarungi kehidupan ini, sehingga nantinya kita bisa meraih
derajat “sa’adah”,bahagia dunia-akhirat.
Ucapan terimakasih yang tiada terhingga,
penulis sampaikan kepada bapak dosen atas segala bimbingan, arahan dan ilmu
yang disampaikan, semoga amal ibadah bapak dicatat oleh Allah SWT sebagai amal jariyah
yang pahalanya tiada terputus, amien.
Selanjutnya, syukur Alhamdulillah,
makalah yang berjudul “Peradaban Islam di Asia Tenggara” ini dapat terselesaikan,
meskipun masih banyak terdapat kekurangan disana-sini. Dengan harapan setelah dipresentasikan,
kekurangan yang ada bisa ditambahi dan disempurnakan. Demikianlah, semoga makalah
ini bisa memberikan manfaatk hususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Metro,
November 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ......................................................................... 2
C.
Tujuan
Pembahasan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Letak geografis Asia Tenggara.................................................... 3
B.
Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara................................. 5
C.
Teori-teori masuknya Islam di Asia Tenggara............................. 8
D.
Cara Penyebaran Islam di Asia Tenggara.................................
10
E.
Pengaruh Peradaban Islam di Asia Tenggara.......................... 14
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
............................................................................17
B. SARAN...................................................................................17
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana
Islam telah menyebar dari Timur Tengah menuju Asia Tengah dan dari Afghanistan
menuju India, maka Islam menyebar dari berbagai wilayah di India dan Arabia ke
semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Islam dikenalkan ke wilayah Asia
Tenggara dan berkembang dalam bentuk berbeda jika dibandingkan dengan bentuknya
yang berkembang di Timur Tengah dan anak benua India. Sementara pada beberapa daerah
Islam disebarkan melalui penakhlukan Arab dan Turki, tetapi di Asia Tenggara
Islam disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan Sufi.[1]
Mengenai
kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya
didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.[2]
Di
Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan,karena
hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas
ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi
Negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia
(penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil
penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea,
dan Republik Singapura.
Dari
segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang
mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan
satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia
Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap
sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya.Termasuk wilayah ini
adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan
mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.
Sebagai seorang muslim yang tinggal
di kawasan ASEAN hendaklah kita mengetahui tentang sejarah masuknya Islam di kawasan ASEAN. Untuk itulah kiranya makalah yang hendak di bahas ini akan memberikan gambaran sekilas tentang sejarah peradaban dan pemikiran islam serta pengaruh-pengaruhnya di asia tenggara.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latarbelakang masalah diatas, maka yang
menjadi pokok bahasandalam makalah yang berjudul “Peradaban Islam di Asia
Tenggara” ini adalah sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah sejarah masuknya Islam di asia tenggara?
b. Apakah pengaruh peradaban Islam di Asia tenggara?
C. Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,
maka tujuan pembahasan dan penulisan makalah
ini hendak mencapai hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Bagaimanakah sebenarnya sejarah masuknya
Islam di asia tenggara?
b. Untuk menjelaskan Apa sajakah pengaruh peradaban Islam
di Asia tenggara?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Letak Geografis Asia Tenggara
Asia
Tenggara dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan yaitu: Kamboja,
Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam. Dan
Asia Tenggara Maritim yaitu: Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia,
Singapura, Timor Leste.[3]
Secara geografis, Asia tenggara terletak pada area yang
sangat strategis untuk masuknya peradaban baru, hal ini dikareakan:
a. Letak Asia Tenggara di tengah perjalanan Timur Barat
b. Dihubungkan dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan
c. Adanya beberapa bandar seperti: Sriwijaya, Perlak, Pasai,
Malaka, Batam, Cirebon, Makasar, Brunei, dan Pattani.
d. Ada hubungan dengan
Lautan Hindi dan Laut China Selatan
e. Angin muson Barat Daya dan Timur Laut, sehingga
mempertemukan para pedagang.[4]
Sejak abad pertama, kawasan laut
Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat
menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat.
Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari
Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula
dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti
Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah
(660-749).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1
dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan
pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah dating
empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di
Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan
keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi
Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah
Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid
Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).
Karena itu,
sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di
negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan
ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus
melakukan penyebaran Islam. Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah
datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China
Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah
Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut
sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan
munaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran
melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan
dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan
perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671.
Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di
Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa
Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat
untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674)
B.
Sejarah Masuknya Islam di Asia Tenggara
Menurut
catatan sejarah, bangsa yang pertama kali diketahui hidup di Asia Tenggara
adalah orang Dongson di Vietnam. Mereka sudah tinggal di negeri itu
sejak 5000 tahun sebelum Masehi. Disusul kemudian oleh bangsa Thai di Thailand
pada 3000 tahun sebelum Masehi. Sedangkan, bangsa Melayu tercatat mulai
mengembangkan kehidupannya di Asia Tenggara pada 2500 tahun sebelum Masehi.
Selanjutnya, datanglah kaum pendatang dari China, khususnya bangsa Yunani dan
lembah Yangtse, di wilayah China Selatan, kemudian bangsa India, Arab, dan
Eropa.[5]
Sejak
abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur
Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan
besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad
ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).[6]
Mulai
abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah
turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China.
Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah
datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di
Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat
bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah
seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China.
Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi.
Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan
Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad
SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim
berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara
khusus melakukan penyebaran Islam. [7]
Sejak
abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia
dan Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad
tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, para pedagang dan
mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran
melalui Selat Malaka.[8]
Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari
I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di
sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju
arah selatan ke Bhoga (di sekitar daerah Palembang di Sumatera Selatan). Selain
pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat
laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan
Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).[9]
Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut
beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud
dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah
hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.[10]
Sebelum
kedatangan Islam agama-agama Hindu dan Budha adalah kepercayaan utama di Asia
Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya
memeluk agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya lebih
dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang
di semenanjung ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi
negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam. Kerajaan-kerajaan kuno di Asia
Tenggara pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
kerajaan-kerajaan agraris dan kerajaan-kerajaan maritim. Kegiatan utama
kerajaan-kerajaan agraris adalah pertanian. Mereka kebanyakan terletak di
semenanjung Asia Tenggara. Contoh kerajaan agraris adalah Kerajaan Ayutthaya, yang terletak di delta sungai Chao Phraya (Thailand), dan Kerajaan Khmer yang berada di Tonle Sap. Kerajaan-kerajaan maritim kegiatan
utamanya adalah perdagangan melalui laut. Kerajaan Malaka dan Kerajaan
Sriwijaya
adalah contoh dari Kerajaan Maritim.[11]
Kekuasaan
dominan yang pertama kali muncul di kepulauan adalah Sriwijaya di Sumatra. Dari abad ke-5 Masehi, Palembang sebagai ibukota Sriwijaya menjadi
pelabuhan besar dan berfungsi sebagai pelabuhan persinggahan (entrepot)
pada jalur Rempah-rempah (spice route). Sriwijaya juga merupakan pusat
pengaruh dan pendidikan agama Buddha yang cukup berpengaruh. Kemajuan teknologi
kelautan membuat pengaruh dan kemakmuran
Sriwijaya memudar. Kemajuan tersebut membuat para pedagang Tiongkok dan India
untuk dapat secara langsung mengirimkan barang-barang diantara keduanya.
Pulau
Jawa kerap kali didominasi oleh beberapa kerajaan agraris yang
saling bersaing satu sama lain, termasuk diantaranya kerajaan-kerajaan wangsa Syailendra, Mataram Kuno dan akhirnya Majapahit. Para pedagang Muslim mulai mengunjungi Asia Tenggara
pada abad ke-12 Masehi. Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang pertama.
Ketika itu, Sriwijaya telah diambang keruntuhan akibat perselisihan internal.
Kesultanan Malaka, yang didirikan oleh salah seorang pangeran Sriwijaya,
berkembang kekuasaannya dalam perlindungan Tiongkok dan mengambil alih peranan
Sriwijaya sebelumnya. Agama Islam kemudian menyebar di sekitar
kepulauan selama abad ke-13 dan abad ke-14 menggantikan agama Hindu, dimana
Malaka (yang para penguasanya telah beragama Islam) berfungsi sebagai pusat
penyebarannya di wilayah ini. Beberapa kesultanan lainnya, seperti kesultanan Brunei di Kalimantan dan kesultanan Sulu di Filipina secara relatif mengalami sedikit
hubungan dengan kerajaan-kerajaan lainnya.[12]
C. Teori-teori Masuknya Islam di Asia Tenggara
Untuk
lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini,
ada 3 teori. Teori kedatangan Islam dari:
a. Teori Semenanjung Arab:
1). Dikemukakan oleh John Crawford disokong Syed Muhamad
Naquib l-Attas. Buktinya:
a) Aktivitis
perdagangan meneruskan catatan China yang menyataka orang Arab dan Parsi
mempunyai pertempatan di Canton pada 300M.
b) Pedagang Arab
dapat menguasai laut dari pelabuhan Iskandariah hingga China. Telah berdagang
di rantau ini terutama setelah kemunculan Islam pada abad 7 M.
c) Pedagang Arab
singgah di pelabuhan utama Asia Tenggara sebelum ke China, tempat menunggu dari
angin muson.
d) Menetap
beberapa bulan dan mewujudkan perkampungan dan ada urusan jual beli barang
mewah dari China dan India. Perkampungan Islam
Ta Shih di Sumatera Utara pada 650 M menurut catatan China.
e) Perkawinan
dengan orang pesisir.
f) Wujud
persamaan tulisan kesusasteraan di Asia Tenggara dan Arab.
g) Pengislaman raja-raja melayu oleh syeikh dari
Arab seperti dalam Hikayat raja-raja Pasai keturunan sufi. Berjaya
mengislamkan Merah Silu ( Malik al-Salih. ) Raja Pattani Phaya Tu Nakpa
diislamkan Syeikh Said.[13]
2). Faktor-faktor yang membuat tertarik dengan Islam:
a) Tertarik dengan nilai Islam yang murni.
b) Amalan pendakwah Islam mengamalkan nilai Islam yang murni
seperti kejujuran pedagang Islam, menjaga kebersihan.[14]
3). Catatan
tempatan tentang pengislaman Raja-raja Melayu:
a) Hikayat Raja-raja Pasai.
b) Hikayat Merong mahawangsa, Raja Kedah diislamkan oleh
Syeikh Abdullah al-Yamani
c) Hikayat Aceh, Syekh Abdullah Arif berusaha mengembangkan
Islam.
d) Sejarah Kepulauan Sulu,
Sharif Hasan dan menyebarkan
Islam di Sulu.
b. Teori China
1) Dikemukakan
oleh Emanuel Gadinho antara lain:
a) Khan Fo atau Canton menjadi pusat perdagangan Arab
sejak abad 9M
b) Menyebarkan Islam dikalangan peniaga China kemudian sebar
ke Asia Tenggara.
2) Menurut Fatimi antara lain dikarenakan: Berpindahahnya
pedagang Islam di Canton ke Asia Tenggara pada 876 M.
3) Bukti lain:
a) Penemuan batu nisan bertarikh 1028 M di Permatang Pasir,
Pulau Tambun, Pekan Pahang mempunyai ayat al-Quran dan kalimah Arab, bukti
Islam telah sampai sbelum abad 13M.
b) Dibawa oleh mubaligh Cina menerusi Laut Cina Selatan ke
Phang Rang IndoCina dan Pekan Pahang.
c) Persamaan seni bina China dan seni bina masjid di
Kelantan, Malaka dan Jawa. Di Melaka bentuk bumbung, atap genting, warna merah
dan kuning pada kayu kepala pintu, lantai, dinding, tangga, dan kolam air.[15]
c. Teori India
Dari wilayah Gujarat dan Pantai Coromandel. Abad 13M Dikemukan
oleh Snouck Hurgronge:
a) Hubungan Asia Tenggara dan India sudah lama, karena
pedagang Islam India sudah tersebar di Asia Tenggara
b) Gujarat pelabuhan penting pada zaman Alaudin Khinji di
India.
c) Batu marmer pada batu nisan Malik al-Salih di pasai
mempunyai ciri-ciri India.
D. Cara penyebaran Islam di Asia Tenggara diantaranya:
a. Perdagangan
Pada
taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu-lintas perdagangan
pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan
India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia. Serta hubungan dengan pelabuhan-pelabuhan di
Selat Malaka, Teluk Siam, IndoChina, Kepulauan Rempah seperti Maluku dan
Makasar sebagai pusat kegiatan manusia dari berbagai tempat. Saluran Islamisasi melaui
perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta
dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar
sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa
yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa
banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang
sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang
Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.[16]
b. Pernikahan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status
sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi
terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri
saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu.
Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya
timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada
pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah
mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak
raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian
turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden
Rahmat atau Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan
Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.[17]
c. Politik
Di
Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa
maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik
penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Contoh: Mega Iskandar
Shah Malaka dengan Raja Malik al Salih Pasai.[18]
d. Saluran
Tasawuf
Pengajar-pengajar
tasawuf,atau parasufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam hal yang magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini masyarakat setempat.
Dengan tasawuf bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam
pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu
mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran pra Islam itu adalah
Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran
mistik ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke 20 M ini.
e. Saluran
pendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau
pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah
keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak
ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh
Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren
ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.[19]
f. Saluran
kesenian
Saluran
Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para
penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita
wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita
itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga
dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni
bangunan dan seni ukir.[20]
E. Pengaruh Peradaban Islam di Asia Tenggara
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Asia Tenggara telah
berpegang pada amalan Hindu, Budha dan roh nenek moyang. Yang terwujud dalam
politik, ekonomi, dan sosial. Setelah Islam masuk, unsur-unsur baru yang
diperkenalkan, diantaranya adalah:
a. Pemerintahan
1. Perubahan dalam sistem pemerintahan raja dalam sistem
Islam seperti: Sultan sebagai Raja/ ketua negara dan kerajaan.
2. Penasihat Sultan dengan sebutan jawatan khadi, khatib, bilal, pemungut zakat,
penyelia baitul mal, dan penjaga harta wakaf.
3. Memupuk semangat persaudaraan di kalangan umat Islam.
4. Raja Malaka diberi gelaran Khalifahtul Mukminin
artinya pemimpin orang mukmin.
5. Islam menjadi agama resmi dalam kerajaan Malaka, Brunei.
6. Penggunaan Konsep Khalifah Allah ialah wakil Allah di
bumi. Harus menunaikan amanah, dan perintah dengan adil serta menerapkan unsur
Islam bagi menggantikan konsep dewa raja Hindu. Contoh : Sultan al-Zahir
Samudera Pasai.
7. Undang-undang Syariah diperkenalkan. [21]
b. Pendidikan
1) Sistem
Pendidikan
ü Sebelum Islam pendidikan hanya terbatas kepada golongan
bangsawan saja.
ü Selepas Islam tersebar luas kepada seluruh masyarakat.
Disebarkan melalui: Istana,
Pondok, Pesantren, Madrasah, dan Surau.
2) Pusat
pendidikan awal Islam:
ü Kerajaan Perlak di Sumatera Utara – melalui Dayah atau
Pondok
ü Samudra Pasai sebagai pusat terjemahan karya agama dan tempat
rujukan kerajaan Islam lain seperti
Malaka.
ü Pendidikan Pondok muncul awal kedatangan dan peluasan
Islam di Asia Tenggara. Seperti di
Pattani, Aceh, dan Jawa.
3)
Wanita juga
digalakkan belajar dan diberi peluang yang sama dengan lelaki baik dalam
pemerintahan.
4) Lembaga Pendidikan
ü Istana: Tempat ulama bicara hukum dengan sultan dan
pembesar , juga sampaikan ilmu dan nasihati sultan.
ü Surau: Tempat belajar al-Quran secara tidak formal dan
gurunya ajar tidak tetap.
ü Madrasah: Sistem
pendidikan formal.
ü Pondok: Pusat pengajian Islam terutama di Pattani
dan Melayu, di Aceh Dayah dan di Jawa
dikenal dengan Pesantren.[22]
5) Materi
ajar
Fikih, Usuludin, Tasawuf, hadis, Tafsir, bahasa
pengantar yang digunakan adalah Melayu dan Arab.[23]
c. Cara Hidup
Sebelum Islam
datang masyarakat dipengaruh oleh animisme, hindu dan buddha setelah Islam datang berangsur-angsir hilang. Cara berpakaian Islam
seperti berkerudung dan bersongkok. Sifat tolong menolong, hormat menghormati,
dan berkerjasama, bersatu padu dan wujud semangat kerjasama.
d. Kesenian
1. Khat pada batu nisan, sebilah mata keris, dan ukiran
kayu. Kreativitas masyarakat tempatan batu nisan semakin menarik seperti
Batu nisan Sultan al-Malik Ibrahim ditulis dengan ayat al-Quran,
selain syair dan makam Naina Hisham al-Din 1420M, pengaruh seni Arab Parsi.
2. Seni pada masjid, surau, rumah kediaman guna kaligrafi
arab. Seperti Masjid Ubudiah Kuala Kangsar, Masjid Brunei.[24]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah
diatas, kiranya penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Letak Asia Tenggara sangat strategis dikarenakan:
kedudukan Asia Tenggara di tengah perjalanan Timur Barat, dihubungkan
dengan Selat Melaka dan Laut Cina
Selatan, mewujudkan
banyak bandar seperti: Sriwijaya, Perlak, Pasai, Malaka, Batam, Makasar,
Brunei, dan Pattani,
juga
berhubungan dengan Lautan Hindi dan Laut
China Selatan, yang memungkinkan terjadinya pertemuan para pedagang.
2. Tiga teori datangnya Islam Asia Tenggara, yaitu : teori
Semenanjung Arab, teori China, teori India.
3. Cara penyebaran Islam di Asia Tenggara diantaranya:
Perdagangan, pernikahan, Politik,
Saluran Tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian.
B. SARAN
demikianlah, makalah ini dibuat,
saran dan kritik yang membangun senantiasa
kita harapkan demi penyempurnaan makalah sederhana yang penuh dengan kekurangan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ira. M. Lapidus, Sejarah
sosial Ummat Islam. Bagian kesatu dan
dua, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. II,
Saifudin Zuhri, Sejarah
Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, (Bandung: al-Maarif,
tth)
Subaguk, Sejarah
Peradan di Asia Tenggara, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2000)
Saiful Muzani, Pembangunan
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Pustaka 3 LP3ES
Indonesia, 1993)
Andi Faisal Bakti, Islam
and Nation Formation in Indonesia. Jakarta: Logos, 2000
Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradapan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008)
Ahmad Ibrahim,Islam di
Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1989)
Muhammad Ibrahim dan
Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam di Indonesia,
(Jakarta: Al-Maarif, 1989)
Badriyatim,
Sejarah Peradaban Islam, , (Jakarta: Grafindo Persada, 2000)
Hanun Asrofah, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
[1]
Ira. M. Lapidus, Sejarah sosial Ummat Islam.
Bagian kesatu dan dua, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000), cet. II, hlm.717
[2]Ibid,
hlm. 172
[3][4]Ibid,hlm.
35
[4][5]Saifudin
Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia,
(Bandung: al-Maarif, tth),hlm. 88
[5]
Subaguk, Sejarah Peradan di Asia Tenggara, (Jakarta: Gelora Aksara
Pratama, 2000), hlm. 32
[6]
Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta: Pustaka 3 LP3ES Indonesia, 1993), hlm. 27
[7]Ibid,hlm.
29
[8]Subaguk,Op.
Cit, hlm. 63
[9]]Ibid,.hlm.
64
[10]Ibid.,hlm.
65
[11]Andi
Faisal Bakti, Islam and Nation Formation in Indonesia. Jakarta: Logos,
2000, hlm. 143-144
[12]Ibid,,hlm.
150
[13]Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradapan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008),hlm.
187
[14]Ahmad
Ibrahim,Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta: LP3ES,1989), hlm. 45
[15]
Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam
di Indonesia, (Jakarta: Al-Maarif, 1989),hlm. 102
[16]Badriyatim,
Sejarah Peradaban Islam, , (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), hlm. 201
[17]Ibid,.
[18]Ibid.,hlm.
202
[19]
Ibid.,hlm. 203
[20]Ibid.,
hlm. 204
[21]Ibid,.hlm.115
[22] Hanun Asrofah, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 45
[23] Ibid,hlm
55
[24] Muhammad
Ibrahim dan Rusdi Sufi, Op. Cit, hlm. 130
Komentar